Berbakti dengan Ilmu

"Dalam meraih keberhasilan akan penuh dengan tantangan"

January 25, 2018

BERPIKIR POSITIF



a.        Pengertian Berpikir Positif
Berpikir positif adalah cara memandang segala persoalan yang muncul dari sudut pandang yang positif, karena dengan berpikir positif individu mempunyai pandangan bahwa setiap permasalahan pasti ada jalan pemecahannya dan suatu pemecahan yang tepat diperoleh melalui proses intelektual yang sehat (Caprara & Steca 2006). Berpikir positif cenderung menafsirkan permasalahan mereka sebagai hal yang sementara, terkendali, dan hanya khusus untuk satu situasi, orang yang berpikir negatif sebaliknya yakin bahwa permasalahan mereka berlangsung selamanya, menghancurkan segala yang mereka lakukan dan tidak terkendali (Seligman 1991).
Cara merekontruksi pikiran agar lebih positif sehingga individu dapat lebih baik dalam menanggapi setiap permasalahan yang dihadapi. Caranya sebagai berikut: Adversity berupa peristiwa, yang bersifat negatif, seperti liburan gagal, permusuhan dengan teman, kematian seseorang yang dicintai. Belief yaitu kepercayaan dan interpretasi tentang suatu peristiwa yang menyebabkan akibat. Consequences yaitu bagaimana perasaan dan perilaku yang mengikuti peristiwa. Disputation yaitu argumen yang dibuat untuk membantah keyakinan yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu distraksi dan disputasi itu sendiri. Distraksi adalah mengalihkan pikiran tentang sesuatu hal pada hal lain, sedangkan disputasi adalah berargumentasi dengan diri sendiri. Untuk melakukan dispustasi perlu dipertimbangkan empat hal, yaitu: (1) bukti, mencari bukti-bukti bahwa apa yang diyakini adalah tidak tepat, (2) Alternatif, semua peristiwa yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu hal tetapi bisa hal-hal yang lain, (3) implikasi, apapun yang terjadi pada suatu peristiwa tidak selalu mempunyai implikasi negatif, (4) Kegunaan apakah ada manfaatnya untuk memikirkan apa yang diyakininya selama ini. Energization, akibat emosi dan perilaku dari argumen yang dibuat (Seligman, 1991).
Berpikir positif dapat dideskripsikan sebagai suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang dihadapi (Elfiky, 2008). Berpikir positif juga membuktikan adanya hubungan kebiasaan berpikir secara negative dengan rendahnya harga diri.
Berpikir positif juga membuat individu mampu bertahan dalam situasi yang rawan distres (Kivimaki dkk, 2005). Selain itu, Fordyce (dalam Seligman, 2005) juga menemukan bahwa kondisi psikologis yang positif pada diri individu dapat meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dan tugas. Berpikir positif juga membantu seseorang dalam memberikan sugesti positif pada diri saat menghadapi kegagalan, saat berperilaku tertentu, dan membangkitkan motivasi (Hill & Ritt, 2004).
Dari pendapat para ahli tersebut diatas penulis dapat simpulkan bahwa, Berpikir Positif merupakan keterampilan yang dimiliki individu dalam menerima situasi dan kondisi yang tengah dihadapi secara positif, sehingga individu tersebut memiliki kepuasan dalam hidupnya, meyakini kemampuan yang dimilikinya sehingga harga diri menjadi meningkat, serta berpikir secara optimis dalam meraih harapan kesuksesan akan masa depannya.
Berdasarkan pengertian dan simpulan tentang berpikir positif diatas, maka dapat diambil aspek-aspek berpikir positif sebagai pembatasan dalam penelitian ini adalah: Menerima situasi dan kondisi yang dihadapi, Kepuasan dalam hidupnya, Meyakini kemampuan, Harga diri, dan Optimis akan masa depan
b.        Aspek-aspek Berpikir Positif
a)         Menerima situasi dan kondisi yang dihadapi
Menurut Limbert (2004) mengungkapkan bahwa berpikir positif mempunyai peran membuat individu dapat menerima situasi yang tengah dihadapi secara lebih positif. Berpikir positif merupakan suatu keterampilan kognitif yang dapat dipelajari melalui pelatihan. Pada prinsipnya melalui berpikir positif ini diharapkan subjek mengalami proses pembelajaran keterampilan kognitif dalam memandang peristiwa yang dialami
b)        Kepuasan dalam hidupnya
Setiap individu mempunyai keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri, kepuasan dengan teman sebanya, kepuasan bersama keluarga, kepuasan dengan lingkungan sekitar, untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dapat dilakukan, dan untuk menjadi kreatif dan bebas dalam mencapai puncak prestasi potensinya. Individu yang dapat mencapai tingkat kepuasan diri yang tinggi, maka individu tersebut menjadi individu yang utuh, individu yang selalu berpikir postif dalam memenuhi kepuasan dalam hidupnya.
Kepuasan individu dalam hidupnya dapat dipandang sebagai kebutuhan yang tertinggi dari suatu kebutuhan, namun juga dapat dipandang sebagai tujuan akhir. Kepuasan diri merupakan bersipat alami yang dibawa sejak lahir, karena individu mempunyai potensi dasar yang positif. Individu mempunyai potensi dasar jalur perkembangan yang sehat untuk mencapai kepusan dalam dirinya. Jadi individu yang sehat adalah individu yang mengembangkan potensi positifnya yang mengikuti jalur perkembangan yang sehat begitu juga dengan cara berpikir terhadap diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
Berpikir positif seorang individu tidak terlepas dari bagaimana cara merasakan kepuasan dalam dirinya, bila kepuasan ini tidak terpenuhi dengan dengan baik maka akan menimbulkan individu akan menarik diri dari lingkungan dan teman sekitar, persaan takut, persaan kurang berharga, lemah, tidak mampu dan berpikir negative terhadap peristiwa dan pengalaman yang mereka alami.
c)         Meyakini kemampuan
Berpikir Positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan. Disebut sumber kekuatan karena ia membantu individu dalam memikirkan solusi pepecahan masalah yang dihadapi sampai mendapatkannya dengan begitu anda bertambah  mahir, percaya, dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena dengannya anda akan terbebas dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruh pada fisik (Elfiky, 2008).
Dalam berpikir positif adalah sikap mental yang melibatkan proses masuknya pikiran, dan gambaran yang membangun bagi perkembangan individu dalam menyakini atas kemampuan yang dimilikinya. Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan. Berpikir positif dilakukan dengan cara memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara positif. Dalam hal ini seseorang individu menggantikan kritik pada diri sendiri dengan memfokuskan pada kemampuan yang dimilikinya.
d)        Harga diri
Harga diri adalah sebagai penilaian yang menyeluruh dari diri. Harga diri disebut sebagai gambaran diri (Santrock, 2003). Harga diri sebagai evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu atau sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif-negatif (Baron & Byrne, 2003). Menurut Worchel, dkk harga diri merupakan komponen evaluatif dari konsep diri, yang terdiri dari evaluasi positif dan negatif mengenai diri sendiri yang dimiliki seseorang (Dayakisni & Hudaniah, 2003).
Menurut Brem & Kassin individu yang mempunyai harga diri rendah memilki suatu sikap mengalah diri yang dapat memperangkap individu kedalam suatu lingkaran yang menyesatkan. Biasanya karena individu mengharapkan kegagalan, individu menjadi cemas, menunjukkan usaha yang sedikit atau kecil dan menghilangkan tantangan-tantangan penting dalam kehidupan individu. Kemudian ketika individu gagal melakukannya, individu yang harga dirinya rendah cenderung menyalahkan diri sendiri dan pada gilirannya hal tersebut mengarahkan individu untuk merasa lebih tidak kompten (Dayakisni & Hudaniah, 2003). Menurut Adler seseorang yang cukup memiliki harga diri mempunyai ciri lebih percaya diri, lebih mampu, lebih produktif (Goble, 2004).
