Berbakti dengan Ilmu

"Dalam meraih keberhasilan akan penuh dengan tantangan"

June 11, 2011

SFBC: Solution-focused brief counseling


Perkembangan
1. Solution-focused brief counseling (SFBC) merupakan salah satu pendekatan
konseling postmodern yang paling penting (Corey, 2009). Pendekatan ini didirikan
dan dikembangkan terutama oleh Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg sejak
dekade 1980-an di Brief Therapy Center di Milwaukee Wisconsin Amerika Serikat
(Capuzzi & Gross, 2009; Sharf, 2004).
2. Dalam perkembangannya, SFBC dipengaruhi pendekatan-pendekatan pemberian
bantuan yang telah berkembang saat itu, diantaranya brief therapy yang
dikembangkan Milton Erickson (Gladding, 2009), pendekatan behavior, pendekatan
cognitive- behavior , dan systems family therapy (Seligman, 2006).
3. Pendekatan konseling ini banyak dibutuhkan pada era para konseli dan lembaga-
lemaga pemberian bantuan psikologis menuntut layanan konseling yang singkat dan
efektif. Demikian pula, keterampilan konseling singkat diperlukan konselor yang
bekerja dalam latar pemberian bantuan yang diharapkan memberikan layanan yang
lebih banyak dengan waktu yang lebih singkat (Gladding, 2009).
4. Pendekatan konseling ini menjadi semakin populer dalam pelayanan konseling
karena kepraktisan, efisiensi, dan kefektivan dalam pembantuan terhadap konseli
(Sciarra, 2004). Disamping itu, sekarang, SFBC merupakan pendekatan konseling
yang paling banyak digunakan oleh praktisi profesi pemberian bantuan (Sperry,
2010).
5. SFBC efektif dalam pembantuan terhadap keluarga, pasangan, para individu, anak-
anak, dan remaja dengan beragam masalah kehidupan (Prochaska & Norcross,
2007).
Hakikat Manusia
Pada dasarnya, SFBC didasarkan pada pandangan yang positif dan optimistik tentang hakikat manusia (Corey, 2009; Gladding, 2009).
1. Manusia adalah makhluk yang sehat dan kompeten. SFBC merupakan pendekatan
konseling yang nonpatologis yang menekankan pentingnya kompetensi manusia
daripada kekurangmampuan, dan kekuatan daripada kelemahannya.
2. Manusia mampu membangun solusi yang dapat meningkatkan kehidupannya.
Manusia memiliki kemampuan menyelesaikan tantangan dalam hidupnya.
Bagaimanapun pengaruh lingkungan terhadap manusia, konselor meyakin bahwa
saat dalam layanan konseling kliennya bahwa mampu menkonstruksi solusi
terhadap masalah yang dihadapinya.
Teori Kepribadian
1. SFBC tidak menggunakan teori kepribadian dan psikopatologi yang berkembang saat ini.
2. Konselor SFBC berkeyakinan bahwa tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu.
3. Konselor perlu tahu apa yang membuat orang memasuki masa depan yang lebih baik dan lebih sehat, yaitu tujuan yang lebih baik dan lebih sehat.
4. Individu tidak bisa mengubah masa lalu tetapi ia dapat mengubah tujuannya.
5. Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi masalah dan mengantarkan ke masa depan yang lebih produktif.
6. Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif: positif, proses, saat sekarang, praktis, spesifik, kendali konseli, bahasa konseli.
7. Sebagai ganti teori kepribadian dan psikopatologi, masalah dan masa lalu, SFBC berpokus pada saat sekarang yang dipandu oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli yang berada di bawah kendalinya.
( Prochaska & Norcross, 2007).
Asumsi dan Aturan Dasar
Pelayanan SFBC didasari oleh asumsi dan aturan dasar sebagai berikut.
1. Ada empat asumsi dasar yang penting diperhatikan konselor, yaitu (a) konseling hendaknya memusatkan pada solusi daripada masalah bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat, (b) suatu strategi konseling yang efektif ialah menemukan dan mengubah eksepsi/pengecualian (saat-saat individu bebas dari belitan masalah) menjadi solusi, (c) perubahan kecil mengarahkan pada perubahan yang lebih besar, (d) konseli memiliki sumber-sumber yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, (e) konselor hendaknya memusatkan pada pengembangan tujuan bermakna yang dibangun konselor dan konseli dengan tekanan pada apa yang diharapkan konseli daripada ide/pendapat konselor (Charlesworth, J.R. & Jackson, 2004).
2. Aturan dasar sebagai pengarah konselor dalam melaksanakan konseling, yaitu konselor hendaknya (a) menghindari penjelahan/ekplorasi masalah, (b) efisien dalam pelayanan konseling, konselor hendaknya mencapai tujuan secara optimal dengan jumlah pertemuan intervensi yang paling sedikit, (c) menyadari bahwa tilikan/pemahaman masalah dan penyebabnya tidak memberikan solusi karena itu konselor hendaknya memusatkan pada tindakan daripada pembahasan masalah yang dialami konseli, (d) memusatkan pada saat sekarang dan mendatang. Jika konseli menyadari bahwa saat ini solusi itu sudah ada pada dirinya maka dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Jika konseli berpikir tentang apa yang akan terjadi di masa depan dan sadar bahwa solusi tersedia maka dapat membangun keyakjinan bahwa segala sesuatu akan lebih baik (Charlesworth & Jackson, 2004).
Teori Proses Konseling
1. Berfokus pada solution talk daripada problem talk.
2. Proses konseling diorientasikan bagi paningkatan kesadaran eksepsi terhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan secara sadar.
3. Peningkatan kesadaran eksepsi terhadap pola masalahnya dapat menciptakan solusi.
4. Pemilihan proses perubahan dapat menentukan masa depan kehidupan konseli
5. Beberapa petunjuk pilihan yang memandirikan: (1) if it works, don’t fix it. Choose to do more of it, (2) if it works as a little, choose to build on it, (3) if nothing seems to be working, choose to experiment, including imagining miracles, dan (4) choose to approach each session as if it were the last. Change starts now, not next week.. (Prochaska & Norcross, 2007
Hubungan Konseling
1. Kolaborasi antara konselor dan konseli dalam membangun solusi bersama.
2. Kolaborasi menekankan solusi masalah konseli dan teknik konseling yang digunakan konselor daripada hubungan konseling.
3. Konselor sebagai ahli tentang proses dan struktur konseling yang membantu konseli membangun tujuannya menuju solusi yang berhasil.
4. Konseli sebagai ahli mengenai tujuan yang ingin dibangun.
5. Konselor aktif dalam memindahkan fokus secepat mungkin dari masalah pada solusi.
6. Konselor mengarahkan konseli mengeksplorasi kelebihan dan membangun solusi.
7. Konselor mendorong inisiatif konseli dan membantu melihat dan menggunakan
tanggung jawabnya dengan lebih baik (Prochaska & Norcross, 2007)
Teknik-Teknik Konseling
1. Exception-finding questions (Pertanyaan penemuan pengecualian): pertanyaan tentang saat-saat dimana konseli bebas dari masalah. Penemuan eksepsi membantu konseli memperjelas kondisi perubahan, memiliki kekuatan dan kemampuan menyelesiakan masalah, memberikan bukti nyata peneyelesaian dan membantu konseli menemukan kekuatan dirinya yang terlupakan. Misalnya, ”Kapan kamu dapat mengelola masalah ini dengan saksama?’ ”Kapan kamu berbuat yang berbeda dari yang sekarang?” ”Coba kemukakan kepada saya saat-saat kamu bebas dari masalah!”
2. Miracle questions (Pertanyaan keajaiban): pertanyaan yang mengarahkan konseli
berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah yang dialami secara ajaib terselesaikan. Teknik ini membantu memperjelas tujuan dan menyoroti eksespsi masalah dengan merangsang konseli untuk mengimajinasikan suatu solusi dan memberantas hambatan dalam penyelesaian masalah serta membangun harapan terhadap terjadinya perubahan. Misalnya, konseli ditanya,”Bayangkan pada suatu malam, ketika kamu sedang tidur, terjadi suatu keajaiban dan semua masalahmu terselesaikan. Bagaimana kamu tahu bahwa masalahmu terpecahkan? Apa yang kamu lakukan saat itu yang menujukkan bahwa masalahmu terselesaikan dengan tuntas?
3. Scaling questions (Pertanyaan berskala): pertanyaan yang meminta konseli membuat yang abstrak menjadi konkret, yang samar menjadi jelas dengan mengangkakan kekuatan, masalah, keadaan, atau perubahan konseli. Misalnya pernyataan konselor, ”Pada suatu skala dengan rentang 1 sampai 10, dimana 1 berarti kamu tidak memiliki kendali sama sekali terhadap masalahmu dan 10 berarti kamu memiliki kendali penuh terhadap masalahmu, lalu pada rentang angka yang mana kamu menempatkan dirimu dalam skala tersebut? dan ”Apa yang kamu perlukan agar kamu dapat naik satu angka dalam skala tersebut?”
