Berbakti dengan Ilmu

"Dalam meraih keberhasilan akan penuh dengan tantangan"

December 3, 2020

MENGEMBANGKAN ANTI KEKERASAN BERBASIS GENDER MELALUI KURIKULUM KAMPUS MERDEKA

MENGEMBANGKAN ANTI KEKERASAN BERBASIS GENDER MELALUI KURIKULUM KAMPUS MERDEKA

Oleh:

Hariadi Ahmad, M.Pd

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Pendidikan Mandalika

 

Kekerasan fisik, pemerkosaan, hamil diluar nikah, aborsi, pengancaman secara psikis, yang paling banyak terjadi dilingkungan lembanga Pendidikan tidak luput juga terjadi di perguruan tinggi, kekerasan fisik dan Psikis ini sering dilakukan oleh Dosen ke mahasiswa, mahasiswa ke sesama mahasiswa, bahkan mahasiswa ke Dosen. Kekerasan fisik dan psikis dalam dunia Pendidikan perlu penaganan yang lebih serius, sebagai upaya pencegahan kekerasan yang bersifat secara fisik dan psikis berbasis gender dilingkungan perguaruan tinggi dapat dilakukan melalui pengembagan kurikulum merdeka belajar kampus merdeka. Dalam belajar medeka kampus merdeka bagi perguruan tinggi ditekankan pada pengembangan soft skills maupun hard skills pada delapan aspek yaitu Magang/Praktek Kerja, Assiten Mengajar di Satuan Pendidikan, Penelitian/Riset, Proyek Kemanusiaan, Kegiatan Wirausaha, Studi/Proyek Independen, Membangun Desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik, dan Pertukaran Pelajar. Selain pengembangan delapan aspek diatas tujuan yang paling penting dalam Belajar Merdeka Kampus Merdeka pada lulusan adalah tercapainya inti dasar Pendidikan yaitu Ahlak Mulia yang ditunjang pada pengembangan Spritualitas, Nilai-nilai kehidupan, Pengetahuan, Keterampilan, sikap mental dan etika profesi.

Selain delapan aspek dan inti dasar capaian Pendidikan diatas yang menjadi tolak ukur dalam pengembangan merdeka belajar kampus merdeka baik di sekolah atau diperguaruan tinggi, maka ada keterampilan yang perlu dikembangkan dalam mengatasi kekerasan terutama dalam kekerasan berbasis gender pada perguaruan tinggi, antara lain; Empati, Kolaborasi dan kerjasama, dan Semangat Juang dan Tanggung Jawab.

Empati

Empati merupakan pemahaman seseorang individu untuk dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memunculkan suatu tindakan positif untuk membantu seseorang melalui sebuah komunikasi dan perilaku. Empati terbentuk atas pengalaman yang disempurnakan dari hasil pembelajaran sosial yang berupa pengalaman pribadi, kepribadian dan perkembangan moral, empati juga dapat dimunculkan melalui proses komunikasi verbal dan nonverbal, respon perasaan yang dimunculkan oleh seseorang kepada orang lain serta kemampuan untuk berfikir dan merasa diri ke dalam kehidupan batin orang lain. Empati dalam arti luas mengacu pada respon individu terhadap orang lain sehingga seseorang yang berempati sesaat melupakan atau kehilangan identitas dirinya. Salah satu contoh empati dalam bentuk tindakan berupa gambar dibawah yang dimana mahasiswa inklusi yang sedang disuapi makanan.

Kolaborasi, Kerjasama

Keterampilan kolaborasi atau kerjasama sangat perlu dikembangkan pada mahasiswa dalam menjalankan tugas dan fungsi sehingga setelah mereka lulus menjadi terbiasa dalam berkolaborasi dan bekerjasama dengan tim dalam sebuah pekerjaan, dengan kolaborasi tertanam nilai-nilai partisipasi, tanggung jawab, tujuan yang masuk akal, memecahkan masalah, perbedaan pendapat, mengetahui kemampuan diri. Dengan keterampilan kolaborasi maka akan terbentuk kepribadian individu yang menghormati orang lain, pengakuan diri, rasa memiliki, menghormati keputusan bersama, bertanggung jawab, dan percaya diri.

Semangat Juang dan Tanggung Jawab

Semangat juang merupakan keinginan atau kemauan individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkan dengan sebaik-bainya serta bersipat positif untuk dirinya dan lingkungannya. Semangat juang inilah yang perlu dikembangkan pada mahasiswa melalui kurikulum yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikampus dan luar kampus sehingga hasil yang diperoleh dari hasil belajar dapat dipertangungjawabkan terhadap diri sendiri, masyarakat dan Tuhan.


Mataram, 3 Desember 2020.