Ada beberapa ciri individu yang mempunyai harga diri yang rendah, yaitu: (a) Merendahkan orang lain dengan hal-hal negatif sehingga melihat lingkungan sekitar terlebih dahulu untuk bisa menerima orang lain, (b) Gerakan tubuh tidak sesuai konteks dan menghindari kontak fisik, (c) Terlalu membesar-besarkan prestasi, keterampilan dan penampilan fisik serta berbicara terlalu keras, tiba-tiba atau dengan nada suara yang dogmatis, (d) Merendahkan diri sendiri secara verbal, mencela diri dan memposisikan diri secara submisif, (e) Tidak mengemukakan  pandangan atau pendapat terutama ketika ditanya dan melakukan rasionalisasi ketika gagal melakukan sesuatu (Santrock, 1998).
Ada beberapa ciri dari individu yang mempunyai harga diri rendah, yaitu: (a) Cenderung menarik diri dari lingkungan dan mempunyai kesulitan dalam menjalin persahabatan, (b) Cenderung menghukum diri dan pasif dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tekanan lingkungan, (c) Inferior, malu-malu, benci pada diri sendiri, kurang bisa menerima diri dan bersikap patuh sehingga kurang percaya diri untuk menghargai suatu penilaian atau kritik dari orang lain serta cenderung mengalah, (d) Menunjukkan tingkat kecemasan yang tinggi, depresi dan keluhan psikosomatis serta tidak tahan terhadap tekanan sosial, (e) Cenderung lebih tenang jika terjadi perbedaan pendapat yang menimbulkan personal attack dan bereaksi keras terhadap kritikan serta mempunyai kesadaran diri etika berbicara dengan orang lain, (f) Cenderung tidak terlihat sebagai anggota dari suatu kelompok, contohnya jarang tampil sebagai pemimpin. (Bernard, 1991)
Menurut Adler individu yang harga dirinya kurang akan diliputi rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, putus asa, tingkah laku neurotic (Goble, 2004). Menurut Santrock (1998) ada beberapa ciri individu yang mempunyai harga diri yang tinggi, yaitu: (a) Mempunyai kemampuan untuk memberi perintah atau petunjuk pada orang lain, (b) Mampu berkomunikasi dengan baik meliputi memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak berbicara, menjaga kontak mata selama pembicaraan berlangsung dan memulai kontak yang ramah dengan orang lain, (c) Menyukai aktivitas sosial meliputi dapat bekerja secara kooperatif dalam kelompok dan mampu menjaga jarak antara dirinya dengan orang lain, (d) Berbicara dengan lancar ketika mengemukakan pendapat.
Ada beberapa ciri individu yang mempunyai harga diri tinggi, yaitu: (a) Cenderung lebih efektif, aktif dan asertif dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, (b) Menghormati diri sendiri, superior, rasa kebanggaan, penyesuaian diri dan menyukai diri sendiri, (c) Cenderung mandiri dalam situasi yang menimbulkan konformitas dan percaya diri bahwa dirinya akan sukses sehingga cenderung untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang mandiri, (d) Cenderung dikenal oleh teman sebayanya dan mampu menghargai dirinya dengan tepat, (e) Individu mempunyai keyakinan dan rasa percaya diri bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian sehingga kecemasannya hilang dan dapat  menahan impilikasi negatif dari hukuman sosial, (f) Mampu bertahan melawan ancaman berdasarkan adekuasi dirinya (Bernard, 1991).
e)         Optimis akan masa depan
Individu yang berada dalam masa-masa penuh kesulitan, sehingga individu akan mempunyai sikap untuk selalu menanggapi dan mengatasi persoalannya secara optimis maka sikap yang demikian itu telah membantu mengubah saat-saat gelap menjadi lebih cerah, produktif dan kreatif. Oleh karena itu berpikir negatif pada siswa diharapkan dapat diminimalisir jika setiap siswa mampu berpikir positif, karena dengan berpikir positif siswa tidak hanya dapat membebaskan diri dari rasa cemas yang berkepanjangan, tetapi juga akan mampu menghilangkan berbagai perasaan negatif seperti takut salah atau ditertawakan, malu, merasa tidak bisa dan rendah diri dan lain sebagainya.
c.         Ciri – ciri Berpikir Positif
Menurut Bachtiar (2014) ciri-ciri positive thingking (berpikir positif) antara lain:
1)        Masalah adalah sebagai tantangan
Orang yang berpikir positif selalu melihat masalah sebagai tantangan yang harus dilakukan. Dengan demikian, dia memiliki semangat kuat dan ketenangan untuk menyelesaikan masalah. Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai beban hidup. Mereka akan merasa bahwa masalah membuat hidup menjadi sangat berat untuk dijalani dan merasa orang yang paing sengsara sedunia.
2)        Menikmati hidup  
Pemikiran positif akan akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati. Hal tersebut berarti ia tidak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik. Justru, dengan penerimaan keadaan tersebut menjadikan ketenangan diri untuk merencanakan hal-hal yang menakjubkan.
3)        Siap menerima saran
Dengan keterbukaan, boleh jadi hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik. Kritik selalu dianggap sebagai pelecut untuk memperbaiki diri. Saran akan dijadikan patokan untuk untuk mencoba kembali. Dengan begitu hidup tidak akan terasa berat dan membebani.
4)        Memangkas pikiran negatif
Menumbuhkan atau bahkan memelihara pikiran negativ terlalu lama diibaratkan membangunkan singa tidur.ia bisa menerkam dan menghabisi hidup kita sekecil apapun tunas negetif yang ada dipikiran kita maka segera lenyapkan, dan jangan merawatnya hingga tumbuh besar dan memenuhi seluruh pikiran kita.
5)        Rasa syukur yang tinggi
Apa yang kita dapat saat ini dan apa yang kita alami saat ini adalah buah kehidupan  yang patut disyukuri. Mensyukuri apa yang dimiliki dan tidak berkeluh kesah tentang apa yang tidak dipunyai adalah langkah tepat untuk membahagiakan diri sendiri.
Menurut Seligman (1991) ciri-ciri positive thingking (berpikir positif) antara lain:
1)        Tidak mendengar gosip yang tak menentu
Tentu saja, orang yang suka menggosip atau mendengarkan gossip pasti dekat dengan pikiran negatif. Sebab, bergosippasti hanya memperbincangkankejelekan orang lain, prilaku ini tak pernah ada dalam pikiran orang yang positive thinking (berpikir positif).
2)        Lebih banyak tindakan daripada sekedar bicara
Orang yang berpikir positif lebih mengutamakan tindakan yang dapat mengubah daripada hanya mengucapkan kata-kata yang tak ada gunanya.
3)        Menggunakan bahasa positif
Yang satu ini pasti selalu ada pada orang berpikiran positif, yaitu lebih banyak menggunakan bahasa positif.kalimat yang ingin digunakan terkadang lebih berjiwa optimisme.
4)        Menggunakan bahasa tubuh positif
Selain menggunakan kalimat-kalimat dengan intonasi positif, orang yang berpikir positif juga menggunakan bahasa tubuh positif, seperti senyum, berjalan dengan langkah tegap, gerakan tangan lebih ekpresif, atau anggukan penuh keyakinan.
5)        Peduli pada citra diri
Orang yang berpikir positif selalu berusaha tampil baik. Bukan hanya tampak dari luar, tapi dari dalam diri mereka.