4. Compliments (Penghargaan/Pujian): pesan tertulis yang dirancang untuk memberikan penghargaan dan pujian atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi pencapaian tujuan konseli. Teknik ini digunakan sebelum konseli diberi tugas menjelang akhir pertemuan konseling.
5. Presession change question (Pertanyaan perubahan prapertemuan) ialah pertanyaan yang dimaksudkan untuk menemukan eksepsi atau mengeksplorasi solusi yang diupayakan konseli. Tujuannya ialah menciptakan harapan terhadap perubahan, menekankan peran aktif dan tanggung jawab konseli dan menunjukkan bahwa perubahan terjadi di luar ruang konseling. Misalnya, konselor bertanya, ”Sejak pertemuan yang lalu, apakah kamu melihat adanya perubahan pada dirimu?” atau ” Sejak pertemuan yang lau apakah kamu menemukan cara baru dalam melihat masalah yang kamu alami?” atau ”Sejak percakapan kita yang lalu di telepon, apa perubahan yang kamu alami sejauh ini?”
6. Formula first session task (Formula tugas pertemuan pertama): Format tugas rumah yang diberikan konselor kepada konseli untuk dikerjakan antara pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Misalnya, Konelor mengatakan,”Antara sekarang dan pertemuan yang akan datang, saya harap kamu dapat mengamati apa yang terjadi pada hubunganmu dengan teman-teman sekelasmu yang kamu ingin terus pelihara sehingga kamu dapat menjelaskannya kepada saya pada pertemuan yang akan datang.” Pada awal pertemuan konseling kedua, konselor menanyakan apa yang telah diamati konseli sekaligus menanyakan apa yang ingin terus dipelihara dalam hubungan dengan teman-teman sekalasnya.
Tahap-Tahap Konseling
A. Pembinaan Hubungan (Establishing relationship)
1. Pembinaan hubungan diperlukan untuk menjalin hubungan baik dan kolaboratif
antara konselor dan konseli bagi pencapaian perubahan yang diharapkan.
2. Dalam pembinaan hubngan baik tersebut, konselor menunjukkan perhatian,
penerimaan, penghargaan, dan pemahaman terhadap konseli sebagai individu yang
khas.
3. Salah satu cara untuk segera berinteraksi pada awal pertemuan konseling ialah
melakukan percakapan topik netral yang dapat membangun kesadaran konseli atas
kelebihan dan sumber-sumber dirinya bagi pengembangan solusi masalah yang
dihadapinya..
4. Perubahan merupakan proses interaksi karena itu hubungan kolaboratif konselor
dan konseli sangat penting. Melalui kolaborasi tersebut konselor dapat memhami
dunia konseli sehingga dapat bersama-sama mengkonstruksi masalah yang dapat
diselesaikan sedari awal hubungan konseling.
B. Identifikasi Masalah Yang Dapat Dipecahkan (Identifying a solvable complaint)
1. Identifikasi masalah merupakan salah satu langkah yang sangat esesnsial dalam
konseling karena dapat memfasilitasi pengembangan tujuan dan intervensi serta
meningkatkan perubahan.
2. Konselor dan konseli mengkonstruksi citra masalah yang menempatkan solusinya
dalam kendali konseli. Misalnya, konstruksi masalah klien berkaitan dengan
“Menjadikan teman sebangku menghentikan penghinaannya.” Konstruksi ini berada di luar kendali konseli dan sulit diubah dengan segara. Namun konstruksi masalah “Saya akan tenang dan membela diri saat teman sebangku menghina saya.” berada dalam kendali konseli.
3. Konselor menggunakan pertanyaan sedemikan rupa sehingga mengkomunikasikan
optimisme dan harapan untuk berubah dan memberdayakan bagi konseli. Masalah
yang dialami konseli sebagai sesuatu yang normal dan dapat diubah. Misalnya,
konselor bertanya kepada konseli ”Setelah kita berbincang tentang hobimu, “Apa
yang membuatmu menjumpai Bapak/Ibu di ruang konseling ini?” daripada
”Masalah apa yang mengagangumu?” atau konselor bertanya ”Apa yang akan kamu
selesaikan/ubah?” daripada pertanyaan ”Apa yang dapat saya bantu bagimu?”
4. Konselor menggunakan teknik accepatance, summarization, klarifikasi, pertanyaan
terbuka, dan teknik-teknik dasar komunikasi konseling yang lain untuk memahami
kondisi konseli secara jelas dan spesifik. Misalnya, konselor bertanya, ”Bagaimana
kamu dapat membuat dirimu sedih seperti sekarang ini?” dan ”Bagaimana cara
belajarmu sehingga kamu mendapatkan nilai-nilai pelajaran yang kurang
memuaskanmu?”
5. Konselor SFBC acapkali menggunakan scaling questions untuk menetapkan data
dasar kondisi konseli dan memfasilitasi identifikasi kemungkinan-kemungkinan dan
kemajuan konseli dalam konseling.
C. Penetepan Tujuan (Establishing goals)
1. Konselor dan konseli berkolaborasi menentukan tujuan yang spesifik, dapat diamati,
terukur, dan konkret.
2. Tujuan pada dasarnya dapat berbentuk salah satu dari bentuk tujuan berkut (a)
mengubah apa yang dilakukan dalam situasi problematik, (b) mengubah pandangan
atau kerangka pikir tentang situasi masalah yang dihadapi, dan (c) mengases
sumber-sumber, solusi, dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki konseli.
3. Pertanyaan yang menyiratkan kesuksesan sangat penting seperti dalam penetapan
tujuan konseling. Misalnya “Apa yang akan menjadi penanda pertama bahwa kamu
telah berubah?” “Bagaimana cara kamu tahu bahwa konseling bermanfaat bagimu?”
“Bagaimana kamu dapat menceritakan bahwa kamu telah berubah?”
4. Pembahasan rinci tentang perubahan positif dapat mendorong untuk memperoleh
pandangan yang jelas tentang solusi yang tepat bagi konseli.
5. Konselor SFBC sering menggunakan miracle questions untuk menetapkan tujuan
konseling. Pertanyaan-pertanyaan yang menyertai miracle questions
memungkinkan konseli berimajinasi bahwa masalahnya terpecahkan, menimbulkan
harapan, memfasilitasi pembahasan bagaimana cara agar keajaiban tersebut terjadi
dalam kenyataan. Respons individu terhadap miracle questions biasanya
memberikan masukan bagi konselor dengan berbagai solusi yang dapat digunakan
untuk membantu konseli menyelesaikan masalahnya.
D. Merancang dan Melaksanakan Intervensi (Designing and implementing
intervention)
1. Intervensi dirancang untuk menghambat pola-pola perilaku bermasalah dengan
menunjukkan alternatif cara mereaksi masalah tersebut.
2. Konselor memadukan pemahaman dan kreativitasnya dalam menggunakan strategi
konseling untuk mendorong terjadinya perubahan meskipun sedikit.
3. Pertanyaan yang sering digunakan selama tahap ini adalah “Perubahan apa yang
telah terjadi? “Apa yang telah berhasil di masa lalu ketika kamu menyelesaikan
masalah yang mirip dengan masalah ini? “Bagaimana kamu membuat hal tersebut
menjadi kenyataan?” “Apa yang ingin kamu lakukan agar hal tersebut terjadi lagi?”
4. Alternatif intervensi yang telah dirancang melalui pertanyaan-pertanyataan tersebut
kemudian dilaksanakan dalam kehidupan keseharian konseli sebagai bagian hidup
mereka.
5. Konseli diberi kesempatan mengaplikasikan alternative intervensi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi antarsesi pertemuan konseling. Penyesuaian
dilakukan jika diperlukan pada setiap awal permulaan sesi konseling untuk
memastikan bahwa konseli dapat secara efektif membuat kemajuan terhadap
perubahan posisitif yang diharapkan.
E. Terminasi, Evaluasi, dan Tindak Lanjut
1. Konselor menggunakan teknik scaling questions untuk mengetahui perubahan
konseli dibandingkan dengan perubahan awal konseling.
2. Setelah masalah konseli terselesaikan dengan memuaskan maka mereka dapat
mengakhiri konseling.
3. Konselor mendorong konseli untuk menjadi konselor bagi dirinya sendiri dan
mengaplikasikan keterampilan pemecahan masalahnya terhadap masalah-masalah
yang baru yang dihadapinya.
4. Konselor melakukan tindak lanjut pelayanan konseling dengan mengikuti
perkembangan perubahan konseli.
DAFTAR PUSTAKA
Capuzzi, D. & Gross, D.R. 2009. Introduction to the Counseling Profession.
Columbus, Ohio: Pearson.
Charlesworth, J.R. & Jackson, C.M. 2004. Solution-Focused Brief Counseling: An
Approach for Professional School Counselors. Dalam Erford, B.T. (ed.).
Professional School Counseling: A Handbook of Theories, Programs and
Practices. Austin, TX: Caps Press.
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont,
California: Brooks/Cole.
Gladding, S.L. 2009. Counseling: A Comprehensive Profession. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Kelly, M.S., Kim, J.S., & Franklin, C. 2008. New York: Oxford University Press.
Sperry, L. 2010. Highly Effective Therapy. New York: Roudledge.
Nystul, M.S. 2006. Introduction to Counseling: An Art and Science Perspective. Boston: Pearson.
Prochaska, J.O. & Norcross, J.C. 2007. Systems of Psychotherapy. Belmont, California: Brooks/Cole.
Sciarre, D. 2004. School Counseling. Belmont, CA: Brooks/Cole-Thomson Learning.
Seligman, L. 2006. Theories of Counseling and Psychotherapy. Columbus, Ohio: Pearson Merril Prentice Hall.
Sharf, R.S. 2004. Theories of Psychotherapies and Counseling: Concepts and Cases. Pacivic Grove, CA: Brooks/Cole.

June 10, 2011

Keterampilan Wicara Dalam Konseling: Prof. Dr. Nur Hidayah. MPd


Pendahuluan
Konseling merupakan helping profession yang diampu oleh seorang ahli—konselor, bagi konseli dalam mengambil berbagai keputusan masa depannya. Konselor profesional diharapkan menguasai mindcompetences dalam memberikan pelayanan kepada konseli. Mindcompetences dimaksud adalah keterampilan wicara dalam konseling. Berikut disajikan 17 keterampilan dasar dalam konseling.
  1. TEKNIK PENYAMBUTAN
Pengertian
Perilaku tulus dan penuh penerimaan konselor yang ditujukan kepada konseli dengan respon wajar, mendekat, menjabat tangan, dan menawarkan tempat duduk.
Tujuan
1. Terkomunikasikannya kondisi-kondisi fasilitatif konselor
2. Terciptanya rasa aman konseli
3. Terbentuknya kesan dan persepsi “ada harapan” konseli kepada pelayanan konselor
Jenis
1. Mendekati konseli
2. Berjabat tangan
3. Menawarkan tempat duduk
Catatan Praktis
1. Umum
a. Menghindari respon berlebihan (overacting)
b. Menghindari kepura-puraan
c. Menghindari membiarkan konseli menunggu
2. Khusus
a. Kesegaran yang wajar meninggalkan pekerjaan
b. Menebak-nebak nama konseli
c. Berjabat tangan atau sentuhan lain
d. Tawaran tempat duduk
e. Ihwal memperkenalkan nama sendiri konselor
Praktik Teknik Penyambutan
1. Tentukan peran konseli
2. Tentukan peran konselor
Posisi duduk
Dimensi duduk:
- Posisi hadap
- Jarak (dekat, tengah-tengah, jauh)
1. Buat contoh posisi duduk ada berapa macam!
2. Buat laporan deskripsi:
a. Posisi duduk
b. Kosekuensi kenyamanan
c. Kemungkinan pikiran dan perasaan yang muncul bagi konseli dan konselor
d. Posisi duduk kemungkinan dilakukan pada situasi apa?
2. TEKNIK OPENING
(Membuka Interview)
Pengertian
Teknik membuka interview berisi upaya-upaya untuk meluangkan konseli berbicara.
Tujuan
1) Meredakan kecemasan awal konseli sampai pada kadar ia mau berbicara
2) Menghindarkan konselor dari ”banyak bicara”
3) Memperoleh pendengaran cermat dari yang dikatakan konseli dan tersusun dalam pikiran konselor apa yang konseli uraikan
Jenis-jenis
1. Percakapan tidak berstruktur
Sebagai teknik yang paling aman dari konseli untuk mengawali intervciew dengan memberi kesempatan konseli untuk memasuki pembicaraan dari sudut pandang konseli. Contoh: ”Saya siap mendengar apapun dari anda”.
2. Topik netral
Konselor menawarkan percakapan netral yang diperkirakan menarik perhatian konseli. Bahan percakapan seperti: hobi, kekhasan daerah asal konseli, berita aktual di lembaga/sekolah asal konseli. ”Kelihatannya anda ikut pertandingan basket minggu lalu...”
3. Bertanya sederhana
Pertanyaan sederhana berarti mengkomuni-kasikan kepedulian dan perhatian koselor, akhirnya konseli serius membicarakan masalahnya. Contoh: ”Adakah sesuatu yang perlu kita bicarakan?”
4. Mengalihkan Topik
Pengalihan topik ini diperlukan agar konseli sungguh-sungguh ingin mendiskusikan masalah dan kerisauannya. Caranya adalah menggunakan kata-kata ”jembatan” dan mengembangkan sebagian isi topik ”netral”.
Contoh: ”Menarik bahwa anda membi-carakan ikhwal waktu, belajar, rumah, teman .... Mana dari antaranya yang paling penting anda diskusikan lebih jauh?”
Komponen dan variasi
a. Kata ”jembatan”
b. Isi pertanyaan rangsangan
Contoh: ”Dari antara kampung halaman tadi (a), mungkin ada hal penting dibicarakan terkait dengan itu?” (b)
Catatan Praktis
Umum
1) Pemberian peluang berbicara konseli adalah lebih produktif
2) Konselor hendaknya menyadari bahwa topik-topik pilihan konseli mendatangkan pemahaman konselor atas prioritas konseli pada saat itu
3) Konselor hendaknya tidak mencoba mengawasi sendiri topik apa yang dibicarakan konseli
Khusus
1) Percakapan tidak berstruktur/topik netral maksimum 3 menit
2) Kesulitan terletak pada memperkirakan topik netral
3) Agar konselor merasa aman hendaknya koselor menghindari pertanyaan yang langsung mengenai masalah
4) Diperlukan kehati-hatian dan kecermatan konselor mendengar percakapan konseli (dalam topik netral) untuk menariknya pembicaraan keseriusan sehingga tidak perlu tampak jurang dari pembicaraan aman ke pembicaraan merisaukan.
3. TEKNIK ACCEPTANCE
(Penerimaan)
Pengertian
Teknik yang digunakan konselor menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal yang dikemukakan konseli.
Makna respon konselor:
- Menerima apa adanya
- Tidak menolak apa yang dikatakan konseli
- Tidak menyetujui apa yang dikatakan konseli
Tujuan
1. Penciptaan suasana akrab (rapport)
2. Konseli sadari bahwa konselor mendengarkan apa yang dikatakan
3. Terpeliharanya suasana emosional konseli sehinggan memperlanacar ekspresi diri
Jenis
1. Penerimaan secara tunggal (sparted)
2. Penerimaan secara terpadu (integrated) dengan teknik lain
Komponen dan Variasi
Umum
a. Verbal (kata-kata dan kalimat)
Kata-kata: Em .. , ya .. , boleh, terus
Kalimat: saya memahami, saya mengerti, saya memaklumi, saya menghayati, saya merasakan dll.
b. Nonverbal: mimik, kontak pandang/mata, posture, gesture
Khusus/Khas
Penerimaan verbal
a. Kata subyek
b. Kata penerimaan
c. Kata situasi
contoh: penerimaan tunggal
”Akan melegakan (b) bagi dan (a) menangis seperti ini (c)”
”Setelah menangis tadi (c) anda (a) kini lega (b)”
Penerimaan terpadu
Penerimaan ditonjolkan untuk menghindari kemungkinan resistensi, penolakan, perasaan negatif lain
Contoh:
”Menarik sekali keterangan anda (penerimaan), kiranya anda sepakat bahwa waktu kita terbatas (time limit/structuring)”
Catatan Praktis
1. Umum
a. Dilakukan spontan __> sikap dasar konselor
b. Penerimaan lugas, gamblang, apa adanya _> lebih efektif
c. Mendasari teknik lain dalam konseling
2. khusus
a. Bentuk tunggal respon nonverbal, dilakukan secara apa adanya, tidak berlebihan, sehingga dipersepsi konseli secara wajar
b. Bentuk tunggal respon verbal, dinaut bervariasi sehingga tidak terkesan monoton
c. Bentuk terpadu respon verbal, dibuat sedemikian agar tidak mementahkan tek yang membarengi
d. Bentuk terpadu respon verbal, hindari pemakaian ”kata penghubung” yang mempertentangkan kedua bagian sebab dapat membingungkan konseli. Contoh: ”Saya senang anda katakan itu, akan tetapi .....”
4. TEKNIK RESTATEMENT
(Pengulangan kembali)
Pengertian
Teknik yang digunakankonselor untuk mengulang/menyatakan kembali pernyataan konseli (bagian/keseluruhan) yang dianggap penting
Disebut juga pemantulan isi (reflection of content)
Tujuan
1. Diketahui konseli bahwa konselor mendengar secara cermat apa yang dikatakan konseli
2. Terarahnya pembicaraan pada isu yang penting bagi konseli
3. Tergugahnya perhatian konseli pada suatu isu yang lebih bermanfaat dibicarakan
4. Diperolehnya informasi lebih lanjut mengenai isu penting namun kurang jelas diuraikan oleh konseli
5. Terujinya data yang diverbalisasikan konseli dengan nada ragu-ragu/tidak konsisten
Jenis-jenis
1. Penekanan, aksen (accents)
2. Parafrasa (paraphrase)
Komponen dan variasi
Komponen khas dalam restatement penekanan, aksen, bisa tunggal yaitu satu kata yang ditekan atau dua-tiga kata. Maka komponennya adalah:
a. Kata (-kata) inti (yang mendapat penekanan)
b. Kata (-kata) pelengkap
contoh:
k’en: ”Padahal saya sudah berusaha belajar dengan baik, tapi guru Inggris tetap memarahi saya”.
K’or: (1) (Aksen)
”Sudah (a) berusaha belajar (b)
(2) atau (parafrasa)
“Padahal sudah berusaha belajar dengan baik tapi guru Inggris (b) tetap memarahi (a)
Variasi lain:
a. Pemakaian tanda seru (!), lazim jika dalam keadaan
- Kata-kata konseli dijadikan inti pembicaraan
- Konseli dalam keadaan diam setelah mengungkap keterangan
b. Pemakaian tanda tanya (?), lazim jika dalam keadaan:
- Ditafsirkan ada informasi baru yang perlu digali lebih lanjut
- Ada data yang perlu diuji dan dicek lebih lanjut
Bentuk khusus
1. Restatement penekanan
Aksen (accent) adalah pernyataan kembali satu-tiga kata yang memfokuskan atau membawa perhatian ke respon lebih lanjut konseli. Menurut nada suara, dapat dikatakan bahwa ini menyiratkan apa yang dikehendaki oleh konselor untuk dieksplorasi konseli.
Contoh:
(1) K’en: ”Pak, saya menghadap karena saya mempunyai banyak masalah, saya sudah menghadap kepala sekolah tapi sampai sekarang belum ada jalam pemecahannya”.
(2) K’or: ”Banyak masalah!” Atau,
Belum ada (?) jalan pemecahannya”.
2. Parafrasa
Restement singkat konseli secara utuh, apa adanya, tanpa berubah maknanya. Perubahan kata boleh asal tidak mengubah makna. Boleh nada datar.
Pemakaian kata pembuka
“Anda katakan ....”
”Keterangan anda ....”
”Menurut anda ....”
”Menurut tanggapan saya ....”
Contoh:
K’en: ”Ketika saya sedang membaca di kelas tiba-tiba Ani merebut buku yang saya baca”
K’or: ”Anda katakan, ketika sedang membaca di kelas tiba-tiba Ani merebut buku Anda”.
Atau (dengan penekanan, aksen tanda tanya, ?)
”Menurut tanggapan saya, ketika anda membaca di kelas, Ani merebut (?) buku yang anda baca”.
Atau (aksen tanda seru, !)
”Ketika sedang membaca (!), tiba-tiba Ani merebut buku anda”.
Catatan Prektis
a. Umum
1) Variasi tekanan, baik berupa nada maupun ri5tme suara, dilakukan tepat dan jelas
2) Ada kesulitan dalam penetapan kata (-kata) tekanan, dapat diatasi apabila konselor menyadari tujuan mana yang diacu
b. Khusus
1) Restatement aksen dilakukan dengan spontan, segera setelah konseli menyebut isu penting
2) Restatement aksen hendaknya tidak lebih dari tiga patah kata agar perhatian konseli lebih terfokuskan.
3) Kata pembuka bagi parafrasa hendaknya divariasikan sehingga tidak terkesan monoton
4) Parafrasa yang mengandung aksen lebih baik dalam arti lebih banyak butir-butir hujan yang mungkin dicapai daripada parafrasa bernada datar
5) Aksen yang terlalu keras/kuat berakibat konterproduktif

5. TEKNIK REFLECTION OF FEELING
(Pemantulan Perasaan)
Pengertian
Pemantauan perasaan adalah teknik untuk menyatakan kembali perasaan konseli atau memantulkan perasaan yang terkandung dalam pernyataan konseli
Afeksi tersirat dari ungkapan konseli yang semula tidak dapat diungkap secara tegas karena:
1) Konseli tidak memiliki bahasa yang tegas untuk melabilkan perasaannya
2) Konseli menghindari (avoid), mengaburkan (distortion), atau menolak (denial) terhadap perasaannya
Tujuan
1) Dirasakannya konseli bahwa dirinya difahami secara penuh oleh konselor
2) Terdorongnya konseli lebih mengekspreksikan perasaan-perasaannya terhadap situasi, orang, tertentu atau apapun
3) Diperolehnya pemahaman gamblang dan benar atas perasaannya
4) Terbantunya konseli mendeskriminasikan secara cermat pelbagai ragam perasaannya
5) Terbantunya konseli mengelola perasaannya
Jenis-jenis
a. Spontan, tanpa menunggu selesai kalimat konseli
b. Penundaan, setelah rampung kalimat konseli
komponen dan variasi
komponen khas ada 3 yaitu:
a. Kata modalita
b. Kata perasaan penting (inti)
c. Kata situasi (keterangan)
Contoh: ”Nada-nadanya (a) anda takut membicarakan (b) masalah anda sekarang ini (c)
Variasi perlu dilakukan konselor dalam 2 hal:
1) Penetapan kata modalita atau dugaan, misalnya:
- Kedengarannya ... – Nada-nadanya ...
- Sepertinya ... – Kelihatannya ...
- Tampaknya ... – Rasa-rasanya ...
- Mungkin ... – Barangkali ...
Susunlah kata perasaan menurut kategori: luas-sempitnya dan dangkal-dalamnya.
Kategori: luas _____________ sempit
Positif 1) gembira ___ riang ___ ceria
2) sayang ___ kasih ___ cinta
Negatif 1) takut ___ ngeri ___ giris
2) marah ___ mangkel __ geram
Ambivalen 1) tak menentu ___ bingung ___ bimbang
2) heran ___ tercengang ___ kagum
Kategori: dangkal ____________ dalam
Positif 1) suka _ senang _ kasih sayang
Negatif 1) tak acuh _ benci _ dengki
Ambivalen 1) khawatir _ rindu _ harap-harap
Catatan Praktis
Kaidah Umum
1) Label-label perasaan, atau emosi perlu dipertimbangkan konselor secara cermat baik keluasan maupun kedalamannya
2) Latar belakang budaya, tingkat pendidikan, dan taraf pengetahuan konselor dan konseli sering menimbulkan kesukaran. Konselor perlu memahami bahasa konseli
3) Kebiasaan konselor memakai kata modalita tertwntu sehingga menimbulkan stereotip
Kaidah khusus
1) Teknik pemantulan perasaansecara spontan digunakan bila konselor yakin ada perasaan, emosi dalam pernyataan konseli
2) Konselor perlu memahami waktu penyampaian pemantulan perasaan baik spontan maupun penundaan
3) Teknik pemantulan perasaan negatif secara spontan digunakan jika sudah terjalin hubungan baik
4) Pemantulan perasaan jenis penundaan, konselor diharapkan lebih cermat dalam susunan kalimat sehingga konseli memiliki ketegasan, klarifikasi, dan deferensiasi situasional dan kondisional perasaannya
6. TEKNIK SHARING OF EXPERIENCE
(Berbagi Pengalaman)
Pengertian
Berbagi pengalaman adalah pernyataan diri konselor dalam upaya menghayati pengalaman konseli
Pengalaman menunjuk pada sikap, perasaan, emosi, serta persepsi dan pemikiran
Tujuan
1) Terkomunikasinya suasana hubungan kebersamaan, I-thou relationship antara konselor dan konseli
2) Diketahuinya oleh konseli bahwa konselor benar-benar merasakan secara akurat dunia konseli; konselor mamu melihat sesuatu sebagaimana konseli melihatnya
3) Giketahuinya oleh konseli pengalaman sesaat konselor dalam proses konseling
Jenis
a. Pernyataan tipe-berbagi (sharing-type statement)
Pernyataan yang mengkomunikasikan penghayatan penuh konselor terhadap pengalaman konseli. Tujuannya, agar konseli diperingan beban oerasaannya, sekalipun konselor tidak harus menyetujuinya.
Contoh :
K’en : “Akhir-akhir ini saya tidak diikutkan olympiade oleh guru saya di sekolah sehingga saya selalu menyendiri”.
K’or : “Saya merasa kecewa atas perlakuan guru saya”.
b. Pernyataan tipe-balikan (feedback-type state)
Teknik mengkomunikasikan pengalaman seketika “here and now” atas respon konseli atau proses dan situasi konseling. Tujuannya adalah: (a) diketahuinya oleh konseli perasaan sesaat konselor yang dapat menjadi masukan bagi pertimbangan respon oleh konseli, (b) terbantunya konseli menemukan arah-tindakan seketika dann mencapai tujuan-tujuannya
Contoh
K’on : “Saya ingin tahu apakah banyak teman yang konseling seperti saya?”
K’or : “Saya menduga bahwa anda enggan membicarakan diri anda sendiri sekarang ini”.
Komponen dan variasi
a. Kata-kata ganti penyatu subyek : “saya …, “anda …, atau “kita …
b. Kata-kata pengalaman (sikap, perasaan, emosi, persepsi) konselor dan/ atau konseli
c. Tingkah laku konseli dan/ atau situasi
Contoh: “jika kejadian demikian itu © terjadi pada diri kita (a) kita tentu amat marah” (b).
Catatan Praktis
Kaidah Umum
1) Berbagi (sharing) dan balikan (feedback) memaknai bahwa konselor telah mendengar dengan akurat
2) Pernyataan-pernyataan berbagi hendaknya menghindari perangkap “bahasa konselor”. Kata-kata permulaan berbagi dan balikan dengan: “Saya mendengar anda mengatakan”, Saya merasa bahwa anda merasa”, hendaknya diformulasikan secara persis apa yang dimaksudkan
3) Kalimat-kalimat berbagi hendaknya menghindari “penilaian atau menghakimi”
Kaidah Khusus
1) Pernyataan berbagi konselor dikomunikasikan secara langsung, memokus pada perasaan konselor dan konseli. Pernyataan demikian lebih baik daripada pernyataan umum dan kabur
2) Ciri pernyataan berbagi konselor adalah: pernyataan yang mengekspresikan perasaan yang diakui dan dimiliki konselor, kualitas ekspresi malalui kata mengasuh dengan kasih, seperti: “jika terjadi seperti itu, saya merasakan demikian pula” atau “jika saya perhatikan anda …, saya merasa …”
3) Jenis komunikasi berbagi konselor adalah seperti cermin, memantulkan perasaan konseli kepada mereka tanpa (keputusan) setuju-tidak setuju, mendukung ataupun menolak
4) Bagaimana konselor tahu bahwa konseli merasa kosnelor memahaminya secara akurat. Bila konseli merespon seperti: “Ya, begitulah” atau “Itu benar sekali”
5) Perlu diingat bahwa balikan menjaga martabat dan harga diri orang lain yang terlibat dalam hubungan. Sejauh tidak berisi nasihat.
6) Balikan lazimnya lebih efektif jika menghimbau
7. TEKNIK CLARIFICATION
(Memperjelas)
Pengertian
Clarification adalah teknik yang digunakan untuk memperjelas pernyataan konseli yang dianggap meragukan oleh konselor
Tujuan
1) Dirasakannya konseli bahwa dirinya difahami secara penuh oleh konselor
2) Terdorongnya konseli lebih mengekspresikan tindakannya atau perilakunya terhadap situasi, orang, tertentu atau apapun
3) Diperolehnya pemahaman gambling dan benar atas sikap dan tindakannya
4) Terbantunya konseli mendeskriminasikan secara cermat pelbagai ragam perbuatannya
5) Terbantunya konseli mengelola sikap dan tindakannya
Komposisi dan variasi
a. Kata modalita
b. Kata penegasan (inti)
c. Kata situasi
Contoh: “Dengan kata lain (a) anda menyamakan sikap (b) Ari dengan Intan (c)
Variasi penggunaan kata modalita dalam teknik clarification
● pada dasarnya ● pada intinya
● pada hakikatnya ● dengan kata lain
● singakat kata ● pada pokoknya
8. TEKNIK STUCTURING
(Pembatasan Waktu)
Pengertian
Teknik yang dipakai konselor untuk memberikan pembatasan agar proses konseling berjalan semestinya
Tujuan
1) Diperolehnya kesamaan pengharapan realistik dalam konseling
2) Diperolehnya kesepakatan dari konseli mengenai apa yang terlibat dalam metode dan tujuan konseling
3) Dimilikinya kepastian bersama konselor-konseli tentang keputusan konseli, apakah konseling diteruskan ataukah tidak
Jenis
1) Batasan peran (role limit)
2) Batasan layanan (role service)
3) Batasan topic (topic limit)
4) Batasan tindakan (action limit)
5) Batasan waktu (time limit)
6) Batasan tujuan (goal limit)
7) Konfidensialitas (confidentiality)
Komponen dan variasi
1) Kata pembuka
2) Jenis (apa) yang ditegaskan
3) Apa yang hendak dicapai dalam pembatasan
Kata pembuka:
a. Terlebih dahulu baiklah saya ……
b. Dalam pertemuan ini ……
c. Sebagai langkah awal ……
d. Untuk memperlancar konseling kita ……
e. Semoga anda setuju ……
f. Untuk menghemat waktu ……
g. Perlu anda ketahui ……
Catatan Praktis
1) Umum
a. Pembatasan eksplisit (formal structuring) jika:
(1) Konseli datang karena diundang, dikirim
(2) Konseli baru dalam pertemuan pertama
b. Pembatasan implisit (indirect structuring) bisa terkait dengan teknik lain atau nonverbal
2) Khusus
a. Role limit sangat perlu bila kosnelor merangkap tugas guru
b. Service limit dengan “tidak bisa, tidak dapat, tidak boleh” pada awal kalimat mendatangkan kesan pertama yang kurang menyenangkan
c. Topic limit konselor bukan mamilih dan menetapkan topik melainkan mengkomunikasikan adanya kekhususan dalam interview
d. Action limit diperlukan kehati-hatian konselor agar konseli tidak merasa dikekang, verbalisasi konselor menjadi penting
e. Goal limit konselor belum merumuskan tujuan konseling, namun menjelaskan akan adanya rumusan tujuan
f. Dalam kasus tertentu terpaksa konselor menyampaikan informasi kepada pihak berwajib disarankan berkonsiltasi dengan pimpinan/ kolega
g. Jika kosnelor berhalangan atau tidak tepat waktu dalam perjanjian maka disarankan berbincang dengan konseli 5-10’ untuk membuat janji pertemuan mendatang
9. TEKNIK LEAD
(Pengarahan)
Pengertian
Lead adalah ungakapan verbal konselor yang secara khusus berniat mengarahkan perhatian dan pembicaraan konseli pada alur pembicaraan yang dikehendaki menurut proses dan isi bahasan konseling.
Tujuan
1) Tergugahnya konseli memulai diskusi isu penting
2) Terhindarnya konseli dari pembeberan detail yang kurang relevan
3) Ditemukannya konseli gagasan pembicaraan tertentu
4) Terfokusnya pembicaraan menurut proses dan alur konseling
Jenis-jenis
1) Pengarahan (lead) tidak langsung atau pengarahan umum (general)
2) Pengarahan (lead) langsung atau pengarahan khusus (specific)
Komponen dan Variasi
1) Kata permintaan, himbauan, atau kata Tanya
2) Kata petunjuk bidang isu yang diharapkan (umum & khusus)
3) Kata penjelasan atau keterangan
Contoh: “Boleh anda menjelaskan (a) perlakuan anda terhadap ayah (b) setelah perdebatan anda dengannya (c)
Kata-kata permintaan yang lazim dipakai:
a. Rasanya perlu anda uraikan ikhwal …..”
b. Menarik ungkapan lebih jauh mengenai …”
c. Tolong anda uraikan lebih detail …”
d. Bermanfaat bagi anda menjelaskan …’
e. Dapat anda ceritakan kelanjutan dari …”
Kata-kata yang lazim dipakai:
a. “apakah …?/ dengan apa …?”
b. “kapan …?/ bilamana …?”
c. “sejauhmana …?/ seberapa …?”
d. “dimana …?/ kapan …?”
e. “siapa ..?/ denagn siapa …?”
f. “bagaimana …?/ dalam keadaan apa …?”
g. “mengapa …?/ apa sebab …?”
Bentuk khusus
1) Pengarahan tidak langsung (Lead umum)
Merupakan pernyataan himbauan konselor agar konseli responnya terfokus pada topik konseling.
Contoh: “anda boleh menceritakan ikhwal studi anda menurut pengalaman anda selama ini”
2) Pengarahan langsung (Lead khusus)
Merupakan pertanyaan konselor kepada konseli secara terbuka, menggali, atau melacak, memotivasi konseli untuk berkomunikasi
● pertanyaan terbuka untuk:
a. memulai interview
b. mendorong konseli menjajagi atau menemukan informasi
c. mengungkapkan contoh spesifik tingkah laku, perassan, atau pikiran konseli
d. memotivasi klien untuk berkomunikasi
Contoh: “apa yang anda harapkan dari konseling ini?”
● pertanyaan tertutup untuk:
a. menyempitkan topik diskusi
b. mandapatkan informasi spesifik
c. mengenali kadar suatu masalah
d. mencegah melanjutnya pembicaraan konseli
Contoh: “manakah alasan yang paling merisaukan diantara 4 masalah?”
Catatan Praktis
Umum
1) Pengarahan yang bervariasi jenis dan bentuknya sangat efektif
2) Pengarahan yang diselang-selingi dengan aneka teknik komunikasi lainnya sangat efektif memperoleh informasi dalam himpunan tepat
3) Terlalu bnayak pengarahan dari konselor berdampak terhadap tanggungjawab konseli terhadap bahasan
Khusus
a. Bentuk pengarahan umum layak pada menit-menit pertama interview
b. Pertanyaan akan efektif jika bertolak dari apa yang baru saja konseli kemukakan bukan dari apa yang diharapkan konselor
c. Setelah mengajukan pertanyaan buatlah jedah guna memberi konseli waktu untuk merespon
d. Gunakan satu pertanyaan pada satu saat. Pertanyaan ganda cenderung membingungkan konseli
e. Hindari pertanyaan menyudutkan/ inta-gonitis. Pemakaian kata “mengapa” pertanyaan demikian membuat konseli defensive
f. Hindari gaya bertanya sepajang interview kecuali untuk assessmen
g. Hindari terlalu banyak pertanyaan tertutup

10. TEKNIK REASSURANCE
(Pemberian kata jaminan)
Pengertian
Pemberian kata jaminan/ganjaran oleh konselor pada situasi mana konseli menunjukkan kemajuan potensial.
Prinsip dasar:
· pemberian penghargaan atas unjuk kerja konseli ke arah perubahan positif
· perubahan kebiasaan/perilaku baru/lebih baik/ potensi
Tujuan
1) Terbangkitnya semangat konseli ke arah rencana positif
2) Teredakannya keraguan, kecemasan, ketegangan konseli untuk melaksanakan perilaku baru
3) Terkuatnya perilaku baru
4) Terdorongnya konseli untuk memperluas perilaku baru yang berhasil
5) Terbebaskannya konseli dari emosi yg menyakitkan, memalukan, menekan
Jenis-jenis
1) Pemberian dukungan (approval)
2) Pembenaran hasil, posdiksi (postdiction)
3) Pembenaran harapan berhasil, prediksi (prediction)
4) Peyakinan dg fakta (factual reassurance)
Komponen dan variasi
1) Usaha-usaha atau perilaku baru klien
2) Hasil atau kemungkinan hasil (ganjaran)
Contoh: “Anda mulai belajar (a), itu bagus sekali (b)”
Bentuk khusus
1) Approval
Pemberian dukungan dilakukan bilamana perbuatan konseli jelas-jelas menguntungkan dirinya.
Misalnya: semula konseli enggan membicarakan masalah tiba-tiba ia memutuskan utk berbicara
Contoh:
konseli: “Sungguh … tadi saya merasa malu mengatakannya … tapi baiklah saya akan menceritakan semuanya …”
Konselor: “Bagus sekali, anda sudah mulai terbuka”
2) Postdiction
Posdiksi ini dilakukan karena konselor yakin bahwa konseli jujur, maka konselor memperkuat kesan positif dari perilaku baru yang menguntungkan konseli.
Struktur khas yg menandai bentuk posdiksi adalah kata kausalitas. Misal: “setelah …. Maka ….; “dengan upaya …. Ternyata …”
Contoh:
Konseli : “ Saya memang tergolong boros, hampir tiap bulan uang kiriman orangtua nyampai 21 hari karena saya suka belanja yg kurang penting, baru setelah saya membuat catatan rencana belanja saya dapat membatasi diri. Sekarang uang kiriman orangtua bisa mencukupi sampai akhir bulan.
Konselor: “Atas usaha anda membuat catatan belanja, kini nyata hasilnya kiriman orangtua cukup untuk satu bulan”.
3) Prediction
Prediksi diberikan ketika klien menyatakan rencana tindakan yang maju, diramalkan dpt menguntungkan diri konseli, tapi klien kurang yakin keberhasilannya atas rencana itu.
Setruktur khas bentuk ini ditandai pernyataan hipotesis. Misal: seandainya … ada peluang …”; “jika … maka …”.
Prediksi ditandai dg kata modalitas, dugaan atau harapan yg intensitasnya berjenjang.
Pasti, hampir pasti, sangat mungkin, ada kemungkinan, besar harapan, ada harapan,
Contoh:
Konseli : “Dulu saya belajar sambil tiduran, sekarang saya sudah bisa belajar di meja belajar dg merangkum dan sesekali saya baca lagi sebelum tidur”.
Konselor : “Kalau cara belajar dg merangkum anda laksanakan terus, besar harapan nilai-nilai pelajaran anda akan lebih baik kelak”.
4) Factual Reassurance
Peyakin faktual merupakan teknik peyakin yg sangat halus, hanya tersirat, dg maksud meringankan perasaan duka klien dan konseli “tidak sendiri”. Dengan demikian diharapkan mengurangi rasa ragu, takut/cemas menghadapi situasi yg tidak diharapkannya.
Contoh:
Konseli : “Saya coba ingin berkomunikasi dg ayah… tapi orangnya kaku, keras, mau marah saja .. sehingga saya sangat takut kalau saya dimarahinya”.
Konselor : “Semua anak yang dididik orangtua keras mengalami rasa takut utk mulai bicara, seperti yg anda alami itu”
11. TEKNIK SILENT
(Diam atau Keheningan)
Pengertian
Diam atau keheningan adalah teknik merespon seorang konselor secara sengaja pada saat konseling dengan sejumlah tujuan yg disadari konselor.
Tujuan
1) Tercipta peluang konseli memutuskan sendiri bagaimana memulai dan kemudian memikirkan apa yang akan dibicarakan
2) Teredakanya sejumlah perasaan atau emosi negatif konseli atas dampak peristiwa yg baru diungkapkannya
3) Terklarifikasikannya dlm pemikiran dan perasaan konseli sejumlah informasi yang memungkinkan konseli memperoleh insight.
Jenis-jenis
1) Jeddah, istirahat (pause)
2) Kehabisan isu atau bahan bicara (ending)
3) Selepas pencetusan perasaan mendalam, menyatakan (deep and painful emotion)
4) Antisipasi pernyataan (respon) dari konselor
5) Enggan (reluctant), atau menolak/bertahan (resistent)
Komponen dan Variasi
1) Ikhwal waktu atau periode
2) Respon nonverbal konselor
Bentuk Khusus
1) Jeddah, istirahat
Kebiasaan konseli dlm berbicara cepat, terburu-buru, kemudian berhenti krn kelelahan. Respon konselor dg. Keheningan beberapa detik saja.
Contoh:
Konseli : “Ketika liburan di rumah saya membantu orang tua kerja di sawah… banyak pekerjaan yg hrs saya selesaikan, maklum orangtua saya petani… (dst.) sesampainya di kos/kampus saya sering bingung, tdk tahu materi yg dibahas dosen. Di ruang kuliah dosen … (dst). Teman-teman dan saya .. (dst). Begitulah kuliah saya akhir-akhir ini
Konselor: “Hem..hem.. ya, ya”.
Konseli : … (diam)
Konselor: … (diam, keheningan 3 – 5 detik)
Banyak keterangan yg anda ungkapkan dan itu sungguh menyenangkan saya sebab sangat memungkinkan terbuka wawasan saya nantinya”. (teknik reflection of feeling)
2) Kehabisan isu atau bahan bicara
Ketika konselor menghayati konseli kehabisan isu, konselor memberi suasana keheningan kemudian merespon dengan klarifikasi atau pengarahan (lead)
Contoh:
Konseli : “…. Contoh di atas….
Konselor : “ ya, ya … terus …”.
Konseli : “ yah, begitulah adanya bu….” (diam)
Konselor : “ …. (Keheningan 2-3 detik)
Jelasnya, karena kesibukan kerja saat anda libur maka anda kurang siap belajar semester ini? (Klarifikasi)
3) Selepas pengungkapan mendalam dan menyakitkan
Konseli menarik nafas dalam-dalam, kadang-kadang menunduk, menangis maka konselor merespon dg keheningan cukup lama sampai mereda, mengangkat kepala kemudian konselor merespon dengan RF, Factual Reassurance.
Contoh:
Konseli: “ Ibu bisa bayangkan semenjak Rudi buyar dg saya segera dia jalan dg teman sekelas saya … (menangis) … teganya mereka pacaran di kelas … dan teman-teman menertawain saya … (menggigit bibir, diam, menunduk)
Konselor: “… (keheningan sampai klien menyeka air mata atau mengangkat kepala). Agaknya Rudi dan pacar barunya membuat anda cemburu”. (klarifikasi)
4) Antisipasi pernyataan
Konseli diam dg maksud menunggu dan mengharapkan jawaban tertentu dari konselor, entah komentar atau persetujuan atas ungkapan sikap atau keputusannya, ditandai sebelumnya uraian pendapat, persepsi, sikap atau keputusan-keputusan klien terhadap sesuatu kemudian diam sambil menatap konselor. Konselor tidak perlu menunggu terlalu lama kemudian merespon dengan teknik penerimaan, reastatement, klarifikasi.
Contoh:
Konseli: “Saya pikir saya tdk salah kalau saya cemburu melihat mereka seperti itu, saya rela Rudi tidak lagi denga saya, tapi mbok ya jangan didepan mata”.
Konselor: “Saya memahami keputusan anda”. (acceptance)
5) Enggan atau menolak/bertahan
Diam konseli beralasan karena respon konselor sebelumnya tidak sejalan dengan harapan, antisipasi, kerangka acuan konseli, kadang-kadang juga karena konseli kurang percaya kpd konselor. Atas situasi bertahan konseli yg menyebabkan diam, konselor tidak harus cepat-cepat meminta maaf. Cukup efektif jika konseli diberi keheningan sekitar 2-3 detik kemudian direspon dg penerimaan, RF.
Contoh:
Konselor: “Artinya anda tdk keberatan jika Rudi pacaran dg teman sekelas anda dan dilakukan di depan anda”.
Konseli: “ … (diam dan memalingkan wajah ke samping)”.
Konselor: “ … (keheningan 2-3 detik)
“Saya berusaha menangkap makna pernyataan anda tadi”. (penerimaan)
Atau keengganan konseli diduga karena kurang percaya kpd konselor, suasana diam disusul dg penegasan konfidensialitas.
Contoh:
Konseli : “ … (diam, mengerenyitkan kening, atau berpaling ke samping)”
Konselor : “ … (keheningan 2-3 detik)
“Anda boleh menceritakan apapun pada saya dan saya terikat oleh aturan moral utk tetap penyimpan rahasia anda”. (konfidensialitas)
12. TEKNIK REJECTION
(Larangan/Menolak)
Pengertian
Respon verbal konselor melarang konseli secara tersamar maupun langsung untuk melanjutkan rencana yang akan membahayakan atau merugikan fihak lain maupun dirinya sendiri.
Tujuan
1) Menghindarkan konseli dari kemungkinan yg merugikan diri konseli maupun lingkungan
2) Membuka wawasan konseli atas beberapa alternatif tindakan yg lebih menguntungkan
3) Mendorong konseli menempuh tindakan lain sebagai pengganti tindakannya yg merugikan
Komponen variasi
a. Kata-kata acuan/rujukan (berupa nilai/norma, hukum, peraturan, pendapat otoritas)
b. Kata inti larangan, atau alternatif tindakan lain
c. Alasan/rasional tindakan
Contoh: “Orangtua anda memiliki pertimbangan (a) agar anda tetap lajang selagi kuliah (b), karena mungkin itu lebih mendukung konsentrasi studi anda (c)”.
Jenis
1. Larangan langsung
Konselor bertanggungjawab atas keselamatan konseli dan orang lain terkait dg perilaku konseli dan situasinya emergensi. Karena itu larangan langsung diperlukan bila rencana perilaku konseli jelas merugikan. Kata acuannya, singkat dan jelas, misal: jangan
Konseli: “Saya betul-betul sakit hati, biar kapok akan kubunuh dia”.
Konselor: “Jangan! Jangan lakukan itu!
2. Larangan tidak langsung
Konselor menduga tindakan konseli akan merugikan diri sendiri atau orang lain. Larangan ini bisa spontan atau penundaan. Larangan spontan dilakukan konselor tanpa menunggu selesainya kalimat penjelasan konseli.
Konseli :”Didik memang jahat, pantas aku balas kejahatannya dg santet, …”.
Konselor :”Ajaran agama kita mengharamkan ilmu hitam itu, apapun motifnya”.
Larangan penundaan dilakukan konselor sampai selesainya kalimat konseli.
Konseli :”Yah! daripada membebani pikiran orangtua, sebaiknya saya berhenti kuliah saja. Karena penghasilan orangtua tidak mencukupi untuk biaya kuliah”.
Konselor :”Menurut pandangan saya, anda perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan berhenti kuliah, agar anda tdk menyesal kemudian”.
13. TEKNIK ADVICE
(Nasihat)
Pengertian
Respon verbal konselor yang menunjukkan atau mengisyaratkan apa pilihan, rencana, atau perbuatan, yang memiliki peluang berhasil paling besar bagi konseli serta paling selamat bagi dirinya dan orang lain.
Komponen dan variasi
a. Kata ganti orang (konseli dan/atau konselora)
b. Pertimbangan kelebihan dan kelemahan
c. Pilihan-pilihan, alternatif
d. Keputusan pilihan, anjuran, atau isi nasehat
Jenis
1) Nasihat langsung (direct edvice)
Nasihat langsung diberikan konselor bila cukup bukti dari konseli yg mendukung pilihan tingkah laku, namun konseli ragu-ragu.
Konseli: “Lalu … program studi mana yg aku pilih”.
Konselor : “Saya pikir, anda akan cocok pada jurusan sosial dan bahasa, karenanya anda perlu cermati informasi kedua jurusan itu”.
2) Nasihat yang bersifat mendorong (persuasive edvice)
Konselor memberikan informasi kelebihan dan kelemahan, kemudian klien diberi saran
Konselor :”Didik, memang ada keuntungan bila anda menikah sebelum kuliah selesai. Keuntungannya anda merasa tenang, mengurangi beban dosa... Demikian ada kelemahannya, Didik merasa kurang bisa konsentrasi belajar, terbebani dari keuangan”.
3) Nasihat bersifat pertimbangan-penjelasan (explanatory advice)
Konselor memberi alternatif lain selain pemberian informasi kelebihan-kelemahan tiap pilihan.
Contoh:
Konselor: “Didik, ikhwal menikah sekarang sebelum selesai kuliah (sarjana), ada pertimbangan penting (Kelebihan-kelemahan). Dan ada pilihan tambahan yakni Didik memilih salah satu: (1) tunangan, (2) Nikah sirri, (3) nikah tuntas (kelebihan-kelemahan). Saya melihat lebih baik anda memilih tunangan atau nikah sirri.
14. TEKNIK INTERPRETATION
(Penafsiran)
Pengertian
Pernyataan konselor yang mengkomunikasikan penjelasan makna, tafsiran makna, atau dugaan pesan dari sikap dan perilaku konseli.
Tujuan
1) Mengembangkan hubungan menyehatkan melalui dorongan pengungkapan diri konseli peningkatan kredibilitas konselor, dan pengkomunikasian sikap-sikap menyehatkan kepada konseli
2) Mengenali hubungan sebab-akibat di antara pesan dan perilaku eksplisit dan implisit konseli
3) Membantu konseli mengkaji tingkah laku, pemikiran-pemikiran, dari sudut tinjauan lain dengan penjelasan lain
4) Memotivasi konseli menggantikan pemikiran merusak diri atau tingkah laku tidak efektif
Komponen dan variasi
a. Kata acauan, dasar interpretasi
b. Kata modalita, atau kata tanya
c. Isi tafsiran konselor
Jenis-jenis
  1. Pengecekan informasi
Teknik ini dipakai karena konselor gagal menangkap secara jelas pesan eksplisit konseli
Contoh:
Konseli :”Saya tahu ..., saya kira ... cara belajar saya cukup tiap malam saya belajar untuk besok ... seperti matematika kan perlu banyak berlatih, sementara saya lemah dalam matematika dan IPA. Kalau belajar bahasa saya tahu persis ... kapan sebaiknya belajar matematika yang baik?”
Konselor :”Dari uraian anda seperti itu, apakah anda bermaksud mengatakan bahwa anda tahu cara belajar uraian kata dan kurang tahu cara belajar angka-angka?”
  1. Interpretasi tunggal
Klarifikasi makna terhadap satu pesan atau ungkapan
Contoh: ”Atas ungkapan anda, sepertinya anda tahu persis belajar ilmu sosial dan belum tahu cara belajar ilmu eksakta. Benarkah demikian?”
  1. Interpretasi ganda
Klarifikasi makna terhadap pesan atau ungkapan ganda konseli atau lebih kompleks
Contoh: ”Dari uraian dan gerak gerik yang anda tampakkan agaknya anda berpikir ada peran dosen sebagai penyebab rendahnya nilai anda semester lalu, selain kesalahan anda sendiri?”
15. TEKNIK CONFRONTATION
(Konfrontasi)
Pengertian
Respon verbal konselor untuk mendeskripsikan kesenjangan-kesenjangan, konflik-konflik dan pesan-pesan bersilangan atau rancu dalam pemikiran, perasaan, perilaku.
Tujuan
1) Mengeksplorasikan cara-cara pandang baru dalam melihat diri sendiri atau suatu isu, yang pada akhirnya mengarah pada pemikiran dan tingkah laku baru
2) Membantu konseli menjadi lebih menyadari kesenjangan atau ketidakselarasan di dalam pemikiran, perasaan, dan perilakunya
Komponen dan variasi
  1. Kata penggugah perhatian, penyebutan nama konseli arau kata penggugah lain
  2. Isi atau pesan-pesan yang ”dipertentangkan” atau dihubungkan
  3. Kata atau kalimat tanya (jika dipandang perlu)
Contoh penerapan ketiga komponen itu:
”Eddi (a), di tengah-tengah perkataan bahwa anda rela ditinggal pacar, anda juga berlinang air mata (b); adakah ini berarti anda kurang rela melepaskan pacara anda? (c)”
Jenis-jenis
  1. Konfrontrasi verbal dan tingkah laku nonverbal
  2. Konfrontasi pesan-pesan verbal dengan tahap-tahap atau langkah-langkah tindakan.
  3. Konfrontasi diantara dua pesan verbal (dinyatakan secara tidak konsisten).
  4. Konfrontasi pesan nonverbal (ditampakkan tingkah laku tidak-konsisten).
  5. Konfrontasi dau pribadi atau orang (konselor- konseli, konseli orangtuanya, konseli saudaranya, dst)
  6. Konfrontasi pesan verbal dan konteks atau situasi
Catatan praktis
  1. Mengamati konseli secara cermat untuk megenali jenis kesenjangan atau respon rancu yang ditunjukkan konseli
  2. Merangkum unsur-unsur berlainan dari kesenjangan yang ada
  3. Mengusahakan tercakup dalam ramuan kalimat yang digunakan konseli sehingga konfrontasi itu mengena
  4. Mengakases keefektifan konfrontasi jika konseli mengetahui eksistensi, kesenjangan atau konflik
16. TEKNIK SUMMARIZATION
(Perangkuman)
Pengertian
Teknik merespon oleh konselor dlm memadukan uraian pernyataan konseli menjadi satu kesatuan atau keutuhan tema/topik dari sesi-sesi konseling.
Tujuan
1) Memadukan unsur-unsur ganda pesan-pesan konseli dpt pula sebagai alat balikan melalui menyarikan makna pesan kabur/umum konseli
2) Mengidentifikasi tema atau pola muncul setelah terungkap sejumlah pesan
3) Mencegah pembicaraan konseli yg bertele-tele agar pembicaraan lebih fokus dan memberi arah interview
4) Menyediakan kesempatan utk “bernafas”dlm bagian yang dipandang penting
5) Merangkum hasil-hasil atau kemajuan yg telah dicapai konseli dan konselor dlm satu atau lebih sesi
Komponen dan variasi
a. Kata penggugah perhatian: sampai detik ini, dari awal sampai saat ini, dlm 15 menit awal pertemuan kita …
b. Kata isyarat, kata kunci perangkuman: jadi, pada akhirnya, setelah diskusi panjang akahirnya…
c. Paduan isu, topik, atau isi rangkuman: .. hal penting …, inti pembicaraan kita …, dpt disepakati …
Contoh: “Setelah pembicaraan panjang lebar (a), pada akhirnya (b) anda menemukan tiga rumusan masalah penting (c)
Jenis
1. Perangkuman bagian: langsung dan tidak langsung
Perangkuman dibuat setelah rentang waktu atau durasi dalam interview untuk memperoleh kejelasan poin pokok dlm pembicaraan.
Perangkuman bagian langsung, dilakukan seluruhnya atas prakarsa konselor berdasarkan kejelasan isu konseli Contoh: “Dalam 10 menit awal ini sementara kita dapati dua inti pembicaraan anda, yaitu pertama ikhwal kemajuan anda di kelas, dan kedua kebosanan anda bergaul dengan teman-teman”.
Perangkuman bagian tidak lengsung, dilakukan sebagian atas prakarsa konselor berdasarkan kejelasan isu konseli, kemudian ditawarkan kepada konseli utk dilengkapinya.
Contoh: “ Ditengah-tengah pertemuan ini, anda masih ingat agaknya ada tiga keluhan anda yg penting. Silakan anda sebutkan inti-intinya: (1) … (2) …, dan (3) ….
2) Perangkuman Akhir: langsung dan tidak langsung
Sebelum interview berakhir konseli dan konselor perlu memiliki kejelasan dan kesepakatan mengenai isu-isu yg telah dibicarakan atau menjadi pokok kerisauan konseli.
Perangkuman akhir secara langsung dilakukan konselor dengan berdasar pada catatan yang dibuat konselor selama konseling.
Contoh: “Pada akhirnya, agaknya kita sepakat poin yang kita bicarakan bahwa anda merisaukan (1) kesulitan belajar anda, (2) cara-cara mendapatkan penghasilan tambahan, dan (3) tuntutan orangtua untuk populer. Dan kita sepakat beberapa langkah pengelolaan belajar anda. Sementara dua kerisauan lainnya belum kita diskusikan secara detail”.
Perangkuman akhir secara tidak langsung dilakukan konselor dengan cara menawarkan kepada konseli butir-butir kesepakatan yg ditemukan bersama antara konselor dan konseli.
Contoh: “ Setelah diskusi panjang tadi, pada akhirnya kita berhasil merancang penyelesaian satu dari antara tiga masalah, yaitu cara mengatasi kesulitan belajar, anda bersedia berbuat sesuatu. Anda dpt menyebut lagi rencana anda itu?”.
17. TEKNIK TERMINATION
(Pengakhiran)
Pengertian
Respon konselor untuk mengakhiri interview baik mengakhiri untuk dilanjutkan pada sesi berikutnya maupun mengakhiri interview karena konseling betul-betul berakhir (berhasilnya implementasi strategi, atau hasil-hasil evaluasi).
Tujuan
1) Memiliki “peta kognitif” perjalanan konseling, yaitu apa tahap yg dilalui dan apa tahap konseling mendatang
2) Mencapai pemahaman antara konselor-konseli apa yg telah berhasil dicapai bersama dalam konseling
3) Mengkomunikasikan keperluan penyesuaian konseli terhadap pengambilan tanggungjawab konseli seusai konseling
4) Memelihara persepsi pantas konseli tentang penerimaan dan pemahaman konselor
Komponen dan variasi
a. Kata situasi: sampai menit-menit akhir pembahasan kita tadi sudah jelas adanya
b. Kata inti pengakhiran: kita menyudahi, kita akhiri…
c. Kata penerimaan/pemahaman
Contoh: “Dalam pembahasan ini kita mencapai beberapa hal (a), sehingga sudah saatnya kita tutup pertemuan ini (b), saya merasa senang telah membantu (c)
Jenis
1. Pengakhiran langsung, murni
Menunjuk pada verbalisasi konselor tersurat atau gamblang dengan menyebutkan akan diakhiri pertemuan konseling dalam bentuk kalimat singkat, cukup tegas, dan mengandalkan kaidah bhs. pragmatik.
Contoh: “Karena waktu pertemuan telah habis, kita akhiri sekian, dan saya mengharap kehadiran anda untuk bahasan selanjutnya”
2. Pengakhiran tdk langsung: nonverbal, verbal
Pengakhiran ini bisa berupa verbal/nonverbal konselor.
Respon nonverbal: memandang jam dinding/arloji, menata meja/mengemasi buku.
Respon verbal, biasanya ditumpangkan pada teknik lain, misalnya interpretasi: “Telah banyak yg anda ungkap membuat anda kelelahan, apakah anda bermaksud mengakhiri dulu pertemuan hari ini?”
Respon verbal dengan teknik perangkuman akhir: “Dengan rampungnya semua yang ingin anda ungkapkan dalam interview hari ini, baik anda ingat-ingat dan katakan garis-garis besar yang kita diskusikan tadi.
Bahan Rujukan
Ivey, A.E dan Mary Bradford Ivey. 2003. Intentional Interviewing and Counseling: Facilitating Client Development in a Multicultural Society. 4th. Autralia: Thomson Brooks/Cole.
Nelson-Jones, R. 2005. Basic Counseling Skills. London: Sage Publications
Nelson-Jones, R. 2005. Introduction Counseling Skills: Texts & Activities. London: Sage Publications