Berbakti dengan Ilmu

"Dalam meraih keberhasilan akan penuh dengan tantangan"

September 21, 2020

PENGUATAN KARAKTER MAHASISWA MELALUI PENGAYAAN MATERI MATAKULIAH

 

PENGUATAN KARAKTER MAHASISWA MELALUI PENGAYAAN MATERI MATAKULIAH

Oleh: Hariadi Ahmad, M.Pd

Dosen Program Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Pendidikan Mandalika
Peserta DKT Daring Penguatan Karakter dari Unsur Fasilitator Pendidikan Keluarga Angkatan 6 Tahun 2020


Penguatan karakter ditunjang tiga unsur kemitraan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (Tim DKT Daring Penguatan Karakter, 2020), Sesuai tujuan Pendidikan tinggi yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi yang mewujudkan peserta didik/mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Namun kenyataan dilapangan masih terjadi kasus yang mencerminkan minimnya karakter profil pelajar pancasila, baik yang dilakukan oleh mahasiswa dan alumni di Nusa Teggara Barat, contoh Polisi menagkap 10 Orang dilingkungan kampus yang terlibat narkoba (Lombok Post, 17/7/2020). Kematian Mahasiwa yang ditemukan tergantung diventilasi rumah pelaku (Koran NTB, 3/8/2020), dan seorang anak bunuh ayah kandungnya di Mataram karena dibangunkan Solat (Regional Kompas, 04 Juni 2019).

Pendidikan tinggi sebagai agen perubahan serta memberikan pengaruh dan dukungan sepenuhnya terhadap pengembangan karakter, maka perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab besar dalam mengembangkan karakter mahasiswa yang dirancang dalam kurikulum, pedagogi dan asesmen yang dilaksanakan oleh dosen melalui pengajaran mata kuliah. Pengembangan penguatan karakter mahasiswa melalui pengayaan materi mata kuliah dapat dilihat pada gambar Ilustrasi/alur dibawah:

Ilustrasi/alur pengembangan penguatan karakter diatas, dijelaskan sebagai berikut:

Langkah 1: Laporan dan diskusi kebijakan ketua Prodi, setelah webinar Penguatan Karakter Angkatan ke 6 selanjutnya melaporkan hasil dengan memaparkan materi, serta diskusi kebijakan kaprodi dalam implementasi penguatan karakter dalam matakuliah.

Langkah 2: Diskusi bersama tim pengembang kurikulum dan tim layanan Bimbingan dan Konseling, setelah laporan kepada kaprodi dengan menyarankan diskusi mendalam dengan tim terhadap pengkajian setiap matakuliah yang dapat memberikan pengayaan materi penguat karakter dalam matakuliah

Langkah 3: Sosialisai materi penguatan karakter kepada seluruh dosen prodi, setelah melakukan diskusi dengan tim pengembang kurikulum dan layanan Bimbingan konseling, dan atas kebijakan kaprodi maka dilakukan sosialisai materi penguatan karakter kepada seluruh dosen yang mengampu matakuliah pada prodi dengan sistem daring.

Langkah 4: Implementasi materi penguatan karakter dalam pengayaan materi matakuliah, setelah dilaksanakan sosialisai melalui system daring, maka dosen memberikan pengayaan materi penguatan karakter dalam matakuliah yang diampu.

Dengan pengayaan materi penguatan karakter dalam matakuliah pada program studi, maka mahasiswa diharapakan menjadi SDM yang unggul merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berprilaku sesuai dengan nilai Pancasila sesuai dengan Permendikbud No 22 Tahun 2020, yaitu mahasiswa yang memiliki serta menjunjung tinggi karakter atau nilai beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, nilai berkebinekaan global, nilai bergotong royong, nilai mandiri, nilai bernalar kritis, dan nilai kreatif.

 

Literatur

https://koranntb.com/2020/08/03/deretan-kejanggalan-kasus-kematian-mahasiswi-unram/ diakses, 17 September 2020.

https://lombokpost.jawapos.com/kriminal/17/07/2020/polisi-gerebek-narkoba-di-universitas-mataram-10-orang-ditangkap/ diakses, 17 September 2020.

https://regional.kompas.com/read/2019/06/04/14562841/anak-bunuh-ayah-kandungnya-karena-dibangunkan-shalat-ini-5-faktanya?page=all diakses, 17 September 2020

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang rencana stategis kementrian Pendidikan dan kebudayaan tahun 2020-2024. Kementrian Pendidikan dan Kebudayan. Jakarta

Tim DKT Daring Penguatan Karakter. 2020. PPT Paparan Penguatan Karakter. Pusat Penguatan Karakter. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pendidikan tinggi. Kemenkumham. Jakarta



September 5, 2020

TEKNIK DALAM BEHAVIORISME (Materi 2)

    Konseling Behaviorisme adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini. Konseling behaviorisme merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Teknik behaviorisme adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tingkah laku yang dilakukan melalui proses belajar agar seseorang biasa bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan norma kehidupan. Menurut Rosjidan (dalam Komalasari dkk, 2011) berpandangan bahwa konseling behaviorisme merupakan tingkah laku yang dapat dipelajari melalui belajar tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Sedangkan menurut Palmer (2016) menjelaskan bahwa teori tingkah laku pada konseling difokuskan untuk menghasilkan  perubahan tingkah laku klien.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud konseling behaviorisme adalah pemberian bantuan yang dilakukan oleh peneliti kepada klien untuk merubah tingkah laku yang merugikan dirinya. Dimana tingkah laku dapat dipelajari melalui proses belajar dan tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku yang baru, yang dengan demikian diharapkan konseli bertindak dan bertingkah laku sesuai norma kehidupan.

Tujuan Teknik Behaviorisme

Perilaku bermasalah dalam pandangan behavior adalah sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai yang diharapkan. Untuk menangani masalah tersebut diperlukannya teknik behaviorisme yang bertujuan membantu klien membuang tingkah laku lama yang merusak diri dan mempelajari perilaku baru yang lebih sehat. Klien menghadapi masalah karena salah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau masalah tersebut ditimbulkan karena penyimpangan perilaku. Menurut Palmer (2016) konseling behaviorisme bertujuan untuk menghasilkan perubahan perilaku realistic yang diinginkan melalui pendekatan yang terencana dan konsisten.

Adapun tujuan teknik behaviorisme menurut pendapat dari Komalasari dkk (2011) sebagai berikut :Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar, Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif, Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari, Membantu konseli membuang respons-respons yang lama merusak diri atau maladaptive dan mempelajari respons-respons yang lebih sehat, Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang diinginkan, Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan konseling behaviorisme adalah untuk membantu klien membuang respons-respons lama yang merusak diri, dan mempelajari respons-respons baru yang lebih sehat dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.

Teknik Konseling Behaviorisme

Dalam proses konseling behaviorisme ada beberapa teknik pendekatan yang perlu diketahui konselor agar konseling behaviorisme berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik Covert Sensitization. Teknik Covert Sensitization adalah teknik yang digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang. Alasan peneliti menggunakan teknik ini karena sikap konsumtif pada klien adalah kegiatan yang menyenangkan dan dilakukan secara sadar. Jadi, dengan menggunakan teknik ini maka dapat membantu klien untuk mengurangi sikap konsumtif.

Adapun tahapan-tahapan konseling behaviorisme yang harus dilalui yaitu ada 4 (Komalasari dkk, 2011): 

1)        Melakukan penilaian (Assesmen), pada tahap ini peneliti dituntut untuk memahami permasalahan yang dimiliki klien yang mencakup aktivitas nyata baik itu perasaan maupun masalah pikiran klien. Terdapat beberapa informasi yang digali dalam assesmen, yaitu ; a)Analisis tingkah laku bermasalah yang dialami klien saat ini. Tingkah laku yang dianalisis adalah tingkah laku yang khusus, b) analisis situasi yang didalamnya masalah konseli terjadi, c) analisis motivasional, d) analisis self control e) analisis hubungan sosial, dan f) analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan analisis ABC. A = Antecedent (Membeli barang tidak sesuai kebutuhan), B = Behavior (Sikap Konsumtif), C = Consequence (Mengurangi kesempatan untuk menabung, memupuk sikap atau gaya hidup konsumerisme, terbiasa hidup boros).

2)        Tahap Menetapkan Tujuan (Goal Setting), peneliti dan klien menentukan tujuan konseling sesuai kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun. Penetapan tujuan konseling dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) membantu klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan, b) memperhatikan tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur, c) memecahkan tujuan ke dalam sub tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan.

3)        Tahap Penetapan Teknik (Techniques Implementation)

Setelah tujuan konseling dirumuskan, peneliti dan klien menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Peneliti dan klien mengimplementasikan teknik-teknik konseling yang sesuai dengan masalah yang dialami oleh klien.

4)    Evaluasi dan pengakhiran (Evaluation -Termination), yaitu proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang klien perbuat. Tingkah laku klien digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas peneliti dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi: menguji apa yang klien lakukan terakhir, eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan, membantu klien mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli, dan memberi jalan untuk memantau terus menerus tingkah laku klien. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap konseling behaviorisme diantaranya: tahapan penilaian (asessmen), tahapan menetapkan tujuan (Goal Setting), tahapan penerapan teknik (techniques implementation), tahap evaluasi dan terminasi (evaluation termination). Tahapan- tahapan tersebut saling berkaitan satu sama lain sehinggga peneliti dan klien diharapkan memperhatikan tahapan-tahapan yang ada sehingga proses konseling behaviorisme berjalan dengan baik.