Berbakti dengan Ilmu

"Dalam meraih keberhasilan akan penuh dengan tantangan"

June 11, 2011

Behavior Terapi dalam Konseling


· Terapi Realitas beranggapan Perilaku manusia ditentukan oleh dirinya sendiri artinya perilaku yang dilakukan merupakan pilihan sendiri pada saat itu.
· Terapi Realistis disebut dengan kekuatan kedua setelah psiko analisis.
· Konseling Behavior adalah pendekatan yang lebih menekankan pada perilaku
· Apa yang ada pada diri kita hari ini menunjukkan hasil pengalaman dan lingkungan (menurut Behavioristik)
· Klasifikasi umum terapi orientasi konseling
- Kognitif (pikiran) : yang harus berubah pikiran, cara pandang, keyakinan dan
pemahaman
- Afektif (perasaan) : yang harus dirubah afeksinya (perasaan) mis: benci, dendam dll
(Gestalt)
- Behavioral : perubahan tidak akan terjadi kalau tingkahlaku yang spesifik
tidak Berubah (terapi behavior, terapi realita)
KONSELING BEHAVIORAL/ TERAPI BEHAVIORAL/ TERAPI PERILAKU
· Perkembangan
- Konseling behavior dikembangkan sejak 1950-an dan 1960-an
- Pemisahan diri yang radikal dari Psikoanalisis yang berlaku saat itu
- Banyak beda dari konseling lain karena pengguna pembiasaan klasik (classical conditioning) dan pembiasaan operan (operant conditioning) terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah
- Konseling behavior Kontemporer bengkit secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris th 1950-an
- Konseling Behaviora terus berkembang meskipun banyak kecaman dari konseling tradisonal (psiko analitik)
- 1960-an Albert Bandura mengembangkan teori belajar social (social learning theory) yang menggabungkan pembiasaan klasik dan pembiasaan operan denngan belajar observasional. Ia menjadikan kognitif menjadi focus yang sah dalam konseling behavioral
- 1970-an konseling behavior muncul sebagai kekuatan utama dan psikologi dan memiliki pengaruh yang berarti dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja social
- Teknik-teknik behavioral dikembangkan dan diperluas yang juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis, industry, dan pengasuhan anak.
- Tahun 1980-an merupakan pencarian wawasan baru dalam konsep dan metode yang bergerakjauh di luar teori belajar tradisonal
- Adanya perhatian yang meningkat terhadap peran emosi dalam perubahan terapeutik dan peran factor-faktor biologis dalam gangguan psikologis
- Perkembangan yang menonjol ialah timbulnya konseling kognitif behavior (cognitive- behavior Therapy/counseling) secara berkelanjutan sebagai kekuatan dan aplikasi teknik-teknik behavioral terhadap pencegahan dan penanganan gangguan medis
- Tahun 1990, assosiasi pengembangan terapi behavior mengklaim dirinya memiliki 4300 anggota. Ada 50 jurnal dan memiliki cabang di seluruh dunia.
- 4 bidang perkembangan:
Konseling behavior saat ini dapat dipahami dengan memperhatikan empat bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant conditioning, social learning theory, dan cognitive-behavior counseling
· Kondisioning klasik (classical conditioning)
- Suatu jenis belajar dimana stimulus netral dikemukakan secara berulang dengan stimulus yang dapat menimbulkan respon tertentu secara naluriah sehingga stimulus netral tsb akhirnya menimbulkan respon yang diharapkan (respond conditioning)
- Tokoh kondisioning klasik adalah Ivan Pavlov yang mengilustrasikan classical conditioning melalui percobaan dengan anjing.
- Belajar : Terjadinya ikatan stimulus bersyarat dan respons bersyarat (Percobaan Pavlov)
1. Sebelum Pembiasaan
Bunyi bel (stimulus bersyarat) ---------------à tdk menghasilkan air liur pd anjing
Daging (stimulus tidak bersyarat) -----------à menghasilkan air liur pada anjing
2. Selama Pembiasaan
Bunyi bel disertai daging ----------------------à menghasilkan air liur pada anjing
Bunyi bel disertai daging ----------------------à menghasilkan air liur pada anjing
3. Setelah Pembiasaan
Bunyi bel ------------------------------------------à menghasilkan air liur pada anjing
Tiga prinsip belajar pokok:
Generalisasi :
Pemberian respons yang sama terhadap stimulus yang mirip dengan stimulus bersyarat
Diskriminasi :
Pemberian respons yang berbeda terhadap stimulus yang serupa tetapi tidak sama
Ekstinksi :
Proses hilangnya respons yang telah dipelajari karena tidak diikuti dengan penguatan
· Operan Conditioning (operant conditioning)
- Jenis belajar dimana perilaku semata-mata dipengaruhi oleh akibat yang menyertainya. Tokoh adalah B.F. Skinner
- perubahan tingkahlaku terjadi karena adanya penguatan dan hukuman
a. tingkahlaku yang memperoleh ganjaran dipelihara dan dikembangkan
b. tingkahlaku yang mendapat hukuman akan dihentikan
- teori pembiasaan operan menghasilkan tiga prinsip belajar : Penguatan (reinforsment), Extinction (ekstinsi), dan hukuman (punishment)
- penguatan: stimulus yang dapat meningkatkan terjadinya / berulangnya respon individu
- penguatan terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif
- jadwal penguatan : terus menerus/kontinu dan sewaktu-waktu/intermiten
- ekstinsi; menghilangnya perilaku yang telah dipelajari karena hukuman / tidak mendapat penguatan
- hukuman: proses yang dapat memperlemah atau menghentikan respons dengan cara memberikan stimulus yang tidak diinginkan
· Kedua jenis belajar tersebut (classical conditioning dan operan conditioning) tidak memasukkan konsep-konsep mediasi (proses berfikir, sikap, dan nilai)
· Pendekatan Belajar Sosial (social Learning Theory)
- Dikembangkan oleh Bandura bersifat interaksional, interdesipliner, dan multimodal. Perilaku dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa stimulus, pengaruh eksternal, dan proses mediasi kognitif
- Periku dibentuk berdasarkan atas pengamatan perilaku model
· Konseling Kognitif behavior (cognitive-behavior counseling ) bersama Social Learning Theory mewakili arus utama konseling perilaku kontemporer. Sejak tahun 1970-an gerakan behavior meyakini peran pikiran, bahkan menemptkan factor kognitif sebagai peran pokok dalam memahami dan menangani masalah-masalah emosional dan perilaku.
· Secara umum, konseling behavior mengacu praktek yang didasarkan pada teori social kognitif yang mengakomodasi seperangkat prinsip dan prosedur kognitif konseling behavior saat ini cenderung terpadu.
· Hakekat manusia
- Manusia adalah penghasil dan sekaligus hasil dari lingkungannya
- Tingkahlaku manusia merupakan hasil belajar
- Manusia tidak dikatakan baik atau buruk, tetapi netral.
TEORI KEPRIBADIAN
1. Konseling behavior mengembangkan teori kepribadian
2. Tingkahlaku itu merupakan hasil belajar baik ytingkah laku yang normal maupun tingkahlaku yang malasuai (berlebihan)
3. Tingkahlaku normal berkembang karena dalam interaksi dengan lingkungan mendapatkan penguatan
4. Tingkahlaku malasuai berkembang karena dalam interaksinya dengan lingkungannya mendapatkan penguatan
KARAKTERISTIK DASAR KONSELING BEHAVIOR
1. Konseling behavior didasarkan pada prinsip dan prosedur metode ilmiah
2. Konseling behaviormenangani masalah-masalah konseli saat ini dan factor-faktor yang mempengaruhinya sebagai lawan dari analisis penentu historis
3. Konseli yang terlibat dalam konseling behavior diharapkan untuk berperan aktif dalam melaksanakan tindakan spesifik untuk menangani masalah-maslah mereka
4. Konseling behavior menekankan pembelajaran keterampilan konseli dalam mengelola diri
5. Focus pada pengukuran perilaku tampak dan tidak tampak secara langsung, mengenali masalah dan menilai perubahan
6. Konseling behavior menekankan pendekatan kendali diri sat konseli mempelajari startegi pengelolaan diri
7. Intervensi perilaku disesuaikan dengan individu konseli berdasarkan masalah specific yang dialami konseli
8. Praktek konseling behavior dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara konselor dan konseli
9. Penekanan pada aplikasi praktis
10. Konselor berupaya mengembangkan prosedur yang sesuai dengan budaya dan memperoleh kerjasama konseli
TUJUAN KONSELING BEHAVIOR
· Tujuan Umum
Membantu konseli menghilangkan perilaku malasuai dan mempelajari tingkahlaku yang lebih efektif
· Tujuan Khusus
Membantu konseli mempelajari tingkalaku specific sesuai dengan keunikan konseli
FUNGSI KONSELOR
· Guru/pelatih yang aktif dan direktif dalam membantui konseli belajar tingkahlaku yang lebih efektif
FUNGSI KONSELI
· Aktif dalam mempelajari tingkahlaku yang baru
· Aktif menetapkan tujuan konseling dan mengevaluasi ketercapaian tujuan
HUBUNGAN KONSELING
· Hubungan konselor dan konseli penting tetapi tidak mencukupi bagi perubahan tingkahlaku
· Perubahan tingkahlaku tersebut memerlukan penggunaan teknik-teknik konseling
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
1. Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap
2. Teknik relaksasi
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
3. Teknik Flooding
Tekinik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut
4. Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
5. Modeling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model
6. Cognitive Restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis
7. Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap orang lain secara lugas tanpa agresif
8. Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
9. Behavioral rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
10. Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan anatr pertemuan konseli.
11. Pekerjaan Rumah
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya.
12. Role Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan
PROSES KONSELING
1. Pembinaan hubungan konseling
- Menciptakan hubungan baik dengan konseli melalui komunikasi melalui komunikasi penerimaan, pemahaman, penghargaan, dan ketulusan sehingga timbul rasa percaya konseli terhadap konselor dan konseli dan mau terlibat aktif dalam proses konseling
2. Pembahasan topic netral untuk segera berinteraksi dengan konseli dan meningkatkan keberhargaan konseli dengan konseli termotivasi melibatkan dirinya dalam konseling dan mempelajari perilaku baru bagi pencapaian tujuan yang diharapkan Penetapan masalah dan tujuan konseling
- Menggali informasi tentang masalah konseli
- Menentukan hakekat masalah konseli
- Menentukan data dasar masalah konseling: frekwensi, lamanya, intensitasnya
- Menetapkan tujuan konseling secara spesifik sesuai dengan karakteristik masalah dan kondisi konseli
3. Pemilihan teknik konseling
Penentuan teknik yang sesuai dengan tujuan dan masalah yang dialami konseli
4. Penilaian keberhasilan
Pembandingan antara perilaku konseli setelah konseling dengan data dasar sebelum konseling
5. Pengakhiran dan tindak lanjut
Jika tujuan konseling tercapai maka layanan konseling diakhiri dan kemudian diikuti perkembangannya.
KELEBIHAN
1. Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling
2. Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
3. Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa datang

HAKEKAT ANALISIS TINGKAH LAKU


I. Pengantar
Setiap individu menampilkan berbagai model atau karakter tingkah laku yang berbeda dan unik. Dalam uraian berikut kita akan membahas hakekat analisis tingkah laku dalam beberapa 2 aspek, yakni: tingkah laku dan analisis tingkah laku.
II. Tingkah laku
a. Apa tingkah laku itu?
Tingkah laku menurut Webster dictionary didefinisikan sebagai cara, gaya, sikap memimpin diri. Ada juga yang mengatakan “cara kita bertindak”. Sementara itu menurut para psikologis behavior, tingkah laku didefinisikan sebagai tindakan yang eksternal atau internal yang kelihatan dan terukur dari suatu organism (behavior is any external or internal observable and measurable act of an organism). Di samping itu terdapat juga definisi yang berasal dari Skinner (1938), yang mendefinisikan tingkah laku sebagai “pergerakan organism atau bagian-bagian dari organism dalam sebuah kerangka acuan yang ditentukan oleh berbagai obyek eksternal”. Dari beberapa definisi ini kita dapat menyimpulkan bahwa tingkah laku adalah cara, sikap, gaya kita bertindak yang dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal
b. Tingkah laku dapat diukur
Tingkah laku dapat diukur berdasarkan dimensi-dimensi sebagai berikut:
Ø Topografi : mengacu pada bentuk tingkah laku, misalnya: memukul, menangis, menulis, melempar, menggambar, menjawab pertanyaan, dst
Ø Jumlah: mengacu pada berapa kali (jumlah) tingkah laku muncul pada suatu periode waktu tertentu, misalnya memukul temannya 5 kali dalam 30 menit, mengerjakan 30 soal dengan benar dalam waktu 60 menit,dst
Ø Durasi : mengacu pada lamanya tingkah laku muncul, misalnya melukis gambar mobil selama 30 menit, menonton sepak bola selama 45 menit, dst
Ø Latensi : mengacu pada berapa lama waktu yang diperlukan untuk memunculkan tingkah laku, misalnya guru menyuruh murid membersihkan sampah, tingkah laku membersihkan sampah muncul 5 menit kemudian, dst
Ø Kekuatan : mengacu pada kuat lemahnya tingkah laku, mencuci celana sampai robek, berteriak, dst
Ø Tempat (locus) : mengacu pada tempat tingkah laku muncul, misalnya menyanyi di depan kelas, memukul teman di sekolah, dst
c. Tingkah laku sebagai hasil belajar
Tingkah laku manusia paling banyak merupakan hasil dari satu atau lebih dari tiga factor yang biasanya bertindak bersama –sama. Tiga factor ini adalah:
1. Factor keturunan atau factor genetic
2. Perubahan psikologis yang terjadi pada kita setelah konsepsi (seperti efek dari penyakit dan kejadian)
3. Pengalaman perubahan tingkah laku yang disebut dengan pembelajaran
Pembelajaran mengarah kepada kemahiran (acquisition), pemeliharaan (maintenance), dan perubahan dari tingkah laku organism sebagai hasil dari peristiwa (events) atau kejadian-kejadian sepanjang hidup. Tingkah laku meliputi hal itu semua juga meliputi tingkah laku yang tersembunyi seperti berpikir dan merasakan. Tingkah laku manusia diakibatkan oleh variasi sebab. Sebab-sebab tingkah laku itu berasal dari dalam dan dari luar diri manusia.
Asumsi dasar dalam analisis tingkah laku yakni bahwa semua tingkah laku dipelajari. Hal ini berarti bahwa baik tingkah laku bermasalah maupun tingkah laku normal ditunjukkan oleh murid karena tingkah laku itu telah dipelajari oleh murid tersebut. Bila kita memiliki murid yang patuh pada peraturan, bermain dengan baik bersama dengan temannya, dan tahu bagaimana menggunakahn bahan-bahan pelajaran dengan baik, kita biasanya mengatakan bahwa tingkah laku itu merupakan hasil didikan orang tua yang hati-hati dan bertanggung jawab, yang patut menerima penghargaan karena telah mengasuh anak-anaknya dengan baik. atau juga kita akan mengatakan bahwa guru di kelas sebelumnya telah bekerja dan mengajar dengan baik. bila para murid di sekolah menunjukkan tingkah laku normal dan baik, secara otomatis kita menasumsikan bahwa orang-orang dewasa yang bertanggungjawab telah menghasilkan tingkah laku itu.
Persoalannya adalah, bagaimana dengan anak-anak yang suka membolos, yang sering berkelahi, atau duduk menyendiri pada saat istirahat? Bagaimana dengan anak-anak yang tidak dapat menangkap pelajaran atau mengalami kesulitan dalam menggunakan waktu belajarnya? Bila kita menghadapi anak-anak bermasalah seperti ini biasanya kita akan mengatakan bahwa anak-anak ini mengalami gangguan emosional, mengalami gangguan kepribadian atau gangguan neuorologis. Biasanya kita akan menolak bahwa tingkah laku bermasalah tersebut juga merupakan suatu hasil belajar.
d. Lingkungan mempengaruhi tingkah laku
Seringkali kita mendengar orang berbicara tentang beberapa macam perbedaan dari lingkungan. Beberapa istilah yang berhubungan dengan lingkungan itu antara lain adalah:
Ø Lingkungan alami (natural environment). Kerap banyak orang berpikir tentang sesuatu yang besar di luar rumah atau tempat terbuka yang luas. Tetapi natural environment bisa juga berate lain. Seorang behaviorisme akan mengatakan lingkungan itu adalah lingkungan social. Ketika kita berpikir tentang lingkungan social berarti kita sedang berpikir tentang dunia nyata (real world) di mana kita menghabiskan waktu kita. bagi anak-anak, lingkungan alami ditendensikan sebagai ruang kelas. Di dalam kelas ada banyak factor yang bekerja bersama yang mempengaruhi tingkah laku anak.
Ø Prosthetic environment. Prosthetic environment adalah lingkungan yang membantu individu untuk berkelakuan lebih menyukai teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan. Teman sebaya yang biasanya kita sebut sebagai teman bermain dapat membantu menyusun pembentukan tingkah laku dan juga cara mereka beradaptasi secara wajar.
Ø Therapeutic environment. Therapeutic environment adalah lingkungan yang dimaksudkan untuk membantu anak (murid/siswa) untuk pada akhirnya menjadi lebih bebas (independent) dari lingkungannya dan dapat berperilaku lebih suka tipikal teman sebayanya ketika berada dalam natural environment. