I. Pengantar
Setiap individu
menampilkan berbagai model atau karakter tingkah laku yang berbeda dan unik.
Dalam uraian berikut kita akan membahas hakekat analisis tingkah laku dalam
beberapa 2 aspek, yakni: tingkah laku dan analisis tingkah laku.
II. Tingkah
laku
a. Apa
tingkah laku itu?
Tingkah laku
menurut Webster dictionary didefinisikan sebagai cara, gaya, sikap memimpin diri.
Ada juga yang mengatakan “cara
kita bertindak”. Sementara itu menurut para psikologis behavior, tingkah
laku didefinisikan sebagai tindakan yang eksternal atau internal yang kelihatan
dan terukur dari suatu organism (behavior
is any external or internal observable and measurable act of an organism).
Di samping itu terdapat juga definisi yang berasal dari Skinner (1938), yang
mendefinisikan tingkah laku sebagai “pergerakan
organism atau bagian-bagian dari organism dalam sebuah kerangka acuan yang
ditentukan oleh berbagai obyek eksternal”. Dari beberapa definisi ini kita
dapat menyimpulkan bahwa tingkah laku adalah cara, sikap, gaya kita bertindak
yang dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal
b. Tingkah
laku dapat diukur
Tingkah laku dapat
diukur berdasarkan dimensi-dimensi sebagai berikut:
Ø Topografi
: mengacu pada bentuk tingkah laku, misalnya: memukul, menangis, menulis,
melempar, menggambar, menjawab pertanyaan, dst
Ø Jumlah:
mengacu pada berapa kali (jumlah) tingkah laku muncul pada suatu periode waktu
tertentu, misalnya memukul temannya 5 kali dalam 30 menit, mengerjakan 30 soal
dengan benar dalam waktu 60 menit,dst
Ø Durasi
: mengacu pada lamanya tingkah laku muncul, misalnya melukis gambar mobil
selama 30 menit, menonton sepak bola selama 45 menit, dst
Ø Latensi
: mengacu pada berapa lama waktu yang diperlukan untuk memunculkan tingkah
laku, misalnya guru menyuruh murid membersihkan sampah, tingkah laku
membersihkan sampah muncul 5 menit kemudian, dst
Ø Kekuatan
: mengacu pada kuat lemahnya tingkah laku, mencuci celana sampai robek,
berteriak, dst
Ø Tempat
(locus) : mengacu pada tempat tingkah laku muncul, misalnya menyanyi di depan
kelas, memukul teman di sekolah, dst
c. Tingkah
laku sebagai hasil belajar
Tingkah laku
manusia paling banyak merupakan hasil dari satu atau lebih dari tiga factor
yang biasanya bertindak bersama –sama. Tiga factor ini adalah:
1. Factor
keturunan atau factor genetic
2. Perubahan
psikologis yang terjadi pada kita setelah konsepsi (seperti efek dari penyakit
dan kejadian)
3. Pengalaman
perubahan tingkah laku yang disebut dengan pembelajaran
Pembelajaran
mengarah kepada kemahiran (acquisition), pemeliharaan (maintenance), dan
perubahan dari tingkah laku organism sebagai hasil dari peristiwa (events) atau
kejadian-kejadian sepanjang hidup. Tingkah laku meliputi hal itu semua juga
meliputi tingkah laku yang tersembunyi seperti berpikir dan merasakan. Tingkah
laku manusia diakibatkan oleh variasi sebab. Sebab-sebab tingkah laku itu
berasal dari dalam dan dari luar diri manusia.
Asumsi
dasar dalam analisis tingkah laku yakni bahwa semua tingkah laku dipelajari.
Hal ini berarti bahwa baik tingkah laku bermasalah maupun tingkah laku normal
ditunjukkan oleh murid karena tingkah laku itu telah dipelajari oleh murid
tersebut. Bila kita memiliki murid yang patuh pada peraturan, bermain dengan
baik bersama dengan temannya, dan tahu bagaimana menggunakahn bahan-bahan
pelajaran dengan baik, kita biasanya mengatakan bahwa tingkah laku itu
merupakan hasil didikan orang tua yang hati-hati dan bertanggung jawab, yang patut menerima
penghargaan karena telah mengasuh anak-anaknya dengan baik. atau juga kita akan
mengatakan bahwa guru di kelas sebelumnya telah bekerja dan mengajar dengan
baik. bila para murid di sekolah menunjukkan tingkah laku normal dan baik,
secara otomatis kita menasumsikan bahwa orang-orang dewasa yang
bertanggungjawab telah menghasilkan tingkah laku itu.
Persoalannya
adalah, bagaimana dengan anak-anak yang suka membolos, yang sering berkelahi,
atau duduk menyendiri pada saat istirahat? Bagaimana dengan anak-anak yang
tidak dapat menangkap pelajaran atau mengalami kesulitan dalam menggunakan waktu belajarnya? Bila kita
menghadapi anak-anak bermasalah seperti ini biasanya kita akan mengatakan bahwa
anak-anak ini mengalami gangguan emosional, mengalami gangguan kepribadian atau
gangguan neuorologis. Biasanya kita akan menolak bahwa tingkah laku bermasalah
tersebut juga merupakan suatu hasil belajar.
d. Lingkungan
mempengaruhi tingkah laku
Seringkali kita mendengar orang
berbicara tentang beberapa macam perbedaan dari lingkungan. Beberapa istilah
yang berhubungan dengan lingkungan itu antara lain adalah:
Ø Lingkungan alami
(natural environment). Kerap banyak
orang berpikir tentang sesuatu yang besar di luar rumah atau tempat terbuka yang
luas. Tetapi natural environment bisa juga berate lain. Seorang behaviorisme
akan mengatakan lingkungan itu adalah lingkungan social. Ketika kita berpikir
tentang lingkungan social berarti kita sedang berpikir tentang dunia nyata
(real world) di mana kita menghabiskan waktu kita. bagi anak-anak, lingkungan
alami ditendensikan sebagai ruang kelas. Di dalam kelas ada banyak factor yang
bekerja bersama yang mempengaruhi
tingkah laku anak.
Ø Prosthetic
environment. Prosthetic
environment adalah lingkungan yang
membantu individu untuk berkelakuan lebih menyukai teman sebaya baik laki-laki
maupun perempuan. Teman sebaya yang biasanya kita sebut sebagai teman bermain
dapat membantu menyusun pembentukan tingkah laku dan juga cara mereka
beradaptasi secara wajar.
Ø Therapeutic
environment. Therapeutic
environment adalah lingkungan yang dimaksudkan untuk membantu anak
(murid/siswa) untuk pada akhirnya menjadi lebih bebas (independent) dari
lingkungannya dan dapat berperilaku lebih suka tipikal teman sebayanya ketika
berada dalam natural environment. Seringkali anak dengan problem tingkah laku
yang serius memerlukan sebuah tempat yang special atau ruang kelas yang
special di mana anak tersebut dapat
mengungkapkan isi hatinya dan menjadi baik.
e. Stimulus
Dalam hubungan dengan pemahaman tentang lingkungan
ini kita perlu mengerti satu aspek spesifik dari lingkungan yang disebut dengan
stimulus. Stimulus adalah istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan
aspek spesifik dari lingkungan yang dapat dibedakan dari satu dan lainnya.
Dalam studi istilah stimulus biasanya digunakan dalam referensi pada
variable-variabel lingkungan yang oleh individu yang melakukan eksperimen
dikontrol atau dimanipulasi dalam beberapa
cara yang dapat menentukan pengaruh mereka pada tingkah laku yang tengah
diselidiki. Stimulus dapat berupa kondisi, peristiwa, atau perubahan dalam
dunia fisik. Stimuli terjadi baik di dalam maupun di luar tubuh, meskipun
stimuli sebagian besar sering dikaji oleh analisis terapan tingkah laku di luar
tubuh. Stimuli dapat berupa orang, tempat, dan sesuatu seperti cahaya, suara,
rasa dan tekstur. Respon dan stimuli adalah konsep-konsep fundamental dalam
menganalisis tingkah laku.
f. Tingkah
laku dapat diubah dengan mengubah lingkungan
Skinner dalam tesisnya mengatakan bahwa “When an organism acts upon the environment
in which it lives, it changes that environment in ways that often affect the
organism itself. Some of these changes are what the layman calls rewards, or
what are generally referred to technically as reinforcers: when they follow behavior
in this way they increase the likelihood that the organism will behave in the
same way again” (Ferster &Skinner, 1957, p. 1). Dari sini kita dapat
mengatakan bahwa lingkungan (environment) sangat mempengaruhi perubahan tingkah
laku individu (organism). Perubahan tingkah laku itu bisa terbentuk karena
reward (ganjaran, hadiah) atau bisa juga karena reinforcerment ( penguatan).
Jika demikian maka tingkah laku itu sesungguhnya dapat diubah dengan mengubah
lingkungan (dengan rewards dan reinforcement). Dengan kata lain bahwa tiap
lingkungan dapat diatur kembali untuk mengajarkan bagaimana menunjukkan tingkah
laku yang baru dan lebih adaptif bagi individu (organism)
g. Tingkah
laku bermasalah (maladaptive behavior)
Maladaptive behavior adalah tingkah
laku yang tidak efektif dalam menerima tujuan atau cita-citanya dan atau
konsekuensinya tak dikehendaki oleh yang lain. Kebalikan atau lawan dari
tingkah laku ini adalah adaptive behavior, yaitu tingkah laku yang diterima
secara social yang efektif atau fungsional dalam melayani tujuannya. Berikut
disajikan beberapa asumsi dari tingkah laku bermasalah (maldaptive)
1. Asumsi
tingkah laku bermasalah dalam kajian pendekatan konseling behavior
·
Tingkah laku bermasalah
adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negative ataun tingkah laku yang
tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan
·
Tingkah laku yang salah
hakekatnya yang terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah
·
Individu bermasalah ini
mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negative dari lingkungannya.
Tingkah laku maladaptive terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat
·
Seluruh tingkah laku
individu di dapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat
diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
2. Asumsi
tingkah laku bermasalah dalam kajian pendekatan konseling Gestalt
·
Individu yang
bermasalah terjadi karena pertentangan antara kekuatan “top dog” dan kebeadaan
“under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam.
Under dog adalah keadaan defensive, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif,
ingin dimaklumi
·
Perkembangan yang
terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa apa yang harus
(self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
·
Terjadi pertentangan
antara keberadaan social dan biologis
·
Ketidakmampuan individu
mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
·
Mengalami
gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
·
Melarikan dari
kenyataan yang harus dihadapi
·
Spectrum tingkah laku
bermasalah pada individu meliputi:
o Kepribadian
kaku (rigid)
o Tidak
mau bebas bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
o Menolak
berhubungan dengan lingkungan
o Memelihara
unfinished business
o Menolak
kebutuhan diri sendiri
o Melihat
diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”
3. Asumsi
tingkah laku bermasalah dalam prespektif konseling rasional emotif
·
Dalam perspektif konseling
rasional emotif tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan
pada cara berpikir yang irasional
·
Ciri-ciri berpikir
irasional
o Tidak
dapat dibuktikan
o Menimbulkan
perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak
perlu
o Menghalangi
individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
·
Sebab-sebab individu
tidak mampu berpikir secara rasional
o Individu
tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang yang akan datang, antara
kenyataan dan imajinasi
o Individu
tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
o Orang
tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan
kepada individu melalui berbagai media
·
Indicator keyakinan
irasional
o Bahwa
manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang
lain dari segala sesuatu yang dikerjakan
o Bahwa
banyak orang dalam kehidupan masyarakat bertindak tidak baik, merusak, jahat,
dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan dan dihukum
o Bahwa
kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana
yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia
dalam hidupnya
o Bahwa
lebih mudah menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu daripada berusaha untuk
menghadapi dan menanganinya
o Bahwa
penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa
individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan
penderitaan emosional tersebut
o Bahwa
pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan
individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
o Bahwa
nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung
dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain
terhadap individu
h. Beberapa
istilah berhubungan dengan tingkah laku
-
Behavior modification
merupakan aplikasi dari hukum-hukum yang telah diperoleh dari pembelajaran atas
tingkah laku manusia.
-
Target behavior adalah
suatu target tingkah laku yang berfungsi untuk mengubah
-
Response adalah suatu
tingkah laku yang dengan segera dan dengan prediksi mengikuti sesuatu yang
terjadi di dalam lingkungannya
-
Trial adalah suatu term
yang mengacu kepada satu usaha atau percobaan, pengulangan, atau contoh dari
suatu tingkah laku, yang sering diterapkan dalam membangun suatu situasi untuk
belajar (mempelajari) tingkah laku
-
Maladaptive behavior
adalah tingkah laku yang tidak efektif dalam menerima tujuan atau cita-citanya
dan atau konsekuensinya tak dikehendaki oleh yang lain.
-
Adaptive behavior
adalah tingkah laku yang diterima secara social yang efektif atau fungsional
dalam melayani tujuannya.
-
Verbal behavior adalah suatu
kemampuan yang sangat penting dalam komunikasi dengan satu sama lain (tekanan
pada kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi)
-
Mand adalah suatu
permintaan atau permohonan, yang digunakan dalam terminology tingkah laku
verbal yang artinya untuk meminta sesuatu.
-
Tact adalah term verbal
behavior yang lain yang secara esensial berarti nama atau lebel sesuatu.
-
Covert behavior
merupakan suatu tingkah laku yang tidak dapat secara langsung diobservasi atau
diamati oleh public. Covert behavior mengacu kepada tingkah laku seperti
berpikir, berimajinasi, berperasaan.
III.
Analisis tingkah laku
a. Apa
analisis tingkah laku itu?
Satu keuntungan
yang besar dari penggunaan pendekatan behavior adalah untuk membantu memecahkan
persoalan dengan menyusun metode evaluasi secara atas prosedur yang digunakan
untuk treatmen terhadap masalah-masalah itu. Kemudian kita dapat membuat
keputusan perlakuan atau tindakan yang didasarkan pada metode ilmu pengetahuan
dan penilaian yang menggunakan obyek periistiwa dan data actual daripada pendapat
dan pemikiran sendiri. Dengan pendekatan ini perlakuan dapat dilanjutkan,
disesuaikan atau bisa juga tidak
dilanjutkan dan digantikan dengan didasarkan pada peristiwa dan obyek data.
Ketika seseorang melakukan
tindakan atau tingkah laku tertentu, seringkali kita bertanya,”apa yang membuat
seseorang itu melakukan tindakan atau bertingkah laku seperti itu”. Pertanyaan
ini adalah wajar namun tidak ada jawaban yang memuaskan untuk semua kasus.
Beberapa tingkah laku mungkin dibentuk (dilakukan) oleh orang yang berbeda
dengan alasan yang berbeda, bisa juga tingkah laku itu dilakukan oleh orang
yang berbeda dengan alasan yang sama dan orang yang sama mungkin membentuk atau
melakukan tingkah laku yang sama pada saat atau waktu yang berbeda dengan
alasan yang berbeda pula.
Behavior analysis adalah sebuah
definisi yang jelas mengenai prosedur
yang dilakukan secara bertahap yang dapat digunakan oleh kita untuk memperbaiki
tingkah laku murid atau seseorang. Selain itu dapat juga dapat dikatakan sebagai
suatu metode menprediksikan (memperkirakan) suatu problem situasi dan
merencanakan apa yang akan dilakukan
untuk memecahkannya (albert, p. 59).
b. Fungsi
analisis tingkah laku
Term analisis
fungsional dan fungsional penilaian tingkah laku sering digunakan dalam
pembicaraan tentang cara memandang dan mengira-gira masalah-masalah tingkah
laku. Mereka harus melakukannya dengan
mengidentifikasi variable-variabel yang adalah fungsi sebuah tingkah
laku, apa pun artinya.
Analisis
fungsional mengacu kepada suatu pendekatan yang lebih didasarkan pada ilmu
pengetahuan yang menyusun banyak factor atau variabel-variabel tak berubah
(atau konstan), yang secara intensional mengubah factor-faktor lain yang
mungkin mempengaruhi target tingkah laku.
Fungsi penilaian
tingkah laku adalah secara umum, suatu term yang lebih luas dalam mana sebuah
fungsional behavioral assessment menyusun sebuah analisis fungsional, tetapi
juga menyusun tipe-tipe informasi sebagai laporan ulang dan mewawancarai orang
dewasa yang tahu anak-anak yang baik. tujuan adalah untuk mencapai pemahaman
dari hubungan antara tingkah laku anak-anak dan variasi factor-faktor yang
mungkin mempengaruhi tingkah laku.
c. Bagaimana
menganalisis tingkah laku
Menurut ABA
terdapat 10 langkah dalam menganalisis tingkah laku yaitu
1. Menentukan
target tingkah laku. Langkah ini merupakan proses dua arah yaitu pertama
mengidentifikasi tingkah laku yang akan dikurangi (diubah=sasaran deselerasi)
dan kedua mengidentifikasi tingkah laku yang akan dikehendaki supaya muncul
(sasaran akselerasi).
2. Find
the baseline
Mencari atau
menemukan bagaimana sering anak membentuk (memainkan) target tingkah laku
dibawah keadaan yang khas. Tujuan dari baseline adalah untuk membantu dalam
memonitor target tingkah laku.
3. Mengidentifikasi
antecedent (perilaku yang mendahului). Dkl mengantisipasi antecedent dari
target tingkah laku.
4. note
the place (mencatat tempat), mengacu
pada tempat tingkah laku muncul
5. note
the time (mencatat waktu), mengacu pada lamanya tingkah laku muncul
6. mengidentifikasi
konsekuen, mengacu kepada kejadian-kejadian yang menyertai suatu tingkah laku
7. mengidentifikasi
penguatan positif dan stimuli aversif
8. merencanakan
dan mengimplementasikan program
9. monitor
program
10. mengevaluasi
dan menyesuaikan program
Referensi:
Albert J. Kearney. 2008. Understanding Applied Behavior Analysis: An
Introduction to ABA for Parents, Teachers, and other Professionals. Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers
W. David Pierce dan Carl D.
Cheney. 2004. Behavior Analysis and Learning. Mahwah, New Jersey: LAWRENCE ERLBAUM ASSOCIATES,
PUBLISHERS