Konseling Behaviorisme adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini. Konseling behaviorisme merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Teknik behaviorisme adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tingkah laku yang dilakukan melalui proses belajar agar seseorang biasa bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan norma kehidupan. Menurut Rosjidan (dalam Komalasari dkk, 2011) berpandangan bahwa konseling behaviorisme merupakan tingkah laku yang dapat dipelajari melalui belajar tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Sedangkan menurut Palmer (2016) menjelaskan bahwa teori tingkah laku pada konseling difokuskan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku klien.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud konseling behaviorisme
adalah pemberian bantuan yang dilakukan oleh peneliti kepada klien untuk
merubah tingkah laku yang merugikan dirinya. Dimana tingkah laku dapat
dipelajari melalui proses belajar dan tingkah laku lama dapat diganti dengan
tingkah laku yang baru, yang dengan demikian diharapkan konseli bertindak dan
bertingkah laku sesuai norma kehidupan.
Tujuan Teknik Behaviorisme
Perilaku bermasalah dalam pandangan
behavior adalah sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku
yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai yang diharapkan. Untuk
menangani masalah tersebut diperlukannya teknik behaviorisme yang bertujuan
membantu klien membuang tingkah laku lama yang merusak diri dan mempelajari
perilaku baru yang lebih sehat. Klien menghadapi masalah karena salah dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau masalah tersebut ditimbulkan karena
penyimpangan perilaku. Menurut Palmer (2016) konseling behaviorisme bertujuan
untuk menghasilkan perubahan perilaku realistic yang diinginkan melalui
pendekatan yang terencana dan konsisten.
Adapun tujuan teknik behaviorisme
menurut pendapat dari Komalasari dkk (2011) sebagai berikut :Menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar, Penghapusan hasil belajar yang tidak
adaptif, Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari, Membantu
konseli membuang respons-respons yang lama merusak diri atau maladaptive dan
mempelajari respons-respons yang lebih sehat, Konseli belajar perilaku baru dan
mengeliminasi perilaku yang diinginkan, Penetapan tujuan dan tingkah laku serta
upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.
Berdasarkan pendapat diatas maka
peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan konseling behaviorisme adalah untuk membantu
klien membuang respons-respons lama yang merusak diri, dan mempelajari respons-respons
baru yang lebih sehat dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang
diinginkan.
Teknik Konseling Behaviorisme
Dalam proses konseling behaviorisme
ada beberapa teknik pendekatan yang perlu diketahui konselor agar konseling behaviorisme
berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik
Covert Sensitization. Teknik Covert Sensitization adalah teknik yang digunakan
untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang. Alasan
peneliti menggunakan teknik ini karena sikap konsumtif pada klien adalah
kegiatan yang menyenangkan dan dilakukan secara sadar. Jadi, dengan menggunakan
teknik ini maka dapat membantu klien untuk mengurangi sikap konsumtif.
Adapun tahapan-tahapan konseling
behaviorisme yang harus dilalui yaitu ada 4 (Komalasari dkk, 2011):
1)
Melakukan penilaian (Assesmen),
pada tahap ini peneliti dituntut untuk memahami permasalahan yang dimiliki
klien yang mencakup aktivitas nyata baik itu perasaan maupun masalah pikiran
klien. Terdapat beberapa informasi yang digali dalam assesmen, yaitu ; a)Analisis
tingkah laku bermasalah yang dialami klien saat ini. Tingkah laku yang
dianalisis adalah tingkah laku yang khusus, b) analisis situasi yang didalamnya
masalah konseli terjadi, c) analisis motivasional, d) analisis self control
e) analisis hubungan sosial, dan f) analisis lingkungan fisik-sosial budaya.
Dalam kegiatan ini peneliti melakukan analisis ABC. A = Antecedent (Membeli barang tidak sesuai kebutuhan), B = Behavior (Sikap Konsumtif), C = Consequence (Mengurangi kesempatan untuk
menabung, memupuk sikap atau gaya hidup konsumerisme, terbiasa hidup boros).
2)
Tahap
Menetapkan Tujuan (Goal Setting),
peneliti dan klien menentukan tujuan konseling sesuai kesepakatan bersama
berdasarkan informasi yang telah disusun. Penetapan tujuan konseling dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: a) membantu klien untuk memandang masalahnya
atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan, b) memperhatikan tujuan klien
berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat
diterima dan dapat diukur, c) memecahkan tujuan ke dalam sub tujuan dan
menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan.
3)
Tahap
Penetapan Teknik (Techniques
Implementation)
Setelah tujuan konseling dirumuskan,
peneliti dan klien menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu
klien mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Peneliti dan klien
mengimplementasikan teknik-teknik konseling yang sesuai dengan masalah yang
dialami oleh klien.
4) Evaluasi
dan pengakhiran (Evaluation -Termination),
yaitu proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang klien
perbuat. Tingkah laku klien digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi
efektivitas peneliti dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.
Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi: menguji
apa yang klien lakukan terakhir, eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling
tambahan, membantu klien mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke
tingkah laku konseli, dan memberi jalan untuk memantau terus menerus tingkah
laku klien. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap konseling
behaviorisme diantaranya: tahapan penilaian (asessmen),
tahapan menetapkan tujuan (Goal Setting),
tahapan penerapan teknik (techniques
implementation), tahap evaluasi dan terminasi (evaluation termination). Tahapan- tahapan tersebut saling
berkaitan satu sama lain sehinggga peneliti dan klien diharapkan memperhatikan
tahapan-tahapan yang ada sehingga proses konseling behaviorisme berjalan dengan
baik.
No comments:
Post a Comment