NAMA PENDEKATAN
Pendekatan yang
di bahas dalam resume ini adalah pendekatan Family Therapy.
SEJARAH PERKEMBANGAN
Family
Therapy ditampilkan oleh bermacam-macam teori dan pendekatan, dimana semua
pendekatan dan teori tersebut berfokus pada aspek hubungan masalah manusia.
Beberapa individu yang memberikan sumbangan terhadap Family Therapy
antara lain sebagai berikut:
ALFRED
ADLER, merupakan seorang psikolog pertama dari era modern yang menggunakan
terapi keluarga melalui pendekatan sistemis. Adler melakukan sesi konseling
keluarga dalam forum publik terbuka untuk mendidik orangtua. Dia percaya
bahwa masalah-masalah yang terjadi pada salah seorang dalam keluarga, berlaku
secara umum terhadap anggota lainnya dalam komunitas.
MURRAY
BOWEN, seorang pendiri asli dari aliran Family Systems Therapy. Dia
percaya keluarga dapat dipahami sebaik-baiknya ketika dianalisis dari
perspektif tiga generasi karena dapat melihat pola hubungan interpersonal
anggota keluarga antar generasi. Kontribusi utamanya meliputi konsep inti
diferensiasi diri dan triagulasi.
VIRGINIA
SATIR, merupakan pengembang terapi keluarga conjoint, sebuah model proses
validasi manusia (sebuah pendekatan eksperimental) yang menekankan pada
komunikasi dan pengalaman emosi. Seperti Bowen, dia menggunakan model
inter-generasional, tetapi dia bekerja untuk membawa pola keluarga terhadap
kehidupan dalam rekonstruksi keluarga sekarang. Mengklaim bahwa teknik tersebut
adalah sekunder terhadap hubungan, dia berkonsentrasi pada hubungan antara
terapis dengan keluarga untuk mencapai perubahan.
CARL
WHITAKER, pencipta terapi keluarga pengalaman-simbolis (symbolic-experiential
family therapy), sebuah pendekatan intuitif untuk membantu saluran
interaksi terbuka dalam keluarga. Tujuannya adalah memfasilitasi otonomi
individu sambil tetap mempertahankan rasa memiliki dalam keluarga.
SALVADOR
MINUCHIN, mulai mengembangkan terapi keluarga struktural pada 1960an melalui
karyanya dengan anak remaja keluarga miskin di Sekolah Wiltwyck di New York.
Bekerja dengan kolega pada Philadelphia Child Guidance Clinic pada 1970an,
Minuchin memperbaiki teori dan praktek terapi keluarga. Dengan berfokus kepada
struktur atau organisasi keluarga, terapis membantu keluarga
memodifikasi pola stereotype dan meredefinisikan hubungan di antara
anggota keluarga.
JAY
HALEY, seorang penulis prolific, mempunyai dampak signifikan terhadap
pengembangan Family Systems Therapy. Dia mencampur terapi keluarga
struktural dengan konsep hirarki, kekuasaan, dan intervensi strategis. Strategic
family therapy adalah sebuah pendekatan yang berfokus pada memecahkan
masalah sekarang; memahami apa yang tidak dibutuhkan atau tidak diajukan.
CLOE
MADANES, bersama Jay Haley, membentuk Institusi keluarga di Washington DC pada
tahun 1970an. Melalui praktek terapi gabungan, tulisan, dan pelatihan dalam
terapis keluarga, terapi keluarga strategis menjadi terapi keluarga
paling populer pada 1980an. Ini adalah sebuah pendekatan terapi yang singkat
dan berorientasi pada solusi.
PERKEMBANGAN FAMILY SYSTEMS THERAPY
Pada
1960an dan 1970an, pendekatan psikodinamik, behavior dan pendekatan humanistis
(masing-masing disebut kekuatan pertama, kedua dan ketiga) mendominasi teori
dan konsep konseling dan psikoterapi, termasuk pada konseling keluarga. Dewasa
ini, berbagai pendekatan dapat digunakan pada sistem keluarga sehingga
mengakibatkan adanya pergeseran paradigma yang dapat bahkan disebut sebagai
‘kekuatan keempat’. Saat ini telah banyak terapis yang secara kreatif
menggunakan berbagai macam perspektif/pendekatan ketika menjalankan terapi.
Dalam
perkembangannya, Family Systems Therapy mengalami beberapa inovasi yang
berhubungan dengan beberapa tokoh kunci Family Systems Therapy. Beberapa
perkembangan tersebut antara lain sebagai berikut.
Adlerian Family Therapy
Pendekatan yang
digunakannya dalam Adlerian family therapy ialah pendekatan sistemis
yang telah lama digunakannya sebelum teori-teori tersebut diaplikasikan dalam
dunia psikoterapi. Konseptualisasi yang dicetuskan Adler dapat ditemukan di
dalam prinsip-prinsip dan praktek model yang lainnya.
Corey (2009) mengungkapkan
bahwa Adler adalah orang pertama yang mengamati perkembangan anak di dalam
konstelasi keluarga (frase yang digunakan untuk sistem keuangan) yang sangat
dipengaruhi oleh urutan kelahiran, dan urutan kelahiran tersebut mempunyai
konsistensi terhadap masing-masing posisi. Adler juga menjelaskan bahwa setiap
perilaku mempunyai tujuan, dan anak-anak seringkali bertindak dalam pola yang
dimotivasi oleh keinginan untuk memiliki, bahkan ketika pola tersebut salah
atau sia-sia.
Sebuah asumsi dasar dari Adlerian
Family Therapy modern adalah baik orangtua ataupun anak seringkali terkunci
di dalam pengulangan, interaksi negatif yang didasarkan pada kesalahan
penetapan tujuan yang memotivasi semua pihak terlibat.
Multigenerasional Family Therapy
Murray Bowen adalah salah
seorang pencetus aliran utama dalam Family Systems Therapy.Teori sistem
keluarga miliknya, merupakan model teoritis dan klinis yang terlibat dari
prinsip-prinsip dan praktek psikoanalitis, disebut juga terapi keluarga multi
generasional. Bowen beserta timnya mengimplementasikan sebuah pendekatan
inovatif terhadap penderita schizophrenia di Lembaga Nasional Kesehatan Mental.
Dalam pelaksanaannya, Bowen benar-benar ramah dengan seluruh keluarga, sehingga
sistem keluarga dapat menjadi fokus terapi.
Observasi yang dilakukan
Bowen membawa dia pada ketertarikannya pada pola keluarga dalam lintas
generasi. Dia berpendapat bahwa masalah yang terjadi pada salah seorang dalam
keluarga tidak akan mengalami perubahan yang signifikan sampai pola hubungan
dalam asal usul sebuah keluarga dipahami dan secara langsung ditantang untuk
berubah. Multigenerasional family therapy ini beroperasi dengan dasar
bahwa pola hubungan interpersonal yang dapat diprediksi berhubungan dengan
fungsi dari anggota keluarga lintas generasi. Menurut Kerr dan Bowen (1988),
penyebab dari masalah individual hanya dapat dipahami dengan melihat pada
peranan keluarga sebagai unit emosional. Diantara unit dalam keluarga,
penyatuan secara emosional belum terselesaikan dalam satu keluarga harus
diketahui jika ingin mencapai kematangan dan kepribadian yang unik.
Salah satu konsep Bowen
dalam multigenerasional family therapy adalah triangulasi, sebuah proses
dimana triad (tiga orang) menghasilkan pengalaman two-against-one. Bower
mengasumsikan bahwa triangulasi dapat terjadi secara mudah antara anggota
keluarga dan terapi atau konselor, merupakan alasan mengapa Bowen sangat
menekankan pada klien untuk menyadari isu keluarga mereka sendiri (Kerr dan
Bowen,1988). Kontribusi utama dari multigenerasional family therapy
adalah ide diferensiasi diri. Diferensiasi diri melibatkan pemisahan sisi
psikologis dari inteleklual, emosi, dan ketergantungan diri kepada orang lain.
Dalam proses individualisasi, seorang individu memperoleh identitas diri, dan
memungkinkan keluarga mereka menerima tanggung jawab pribadi terhadap
pemikiran, perasaan, persepsi dan aksi yang mereka lakukan.
Human Validation Process Model
Ketika Bowen mengembangkan
pendekatannya, Virginia Satir (1983) mulai menekankan pada hubungan keluarga.
Pendekatan yang dicetuskannya mulai membawanya untuk percaya pada nilai dari
sebuah kekuasaan , hubungan pengasuhan yang didasarkan pada kesukaan dan pesona
yang kuat dengan siapa saja yang dia peduli. Satir memposisikan dirinya sebagai
detektif yang berusaha mengajukan dan mendengarkan refleksi penghargaan diri
dalam berkomunikasi dengan klien. Satir bekerja dengan gadis remaja, dirinya
terkejut ketika mengetahui bahwa komunikasi dan perilaku kliennya berubah
ketika ibunya hadir. Saat dia membina hubungan mereka, mulai terjadi kembali
pada si gadis remaja itu ketika ditanya soal ayahnya. Saat ayahnya hadir,
komunikasi dan perilaku ibu dan anak perempuan berubah. Berdasarkan kejadian
ini, Satir menemukan kekuatan dari terapi keluarga, pentingnya komunikasi dalam
interaksi keluarga, dan nilai dari validasi terapi dalam proses perubahan
(Satir dan Bitter, 2000 dlam Corey, 2009). Satir dengan intuisi yang tinggi dan percaya bahwa spontanitas, kreativitas,
humor, pengungkapan diri, pengambilan resiko, dan sentuhan pribadi; merupakan
bagian dari family systems therapy. Dalam pandangannya, teknik tersebut
adalah sekunder terhadap hubungan yang dikembangkan terapis dengan keluarga.
Experiential Family Therapy
Carl Whitaker adalah
pelopor terapi keluarga berdasarkan pengalaman, dikenal juga dengan pendekatan experiential-symbolic;
sebuah aplikasi terapi eksistensial terhadap sistem keluarga, yang menekankan
pada pilihan, kebebasan, penentuan diri, pertumbuhan, dan aktualisasi (Whitaker
dan Bumberry, 1988). Seperti Satir dan pendekatan eksistensial lainnya,
Whitaker menekankan pada pentingnya hubungan antara keluarga dengan terapis.
Whitaker lebih konfrontatif dalam menanggapi “kenyataan” daripada Satir, yang
lebih pada pengasuhan. Terhadap tujuan hidupnya, dia hanya melihat keluarga,
dan bahkan mencoba berkomunikasi dan berasosiasi dengan keluarga.
Experiential Family
Therapy dilakukan untuk membuka topeng kepura-puraan dan menciptakan makna baru,
membebaskan anggota keluarga untuk menjadi diri sendiri. Whitaker tidak
mengajukan berbagai macam metode; yang membedakannya yakni keterlibatan terapis
dengan keluarga, dengan memunculkan reaksi spontan (dari terapis atau konselor)
terhadap situasi sekarang dan dirancang untuk meningkatkan kesadaran klien, dan
untuk membuka interaksi yang baru dengan keluarganya.
Structural-Strategic Family Therapy
Asal usul terapi sistem
keluarga dapat di telusuri dari awal 1960an ketika Salvador Minuchin melakukan
terapi, pelatihan dan penelitian pada anak remaja dari keluarga miskin.
Minuchin (1974) menjelaskan bahwa gejalan individual dapat dipahami dari sudut
pandang pola interaksi dengan keluarga dan bahwa perubahan struktural harus
terjadi dalam keluarga sebelum gejelan individual tersebut dikurangi atau
dieliminasi. Ada dua tujuan dari structural family therapy, yaitu: 1)
mengurangi symptom disfungsi dan 2) membawa perubahan struktural dalam sistem
dengan memodifikasi aturan keluarga dan mengembangkan batasan yang lebih tepat.
Dalam akhir 1960an Jay
Haley bergabung dengan Minuchin di Philadelphia Child Guidance Clinic. Pada
akhir 1970an, pendekatan struktural-strategis paling banyak digunakan dalam family
systems therapy. Model ini berusaha mereorganisasi struktur disfungsional atau
problematis dalam keluarga, menetapkan batas, ketidakseimbangan, membuat
kerangka ulang, siksaan, dan pengumuman semuanya menjadi bagian dari proses
terapi keluarga. Tidak banyak berhubungan dengan eksplorasi atau interpretasi
masa lalu, tetapi lebih pada tipe pola interaksi, untuk mereorganisasi
subsistem atau hirarki keluarga, dan untuk memfasilitasi perkembangan
penggunaan transaksi yang lebih bermanfaat atau fleksibel.
Pada tahun 1974, Haley dan
Cloe Madanes memulai Lembaga Terapi Keluarga di Washington DC. Selama 15 tahun
mereka menulis, mengembangkan dan mempraktekkan terapi, dan memberikan
pelatihan intensif dalam terapi keluarga strategis. Pendekatan strategis mereka
melihat masalah yang ada sekarang sebagai riil dan metafora bagi fungsi sistem.
Penekanan yang besar diberikan kepada kekuasaan, kontrol, dan hirarki dalam
keluarga dan sesi terapi. Haley (1984) dan Madane (1981) lebih tertarik pada
aplikasi praktis intervensi strategis untuk memperbaiki masalah keluarga
daripada memformulasikan teori terapi berbeda dari model struktural. Ini secara
khusus terbukti pada model Madanes (1990) untuk bekerja dengan keluarga yang
memasukkan pelanggaran gender. Madanes membawa perspektif humanistis kepada
terapi strategis dengan mengalamatkan perlunya cinta dan menekankan pada aspek
terapi perawatan.
Recent Innovations
Dalam beberapa dekade yang
lalu, feminism, multiculturalism, dan postmodern social constructionism telah memasuki
seluruh bidang terapi keluarga. Model ini lebih kolaboratif, memperlakukan klien individual, pasangan atau keluarga sebagai ahli dalam kehidupan mereka sendiri.
Percakapan terapi mulai dengan konselor dalam"decentered" atau posisi "tidak-tahu"
dimana klien didekati dengan rasa ingin tahudan
dengan perhatian. Terapissecara sosialaktif membantuklien dalam mengambilsikap
menyesuiakan tindakan yang akan dilakukan terhadap budaya dominan yang menindas mereka.
Tom Andersen (1987, 1991)
mempraktekkan family systems therapy di Norwegia Barat, dan pendekatan Family
Systems Therapy didasarkan pada psikiatri constructionism sosial,
Andersen telah mempelopori program kesehatan mental berbasis masyarakat dan
melakukan sebuah pendekatan “reflections teams” terhadap family
systems therapy.
HAKIKAT MANUSIA
Hakikat
manusia dalam family systems therapy secara singkat dapat
dijelaskan pada asumsi bahwa keluarga merupakan unit interaksional, yang
memiliki sejumlah ciri unik sendiri, sehingga memungkinkan untuk terjadinya
penilaian yang kurang akurat dari perhatian secara individual tanpa mengamati interaksi
anggota keluarga lainnya. Meneliti dinamika internal individu tidak hanya cukup
memperhatikan hubungan interpersonal, karena akan memberikan gambaran yang
tidak lengkap.
Keluarga
memberikan konteks primer untuk memahami bagaimana individu berfungsi dalam
hubungan dengan orang lain dan bagaimana mereka berperilaku. Keluarga dipandang
sebagai unit fungsional lebih dari kumpulan peranan anggota. Tindakan anggota
keluarga secara individual akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga lainnya,
dan interaksi mereka memiliki pengaruh timbal balik untuk setiap individu dalam
keluarga tersebut yang terjadi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Goldenberg dan Goldenberg (2010) menunjukkan perlunya seorang terapis atau
konselor untuk melihat perilaku secara menyeluruh, termasuk semua gejala yang
diekspresikan oleh individu, ditambahkannya, orientasi sistem tidak menghalangi
untuk menangani dinamika secara individu.
Sebagaimana
dengan perkembangan individu, Family Systems dapat dilihat sebagai suatu
proses perkembangan yang berkembang dari waktu ke waktu. Model perkembangan
kehidupan keluarga meliputi family life cycle (siklus kehidupan
keluarga) dan the family life spiral.

FAMILY LIFE CYCLE
Jay Haley (1993) merupakan orang pertaman yang memberikan penawarkan
penjelasan secara rinci dari Family Life Cycle (siklus kehidupan
keluarga). Haley mengidentifikasi enam tahap perkembangan, mulai dari masa saling
mengenal hingga usia lanjut. Haley tertarik dalam memahami kekuatan keluarga
yang dimiliki oleh seorang individu dan tantangan yang mereka hadapi ketika
saat menjalani siklus kehidupan. Haley memiliki hipotesis bahwa gejala-gejala
dan disfungsi yang muncul ketika ada gangguan dalam mengantisipasi siklus
kehidupan terjadi secara alamiah.
THE FAMILY LIFE SPIRAL
Combrinck-Graham (1985) membangun suatu model nonlinier dari pengembangan
struktur keluarga yang disebut the family life spiral. Family life
spiral didalamnya mencakup berbagai macam tugas perkembangan dari tiga
generasi secara keseluruhan dan saling mempengaruhi satui dengan yang lain. Isu
perkembangan yang terjadi dalam setiap orang dapat dilihat kaitannya dengan
anggota keluarga yang lainnya.
Centripetal Periods. Kedekatan dalam kehidupan
keluarga disebut dengan sentripetal untuk menunjukkan berbagai kekuatan dalam
sistem keluarga yang terus dipertahankan secara bersama-sama (Combrinck-Graham,
1985). Centripetal Periods (CPs) ditandai dengan orientasi batin yang
membutuhkan sebuah ikatan yang intens dan kohesif, misalnya anak usia dini,
membesarkan anak, dan grandparenting.
Centrifugal Periode. Ketidakterikatan atau
terpisah dalam kehidupan keluarga disebut sentrifugal untuk menunjukkan
dominasi kekuatan keluarga untuk menarik keluarga terpisah (Combrinck-Graham,
1988). Centrifugal Periode (CF) yang ditandai dengan orientasi ke luar
dari sebuah keluarga. Dalam periode ini, fokus pembangunan struktur keluarga
adalah pada tugas-tugas yang menekankan pada identitas pribadi dan otonomi,
seperti remaja, paruh baya, dan pensiun, seiring dengan hal tersebut, batas
eksternal keluarga menjadi longgar, struktur keluarga lama yang domodifikasi,
dan jarak antara anggota keluarga biasanya meningkat.
The Family Merry-Go-Round. Istilah
sentripetal dan sentrifugal dalam hal ini menunjukkan adanya tarikan dan
dorongan kekuatan dalam struktur kehidupan keluarga. Jika dianalogikan,
kekuatan ini hampir sama dengan proses mengendarai komidi putar. Keluarga
berada dalam proses terus-menerus untuk saling mendorong dan menarik guna
menyesuaikan diri dengan berbagai macam peristiwa kehidupan. Periode dalam
keluarga dapat beralih dari periode sentripetal menjadi periode sentrifugal
bergantung pada tugas perkembangan yang akan dicapai dalam suatu tahapan siklus
kehidupan keluarga tersebut. Sebuah keluarga biasanya akan mencapai satu siklus
setiap 25 tahun.
Implications for Practice. Periode
sentripetal maupun sentrifugal mendefinisikan kondisi patologis. Periode ini
menggambarkan gaya hubungan keluarga pada tahap tertentu dalam family life
spriral. Pembentukan suatu respon tertentu muncul ketika ada anggota
keluarga yang dihadapkan dengan suatu peristiwa di luar antisipasi family
life spiral.
PERKEMBANGAN PERILAKU
Struktur Kepribadian
Sebagaimana
hakikat manusia dalam family systems therapy bahwa manusia (klien) dalam
perkembangan kehidupannya akan selalu berhubungan dengan sistem kehidupan, maka
perkembangan perilaku, termasuk didalamnya struktur kepribadian akan sangat
dipengaruhi oleh sistem yang ada dalam sebuah keluarga. Banyak faktor
yang berpengaruh terhadap lingkungan keluarga, diantaranya adalah Birth
Order And Family Constellation, Birth order and family constellation
sering disalahpahami, posisi anak dalam urutan kelahiran tidak deterministik,
hanya memberikan kemungkinan bahwa seorang anak akan memiliki berbagai jenis
pengalaman. Family constellation seseorang mencakup komposisi keluarga,
peran masing-masing orang, dan hubungan timbal balik seseorang yang telah
berlangsung dalam kehidupannya, baik dengan saudara dan maupun dengan orang
tua.Meskipun ada banyak faktor yang akan menunjukkan pengecualian, ada beberapa
karakteristik umum terkait dengan posisi urutan kelahiran, karakteristik umum
tersebut antara lain sebagai berikut.
Anak Pertama (Anak Tertua).
Anak pertama yang untuk sementara waktu menjadi anak tunggal akan merasa
memiliki kehidupan yang “baik” untuk beberapa periode waktu, mereka cenderung
menjadi pusat perhatian dan kadang-kadang manja. Namun, ketika saudara
dilahirkan, anak tertua cenderung merasa diturunkan dan mungkin merasa
terancam, kurang dicintai dan diabaikan, marah, takut, dan cemburu dalam
menanggapi kehilangan peran khusus mereka sebagai anak tunggal. Seringkali,
anak-anak pertama (tertua) mencoba untuk mendapatkan kembali posisi kembali
dengan melakukan perbuatan baik (misalnya, menjadi bertanggung jawab, sebagai
pengurus adik-adiknya, mengikuti kegiatan ekstra), dan dapat membantu anak
pertama untuk menjadi lebih afiliatif dan percaya diri.
Anak kedua.
Anak kedua terkadang menemukan posisi diri mereka dalam posisi yang tidak
nyaman. Selama tahun-tahun awal, anak kedua terkadang memiliki seseorang yang
lebih maju yang ada di depannya. Situasi ini dapat diatasi jika saudara
tertuanya adalah laki-laki dan perempuan yang lahir satu tahun atau lebih
sebelum kelahiran anak kedua tersebut. Namun, jika anak sulung berhasil, anak
kedua terkadang menjadi mudah putus asa dan kurang memiliki harapan untuk
mencapai suatu posisi atau kegiatan yang ditempati oleh saudara tertuanya.
Anak
Tengah.
Sama seperti anak kedua, anak-anak tengah memiliki saudara kandung yang
memimpin, tetapi mereka juga memiliki saudara yang dekat dengan mereka. Tidak
hanya mereka harus menjaga, tetapi juga mereka merasa bahwa mereka harus tetap
berada di depan. Terkadang anak-anak tengah kurang yakin akan kemampuan atau
dirinya sendiri, memiliki kelebihana dalam ranah sosial. Namun, beberapa anak
tengah merasa terjepit di antara anak-anak yang telah menemukan tempat mereka
dan anak-anak muda yang tampaknya untuk menerima lebih banyak cinta dan
perhatian.
Anak
Bungsu.
Anak bungsu berada dalam tiga situasi. Pertama, mereka mungkin dimanjakan
dan dimanjakan oleh seluruh keluarga. Kedua, mereka mungkin merasa perlu untuk
melakukan usaha yang lebih (termasuk juga aspek waktu) hanya untuk bersaing
dengan saudara mereka yang lebih tua. Ketiga, mereka mungkin menjadi berkecil
hati tentang bersaing dengan mereka saudara dan saudari. Anak-anak bungsu
sering memposisikan diri mereka pada posisi yang membuat saudara-saudaranya
menjadi iri, karena mereka mungkin dimanjakan oleh orang tua dan saudara
kandung yang lebih tua. Terlalu banyak hal dapat dilakukan untuk mereka,
termasuk membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab. Karena posisi yang
“unik”, anak-anak bungsu dapat dengan mudah mengalami patah semangat dan
mengembangkan perasaan rendah diri, mungkin karena ada harapan terbatas untuk
kesuksesan mereka, tetapi anak bungsu sering menjadi anak yang paling berhasil
dalam keluarga.
Anak
Tunggal.
Anak tunggal memiliki banyak kesamaan dengan baik anak sulung dan anak
bungsu. Mereka mencari prestasi seperti anak sulung dan biasanya menikmati
menjadi pusat perhatian seperti anak bungsu. Anak tunggal adalah kondisi yang
“unik”, mereka tumbuh dalam dunia yang penuh dengan orang dewasa. Tidak ada
anak-anak lain dengan siapa untuk bersaing, sehingga anak hanya bekerja keras
untuk mencapai suatu tingkat kedewasaan tertentu.
Anak tunggal terkesan diposisikan hanya untuk menjadi sangat egosentris,
karena mereka tidak harus berhadapan dengan siapa pun (saudara) untuk berbagi.
Karakteristik lain yang cukup khas dari anak tunggal anak adalah bahwa mereka
sering tumbuh dan menikmati menjadi pusat perhatian.
Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi
sehat/ identitas berhasil
Pribadi sehat dalam family systems therapy didasarkan
pada asumsi bahwa pribadi yang dapat menjalankan model perkembangan keluarga
yang normal, dapat melakukan diferensiasi identitas dengan tepat, secara
emosional dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan tugas perkembangannya,
memiliki citra diri yang mandiri pada masing-masing individu, dan dapat
mengembangkan kohesifitas diri baik di dalam keluarga maupun lingkungan sosial
lainnya, serta dapat menunjukkan apresiasi terhadap perasaan yang dialaminya sendiri
dan juga perasaan individu lain disekitarnya (misalnya, anak, saudara, dll.)
Pribadi
bermasalah/ tingkah laku salah/tidak tepat
Pribadi bermasalah dalam family systems therapy didasarkan
pada asumsi bahwa pribadi tidak dapat memberikan fungsi atau tujuan bagi
keluarga dengan tepat, tidak dapat mempertahankan proses keluarga baik secara
sengaja maupun tidak sengaja, mengalami ketidakmampuan untuk beroperasi secara
produktif (khususnya) selama pengembangan transisi, mengalami gejala pola
disfungsional yang tidak tertangani hingga generasi berikutnya, perkembangan
ego yang tidak sempurna atau fenomena ‘transference’ dalam konsep
Freud, mengalami ketidaktepatan proses penyesuaian diri dengan
orang dewasa, mengalami kegagalan individu mengembangkan kohesi diri dan
keunikan identitas dirinya yang menyebabkan gangguan kasih sayang emosional,
berkepribadian narsistik (terobsesi dengan opini orang lain) atau kebutuhan
yang ekstrim terhadap penghargaan.
HAKIKAT KONSELING
Konseling Keluarga merupakan upaya bantuan yang diberikan
kepada individu sebagai bagian dari anggota keluarga melalui system keluarga
(pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang secara optimal
mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua
anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.
Prinsip-prinsip konseling keluarga:
1.
Setiap anggota adalah sejajar, tidak ada satu yang
lebih penting dari yang lain.
2.
Situasi saat ini merupakan penyebab dari masalah
keluarga dan prosesnyalah yang harus diubah.
3.
Tidak perlu memperhatikan diagnostik dari permasalahan
keluarga, karena hal ini hanya membuang waktu saja untuk ditelusuri.
4.
Selama intervensi berlangsung, konselor/terapist
merupakan bagian penting dalam dinamika keluarga, jadi melibatkan dirinya
sendiri.
5.
Konselor/terapist memberanikan anggota keluarga untuk
mengutarakan dan berinteraksi dengan setiap anggota keluarga dan menjadi “intra
family involved”
6.
Relasi antara konselor/terapist merupakan hal yang
sementara. Relasi yang permanen merupakan penyelesaian yang buruk.
7.
Supervisi dilakukan secara riil/nyata
(conselor/therapist center)
KONDISI PENGUBAHAN
Tujuan
a)
Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara
emosional menghargai bahwa dinamika keluarga saling bertautan di antara anggota
keluarga.
b)
Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan
bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari
satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
c)
Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai
dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan
keutuhan keluarga.
d)
Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak
relasi parental terhadap anggota keluarga.
Konselor
Konselor
pada konseling keluarga diharapkan mempunyai kemampuan professional untuk
mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai
kualitas emosional dan kepribadian. Konselor diharapkan mampu mengembangkan
komunikasi antara anggota keluarga yang tadinya terhambat oleh emosi-emosi
tertentu, membantu mengembangkan penghargaan anggota keluarga terhadap potensi
anggota lain sesuai dengan realitas yang ada pada diri dan lingkungannya;
membantu konseli agar berhasil menemukan dan memahami potensi, keunggulan,
kelebihan yang ada pada dirinya dan mempunyai wawasan serta alternative rencana
untuk pengembangannya atas bantuan semua anggota keluarga; dan mampu membantu
konseli agar dia dapat menurunkan tingkat hambatan emosional dan kecemasan
serta menemukan, memahami, dan memecahkan masalah dan kelemahan yang dialaminya
dengan bantuan anggota keluarga lainnya.
Konselor
tidak boleh menjadi pribadi yang stereotip terhadap urutan kelahiran. Pada saat
yang sama, menjelajahi urutan kelahiran dan pengaruhnya pada perkembangan
kepribadian seseorang akan sangat memungkinkan untuk dapat memahami orang
tersebut.Konselor memiliki banyak peran dalam pendekatan ini antara lain
pembimbing, Coach, model, dan konsultan.
Konseli
Konseli dalam konseling keluarga berbeda dengan konseli pada pendekatan
lainnya. Konseli dalam konseling keluarga bisa terdiri satu orang, atau lebih dari satu
orang. Konseli dalam pendekatan ini adalah individu yang tidak berfungsi dengan
baik dalam kelurga. Konseli merupakan bagian dari suatu struktur keluarga, dan
keluarga merupakan unit yang menentukan atau memberikan sumbangsih pada
perkembangan konseli.
Situasi Hubungan
Faktor
jumlah klien (anggota keluarga) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
hubungan antara konselor dan konseli. Dalam konseling keluarga, konseli bisa
lebih dari satu orang. Relasi antara anggota keluarga amat beragam dan bersifat
emosional, dan konselor harus melibatkan diri atau berpartisipasi secara penuh
dalam dinamika konseling keluarga. Ada lima jenis relasi dalam konseling
keluarga:
a)
Relasi seorang konseli dengan konselor
b)
Relasi antar konseli yang satu dengan yang lainnya
c)
Relasi konselor dengan sebagian kelompok anggota
keluarga
d)
Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga
e)
Relasi antar sebagaian kelompok dengan sebagian
kelompok anggota lain, misalkan Ibu yang memihak anak laki-laki dan ayah yang
memihak anak perempuan.
MEKANISME PENGUBAHAN
Tahap-tahap Konseling
Proses dalam konseling
keluarga adalah:
a)
Pengembangan Rapport, merupakan suasana hubungan
konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan
dari konseli.
b)
Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnya kemampuan
untuk menghargai perasaan masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka
agar masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar. Muncul
dinamika interaksi dari semua individu yang terlibat dalam konseling.
c)
Pengembangan alternative modus perilaku. Dalam tahap ini, baik konseli
maupun anggota keluarga mengembangkan dan melatihkan perilaku-perilaku baru
yang disepakati berdasarkan hasil diskusi dalam konseling. Pada tahap ini
muncul home assignment, yaitu mencobakan/mempraktikan perilaku baru
selama masa 1 minggu (misalnya) di rumah, kemudian akan dilaporkan pada sesi
berikutnya untuk dibahas, dievaluasi, dan dilakukan tindakan selanjutnya.
d)
Fase membina hubungan konseling. (perlunya acceptance, unconditional positive regard,
understanding, genuine, empathy).
Menurut Conjoint Family Therapy,
proses konseling yang dapat ditempuh adalah:
1)
Intake interview, building working alliance. bertujuan untuk mengeksplorasi
dinamika perkembangan konseli dan anggota keluarga lainnya (untuk mengungkapkan
kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan
interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya).
2)
Case conceptualization and Treatment Planning, memperjelas masalah, kemudian
fokus pada rencana intervensi apa yang akan dilakukan untuk penanganan masalah.
3)
Implementation, menerapkan intervensi yang
disertai dengan tugas-tugas yang dilakukan bersama antara konseli dan keluarga,
contohnya: free drawing art task (menggambar bebas yang mewakili
keberadaan mereka baik secara kognitif, emosi, dan peran yang mereka mainkan), home
work,
4)
Evaluation termination, melakukan kegiatan penilaian
apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil
sesuai dengan tujuan konseling.
5)
Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik
untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
Teknik-teknik Konseling
Teknik-teknik yang
digunakan dalam konseling keluarga adalah:
a)
Sculpting, yaitu teknik yang mengijinkan
anggota-anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota lain, persepsinya
tentang berbagai masalah hubungan yang ada diantara anggota-anggota keluarga.
Konseli dapat menyatakan isi hati dan persepsinya tanpa cemas. Sculpting
digunakan untuk mengungkapkan konflik keluarga melalui verbal, baik perasaan
maupun tindakan.
b)
Role Playing, yaitu teknik dengan memberikan
peran tertentu kepada anggota keluarga. Peran tersebut adalah peran orang lain
dikeluarga tersebut. Contohnya anak diminta memainkan peran sebagai ayahnya.
Tujuan teknik adalah untuk konseli terlepas dari perasaan penghukuman,
tertekan, dan lainnya.
c)
Silence, yaitu teknik yang digunakan untuk menunggu suatu
gejala perilaku baru muncul, pikiran baru, respons baru. Teknik ini digunakan
saat anggota keluarga berada dalam konflik dan frustrasi karena salah satu
anggota keluarga yang suka bertindak “kejam”, sehingga mereka datang saat
konseling dengan tindakan tutup mulut.
d)
Confrontation, yaitu teknik yang digunakan
untuk mempertentangkan pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam
wawancara konseling keluarga. Tujuannya adalah untuk anggota keluarga saling
berterus terang, jujur, dn menyadari perasaan masing-masing.
e)
Teaching via questioning, yaitu teknik mengajar anggota
keluarga dengan cara bertanya, contoh: “bagaimana kalau prestasimu menurun?
Apakah kamu senang kalau orangtuamu sedih?”
f)
Listening, yaitu teknik yang digunakan
agar pembicaraan seorang anggota keluarga didengarkan dengan sabar oleh yang
lain. Tujuannya adalah untuk mendengarkan dengan perhatian.
g)
Recapitulating, yaitu teknik mengikthisarkan
atau merangkum/menginterpretasi pembicaraan yang bergalau pada setiap anggota
keluarga, dengan tujuan agar pembiacaraan menjadi terarah dan terfokus.
h)
Clarification, yaitu teknik yang digunakan untuk
memperjelas pernyataan atau perasaan yang diungkapkan secara samar-samar oleh
anggota keluarga. Biasanya teknik ini lebih menekankan kepada aspek makna
kognitif dari suatu pernyataan verbal konseli atau anggota keluarga lainnya.
i)
Family Genogram Family Genogram memberikan cara lain untuk
konseptualisasi pembangunan sebuah struktur keluarga. Biasanya, family
genogram digunakan untuk memetakan perkembangan dari keluarga tertentu selama
siklus kehidupannya, setidaknya untuk tiga generasi.family genogram ini
menyerupai pohon keluarga yang didalamnya mencakup informasi tentang urutan
kelahiran, anggota keluarga, komunikasi mereka, dan isu-isu hubungan. Dalam
Corey (2009) dijelaskan bahwa Monica McGoldrick menyediakan sumber yang bagus
untuk clinicians yang kurang familiar dengan penggunaan family
genogram (lihat McGoldrick, Gerson, & Shellenberger, 1999). Family
genogram sering digunakan sebagai dasar pembentukan hipotesis klinis dalam family
work dan metode-metode lain (yang didalamya mengandung sebuah sensitifitas
budaya) yang ditawarkan untuk memahami konseli baik secara individual maupun
secara keluarga.
j)
Selain family genogram, Hartman (1995)
mengembangkan alat serupa yang disebut ecomap. Beberapa kelebihan
dari ecomap yakni dimungkinkannya klien dan konselor atau terapis untuk
berada dalam suatu diagram tertentu, interaksi keluarga dan masyarakat
juga dapat disertakan. Sebuah ecomap mencakup berbagai unsur guna
mengorganisir sebuah kasus. Family genogram dan ecomaps semakin
sering digunakan dalam bidang di luar family systems therapy seperti
perawatan (Olsen, Dudley-Brown, dan McMullen, 2004) dan family medicine (Wattendorf
& Hadley, 2005).
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
Kelemahan:
1.
Jika
terdapat anggota keluarga yang tidak berkenan, maka akan mengahambat jalannya
penyelesaian masalah konseli.
2.
Tidak
semua anggota keluarga berkenan dalam ikut serta dan terlibat dalam
penyelesaian masalah yang dialami konseli.
Kelebihan:
1.
Individu
hidup secara berkeluarga, dengan adanya pengetahuan dan keteribatan oleh
keluarga dalam menyelesaikan masalah, maka individu dapat terkondisi di dalam
keluarga juga.
2.
Keluarga
memiliki pengaruh terhadap anggotanya, sehingga dengan penanganan terhadap
keluarga maka keluarga dapat berinteraksi, memberikan dorongan, dan memandang
anggota yang bermasalah dengan positif.
SUMBER RUJUKAN
Corey,Gerald. 2009. Theory and Practice of
Counseling and Psychotherapy. Belmont,CA:Brooks/Cole
Widiastuti, Utari. Tanpa tahun. Rancangan Program
Intervensi Behavioral Family Therapy Pada Keluarga Yang Mempunyai Anggota
Menderita Schizophrenia. Online, http://pustaka.unpad.ac.id/archives/101557/,
diakses 26 April 2012
Putra, Suhartono Taat. 2011.Effect of Family Therapy with Spiritual Approach; Direction, Obedience
and Acceptance (DOA) Toward Family Coping in Taking Care of Patient with
Schizophrenia. Online, http://penelitian.unair.ac.id,
diakses 26 Apil 2012