Berbakti dengan Ilmu

"Dalam meraih keberhasilan akan penuh dengan tantangan"

June 9, 2011

Kedudukan Tes dalam Bimbingan dan Konseling


A. Pengantar
Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dalam pendidikan. Hal ini tersirat makna bahwa antara pendidikan dan BK menjadi bagian yang tak terpisahkan. Pada umumnya dalam proses pendidikan yang baik terdapat program BK yang memberikan layanan sesuai kebutuhan siswa. Dengan demikian hubungan antara program BK dan pendidikan adalah saling mendukung. Dasar pertimbangan atau pemikiran diselenggarakannya Bimbingan dan Konseling di Sekolah bukan hanya semata-mata terletak pada ada atau tidaknya landasan hukum (perundang-undangan), namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Dalam menyelenggarakan layanannya, Bimbingan dan Konseling menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Program Bimbingan dan Konseling meliputi empat bidang layanan yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Selain itu, juga meliputi empat komponen layanan, yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem. Konselor menggunakan teknik tertentu sebagai upaya memahami potensi klien dan memperoleh data yang seakurat mungkin yang dapat dipergunakan sebagai informasi pendukung dalam menyelesaikan masalah klien. Bahkan terdapat asumsi bahwa semakin banyak data yang diperoleh dari klien, maka semakin tepat dalam pemberian layanan (penyelesaian masalah).
Proses pemerolehan data untuk memahami individu terdiri dari teknik tes dan non tes. Teknik non tes pada umumnya dilakukan dengan wawancara (interview), observasi, dokumentasi, sosiometri dan sebagainya. Sedangkan teknik tes diberikan dengan menyelenggarakan program testing untuk mengetahui potensi atau kemampuan klien. Dalam kode etik profesi BK disebutkan bahwa dalam BK terdapat layanan informasi, testing dan riset. Dengan demikian, program testing merupakan program yang dipandang urgen dan perlu untuk dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa hasil testing dapat melengkapi hasil non testing.
B. Kedudukan dan Peran Tes Dalam BK
Shertzer & Stone (1981) menemukakan enam komponen layanan program bimbingan, yaitu:
1. Appraisal
Layanan appraisal dirancang untuk mengumpulkan, menganalisa dan menggunakan data obyektif tentang siswa untuk memahami siswa dan membantu siswa memahami dirinya. Data merupakan alat atau media informasi yang perlu digali untuk memperoleh gambaran tentang siswa, baik yang sifatnya internal (potensi siswa, kepribadian, minat, bakat) maupun eksternal (kondisi lingkungan di rumah, dan di luar sekolah). Melalui data atau informasi tentang siswa tersebut, maka konselor dan guru diharapkan dapat lebih memahami siswa dan membantu siswa dalam mencapai tugas perkembangannya.
Data atau informasi tentang siswa diperoleh melalui pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan teknik, baik tes maupun nontes. Dalam penyelenggaraan teknik tes, konselor perlu bekerjasama dengan lembaga/biro psikologi. Dari hasil tes tersebut, psikolog membuat suatu interpretasi yang kemudian akan disampaikan kepada konselor. Selanjutnya tugas konselor adalah menginformasikan kepada konseli atau orang tua dan menggunakan data atau hasil tes untuk kepentingan yang terkait dengan kebutuhan siswa. Tes yang pada umumnya digunakan di sekolah seperti tes intelegensi, kepribadian, bakat, dan minat. Sedangkan tes yang bisa digunakan oleh konselor tanpa harus dengan bantuan psikolog antara lain tes prestasi belajar.
Penyelenggaraan pengumpulan data teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan sosiometri. Data hasil nontes antara lain transkrip wawancara, catatan observasi, dokumen foto dan data serta data sosiometri. Melalui hasil data-data baik tes maupun nontes diharapkan membantu siswa untuk menerima, memahami dan mengoptimalkan potensi diri.
2. Informasi
Layanan informasi diselenggarakan dalam rangka memberikan pengetahuan kepada siswa terkait dengan bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir. Informasi yang dapat diberikan oleh konselor meliputi strategi pengembangan kepribadian, keterampilan pengembangan kemampuan intrapersonal dan interpersonal, kesempatan pendidikan, vokasional, strategi belajar, pengambilan keputusan yang tepat dan bimbingan lain yang terkait.
Dalam memberikan layanan informasi, konselor dapat menghimpun data hasil tes maupun nontes. Kedua data ini bersifat saling mendukung dan saling melengkapi. Siginifikansi skor tes akan lebih baik apabila dikombinasikan dengan dengan hasil wawancara, studii kasus dan metode lainnya. Fakta menunjukkan bahwa tes membantu dalam pemahaman individu dan pengambilan keputusan (Cronbach, 1949). Berkaitan dengan tes, maka hasil tes dapat digunakan oleh konselor sebagai salah satu media dalam layanan informasi sehingga siswa dapat mengetahui potensi dirinya, konselor dapat membantu siswa untuk mengoptimalkan sehingga para siswa dapat mempersiapkan diri dan masa depannya.
Layanan informasi dapat diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Informasi dapat diperoleh konselor dari buku, internet, mendatangkan narasumber, atau informasi yang diperoleh dari stakeholder. Layanan inforamsi dapat diberikan melalui kegiatan bimbingan baik individual maupun kelompok (bimbingan, konseling, seminar, lokakarya dan pemberian brosur/leaflet).
3. Konseling
Layanan konseling diberikan untuk memfasilitasi pemahaman diri dan perkembangan konseli melalui hubungan individual maupun kelompok. Fokus utama konseling cenderung pada perkembangan pribadi dan pembuatan keputusan berdasarkan pemahaman diri dan pengetahuan lingkungan. Dalam penyelenggaraan layanan konseling, konselor memerlukan data pendukung, baik tes maupun nontes. Data-data ini dihimpun untuk memberikan informasi yang komprehensif pada konseli (siswa).
Leo Goldman (1971) menjelaskan bahwa perencanaan, seleksi, administrasi dan skor tes digunakan konselor dalam menyelenggarakan proses konseling. Testing dilakukan untuk memperoleh data secara obyektif. Di sekolah, sebagian besar tes digunakan untuk memberikan tanda adanya hubungan konseling, menjawab pertanyaan, menyediakan informasi dan mencapai tujuan pemberian testing. Secara ringkas, berbagai elemen testing termasuk tes seleksi merupakan bagian yang integral dalam proses konseling. Hasil testing dan nontesting dihimpun bersama untuk memperoleh data yang komplementer.
4. Konsultasi
Konsultasi dirancang untuk memberikan bantuan teknis kepada guru, administrator dan orang tua dalam rangka memberikan layanan secara efektif dan memperbaiki kinerja sekolah. Konsultasi dapat dilakukan dengan meminta narasumber dari ahli terkait seperti ahli medis, bengkel kerja, ahli hukum dalam penyelenggaraan Career Day. Narasumber yang diundang diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua dan siswa tentang potensi siswa.
5. Perencanaan, penempatan dan tindak lanjut
Perencanaan dan penempatan dilakukan untuk membina perkembangan siswa dengan cara membantu memilih dan menggunakan kesempatan di dalam pendidikan dan pasar kerja agar siswa lebih siap dalam menghadapi masa depan. Layanan penempatan adalah suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami mismatch (ketidaksesuaian antara potensi dengan usaha pengembangan), dan penempatan individu pada lingkungan yang sesuai bagi dirinya serta pemberian kesempatan kepada individu untuk berkembang secara optimal.
Penempatan ini dilakukan dengan menyesuaikan siswa sesuai kondisi dan kemampuan seperti kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, penjurusan, pemilihan karir dan pengambilan keputusan. Data hasil tes berupa intelegensi, bakat dan minat kemudian diintepretasikan dan dapat digunakan untuk membantu siswa memilih dan mengambil keputusan tentang masa depannya. Sedangkan data nontes seperti hasil wawancara dan observasi dapat digabungkan dan dikomplementerkan dalam rangka mengarahkan siswa dalam mengambil keputusan.
Dalam Guidance Services In The Modern School (1974) dijelaskan bahwa informasi yang dibutuhkan konseli antara lain bimbingan dan konseling vokasional. Salah satu penggunaan tes dalam konseling vokasional adalah membantu individu memperoleh kesuksesan karir. Tes data memberikan jawaban tentang jabatan-jabatan yang tersedia, identifikasi alternatif jabatan, seleksi jabatan, perkembangan persiapan jabatan dan penempatan (placement).
Anne Anastasia dan Susan Urbina (1971) menyatakan bahwa testing digunakan dalam bimbingan pendidikan dan jabatan,digunakan untuk merencanakan segala aspek dalam kehidupan individu. Perkembangan individu ini menekankan pada penggunaan tes untuk meningkatkan pemahaman diri dan pengembangan personal. Dalam kerangka kerja ini, skor tes menjadi bagian informasi yang diberikan pada individu dalam proses pengambilan keputusan.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh dan memberikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan. Ada dua hal penting dalam evalusi yaitu menentukan nilai dan pengambilan keputusan
Evalusi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah harus dilakukan penilaian (evaluasi) untuk memperoleh masukan dalam rangka perbaikan program-program selanjutnya. Dalam proses evaluasi dibutuhkan instrument tertentu dan standar evaluasi.
Proses evaluasi mencakup tiga langkah pokok yaitu menggambarkan keadaan, memperoleh data dan memeberikan hasil
Kedudukan tes dalam komponen BK dapat diuraikan lebih lanjut berdasar komponen program BK menurut NA PPPK (2008), yaitu:
· Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahao dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Komponen yang terdapat dalam pelayanan dasar antara lain bimbingan klasikal, pelayanan orientasi,pelayanan informasi, bimbingan kelompok dan pelayanan pengumpulan data. Dalam pelayanan dasar sangat diperlukan instrument asessmen dalam pelaksanaannya. Komponen pelayanan dasar yang memerlukan data pendukung tes adalah kegiatan bimbingan kelompok dan kegiatan pengumpulan data.
Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan oleh konselor kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil. Bimbingan ini bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam memberikan layanan ini, untuk kasus atau tema tertentu, konselor memerlukan data pendukung berupa misalnya hasil tes prestasi belajar dari sekelompok siswa yang akan dibimbing. Hasil tes prestasi belajar membantu menunjukkan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa berkaitan dengan belajar.
Fakta menunjukkan bahwa tes membantu dalam pemahaman individu dan pengambilan keputusan (J Cronbach: 1949, hal 8).
Kegiatan lainnya dalam pelayanan dasar yang menggunakan tes sebagai himpunan data adalah pelayanan pengumpulan data. Peengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi mengenai peserta didik dan lingkungannya. Kegiatan pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument baik tes maupun non tes. Pengumpulan data dengan menggunakan instrument non tes antara lain kegiatan pengumpulan data mengenai kecerdasan, bakat dan minat siswa, yang dapat dilakukan dengan tes psikologis; pengumpulan data mengenai prestasi belajarnya, yang dilakukan dengan melihat tes hasil prestasi belajarnya. Dengan demikian tes dapat dikatakan berperan sebgai alat untuk membantu konselor memahami siswanya dengan lebih baik dan menyeluruh.
· Pelayanan Responsif
Pelayanan responsive merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidaksegera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Komponen kegiatan yang terdapat dalam pelayanan responsive antara lain: konseling individual dan kelompok; layanan referral; kolaborasi dengan guru atau wali kelas; kolaborasi dengan orang tua; kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah, layanan konsultasi; bimbingan teman sebaya; konferensi kasus; dan kunjungan rumah.
Secara umum, keseluruhan pelayanan yang terdapat dalam layanan responsive memerlukan bantuan instrument baik instrument tes dan non tes dalam penyelenggaraannya. Penggunaan instrument tes bertujuan untuk membantu konselor memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap siswa yang dibantu dari sisi psikologisnya. Sehingga dapat dikatakan, tes berperan dalam proses penyelesaian masalah psikologis siswa.
Selain berperan dalam penyelesaian masalah psikologis siswa, dalam kegiatan layanan responsive khususnya kegiatan layanan konseling individual dan kelompok, tes memiliki peran sebagai data tambahan dalam proses konseling. Dalam buku Using Tests In Counseling (Leo Goldman; 1971 hal 39-40) dijelaskan bahwa perencanaan, seleksi, administrasi dan skor tes digunakan konselor dalam menyelenggarakan proses konseling. Testing dilakukan untuk memperoleh data secara obyektif. Di sekolah, sebagian besar tes digunakan untuk memberikan tanda adanya hubungan konseling, menjawab pertanyaan, menyediakan informasi dan mencapai tujuan pemberian testing. Secara ringkas, berbagai elemen testing termasuk tes seleksi merupakan bagian yang integral dalam proses konseling.
· Perencanaan Individual
Dalam layanan perencanaan individual, konselor membantu peserta menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan atau aspek-aspek pribadi, social, belajar dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
Salah satu kegiatan dalam perencanaan individual adalah pelayanan penempatan (penjurusan dan penyaluran). Pelayanan ini bertujuan untuk membentuk peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Pelayanan penempatan yang dilakukan antara lain penjurusan dan penyaluran dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Untuk kegiatan penjurusan masuk kelas ipa, ips dan bahasa, konselor memerlukan data pendukung berupa data tes dan data non tes. Data tes yang diperlukan konselor adalah hasil tes intelegensi, tes bakat dan tes minat dan hasil tes prestasi belajar. Dari hasil keempat jenis tes tersebut, konselor akan membantu siswa dalam menganalisis pilihan jurusan yang paling sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kedudukan tes dalam kegiatan perencanaan individual adalah memberikan informasi dalam mengambil keputusan. Hal senada juga disampaikan oleh Anne Anastasia dan Susan Urbina (1971; hal 3) yang menyatakan bahwa testing digunakan dalam bimbingan pendidikan dan jabatan, untuk merencanakan segala aspek dalam kehidupan individu. Perkembangan individu ini menekankan pada penggunaan tes untuk meningkatkan pemahaman diri dan pengembangan personal. Dalam kerangka kerja ini, skor tes menjadi bagian informasi yang diberikan pada individu dalam proses pengambilan keputusan.
Peran tes dalam kegiatan penjurusan ini serupa juga dalam hal kegiatan penyaluran. Konselor di sekolah membantu siswa dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan minat. Selain penyaluran dalam kegiatan ekstrakurikuler juga dilakukan pelayanan penyaluran dalam bidang pemilihan sekolah lanjutan yang sesuai dengan kemampuan anak. Semua kegiatan diatas menguatkan peran tes sebagai pemberi informasi dalam proses pengambilan keputusan.
C. Peranan Konselor Dalam Testing
Berdasarkan kode etik profesi konselor (2005), testing merupakan suatu jenis tes yang hanya bisa diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Konselor wajib selalu memeriksa dirinya apakah mempunyai wewenang yang dimaksud. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh konselor, diantaranya :
a. Testing hanya bisa diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
Konselor yang berwenang adalah konselor yang telah menempuh pendidikan sertifikasi tes dalam bimbingan dan konseling
b. Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang sifat atau ciri kepribadian subyek untuk kepentingan layanan.
c. Konselor wajib memberikan orientasi yang tepat kepada klien dan orang tua mengenai alasan digunakannya tes disamping arti dan kegunaannya.
d. Penggunaan suatu jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes tersebut.
e. Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing wajib diperlakukan setara dengan data dan informasi lain tentang klien.
f. Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien.
Aturan mengenai pelaksanaan dan penggunaan informasi hasil testing juga diperkuat oleh kode etik profesi psikolog (HIMPSI) dalam pasal 10 yang berbunyi “interpretasi hasil pemeriksaan psikologik tentang klien atau pemakai jasa psikologi hanya boleh dilakukan oleh Psikolog berdasarkan kompetensi dan kewenangan”
Dalam buku Using Tests In Counseling (Leo Goldman; 1971 hal 352 diuraikan bahwa konselor sekolah perlu:
a. Menyesuaikan data untuk memprediksi potensi klien.
b. Melengkapi data non-tes dengan data tes.
c. Menginterpretasi data untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan.
Pemahaman perkembangan peserta didik mensyaratkan konselor menguasai kompetensi sebagai pelayan profesional. Tujuan kompetensi ini adalah untuk menyediakan suatu uraian pengetahuan dan ketrampilan konselor sekolah yang dbutuhkan dalam area penilaian dan evaluasi. Sebab efektivitas penilaian dan evaluasi adalah kritis untuk konseling efektif, kompetensi ini adalah penting untuk pendidikan dan praktik konselor sekolah. Berikut ini sembilan kompetensi konselor yang harus dimiliki kaitannya dengan tes adalah :
1. Konselor Sekolah terampil memilih strategi penilaian.
2. Konselor Sekolah dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengevaluasi instrumen penilaian yang paling umum digunakan.
3. Konselor Sekolah adalah terampil teknik administrasi dan metode instrumen skoring penilaian.
4. Konselor Sekolah terampil menginterpretasikan dan mengasesmen pelaporan hasil.
5. Konselor Sekolah terampil menggunakan penilaian untuk pengambilan keputusan.
6. Konselor Sekolah terampil memproduksi, menginterpretasikan, dan mempresentasikan informasi statistik tentang hasil penilaian.
7. Konselor Sekolah adalah terampil melaksanakan dan menginterpretasikan evaluasi program konseling sekolah dan intervensi terkait dengan konseling.
8. Konselor Sekolah terampil mengadaptasikan dan menggunakan daftar pertanyaan, survei, dan penilaian lain untuk menemukan kebutuhan lokal.
9. Konselor Sekolah mengetahui bagaimana menggunakan profesionalisme secara bertanggung jawab dalam asesmen dan praktik evaluasi.
D. Jenis Instrumen Tes Dalam BK
Bimbingan dan Konseling menggunakan tes dalam proses konseling sebagai upaya untuk memperoleh tambahan data atau informasi dari klien. Adapun jenis instrument BK yang pada umumnya digunakan di sekolah, antara lain:
1. Tes IQ (kecerdasan)
Secara umum tes intelegensi mengukur kemampuan individu dalam berikir abstrak dan atau lisan, bilangan, dan simbol abstrak. Tes IQ yang biasa digunakan adalah Tes Binet- Simon. Tes Binet-Simon adalah tes inteligensi pertama yang dibuat oleh Alfred Binet dan Theophile Simon pada tahun 1904 sebagai jawaban atas permintaan Departemen Pendidikan di Perancis. Tes ini menyajikan pertanyaan-pertanyaan sehari-hari yang sederhana yang menghendaki berbagai kemampuan mental anak-anak. Pertanya-an-pertanyaan itu disusun dan disajikan dari yang paling mudah sampai yang paling sukar. Banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab merupakan skor “mental age”-nya, yang biasa disingkat sebagai MA. Tes ini kemudian direvisi oleh Lewis M. Terman di Stanford University di AS pada tahun 1916 yang selanjutnya dikenal sebagai the Stanford Binet Test. Revisi ini dimaksud untuk menyesuaikan tes tersebut dengan bahasa dan budaya Amerika. Pada revisi Stanford ini, MA dibanding-kan dengan usia kalender anak atau CA (chronological age) untuk men-dapatkan nilai IQ.
2. Tes Kepribadian
Tes untuk menganalis kepribadian seperti checklist, inventori kepribadian dan teknik proyektif. Tes Kepribadian yang biasa digunakan adalah MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventories). MMPI adalah tes kepribadian yang paling luas digunakan dan paling dalam diteliti dan dipandang sebagai tes kepribadian terkemuka dan digunakan pada subyek-subyek yang normal.
3. Tes Bakat.
Tes bakat digunakan untuk mengukur kemampuan individu dalam mengungkapka kecakapan dan keterampilan tertentu. Tes bakat yang biasa digunakan adalah tes DAT (Differential Aptitude Test). Perangkat Tes Bakat terdiri atas:Berpikir Verbal (Verbal Reasoning); Kemampuan Numerikal Numerical Ability); Berpikir Abstrak (Abstract Reasoning); Berpikir Mekanik (Meechanical Reasoning);Relasi Ruang (Space Relations); Kecepatan dan Ketelitian Klerikal (Clerical Speed dan Accuracy); Pemakaian Bahasa I (Language Usage I); Pemakaian Bahasa II (Language Usage II)
4. Tes Minat
Tes minat diberikan untuk membantu individu mengembangkan self-awareness, mengidentifikasi dan menganalisis alternatif okupasional. Salah satu instrument tes minat adalah Career Decision Making System (CDM). CDM dikembangkan oleh T.F.Harrington dan A.O’Shea berdasarkan teori Holland kemudian di kembangkan menjadi tipe-tipe okupasi diantaranya: crafts (realistic) ;scientific (investigative); arts,artistic); business(enterprise); clerical(conventional) dan social (social). CDM digunakan untuk mengukur minat jabatan siswa SLTP sampai orang dewasa.
5. Tes Prestasi
Tes prestasi belajar berhubungan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan atau pencapaian dalam suatu bidang sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi prestasi anak-anak, mengelompokkan siswa menurut tingkat pengetahuannya dan memberikan informasi pada orang tua tentang kelemahan dan kelebihan bidang akademik anaknya.


DAFTAR RUJUKAN
Abkin. 2005. Etika dan Kode Etik Profesi Konselor. Jakarta: Abkin
Anastasia, Anne dan Susana Urbina. 1971. Psychological Testing. Seventh Edition. USA: Prentice Hall International
Cronbach, J Lee. 1949. Essentials of Psychological Testing. Third Edition. USA. Harper & Row Publisher
Depdiknas. 2008. Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesi Konselor. Jakarta: Depdiknas
Goldman, Leo. 1971. Using Tests in Counseling. Second Edition. California: Good Year Publishing Company Inc
HIMPSI. Kode Etik Profesi Psikologi. www. Himpsi.org.
Miller, Frank. 1978. Guidance Principles and Services. Third Edition. Ohio: Charles E Merril Publishing
Ohlsen, Merle. 1974. Guidance Service in The Modern School. Second Edition. USA: Harcourt B Jovanovich Inc
S. Mahardika. 2008. Jenis-Jenis Tes. Makalah. Tidak diterbitkan
Shertzer dan Stone. 1981. Fundamentals of Guidance. Boston : Houghton Mifflin Company.

No comments: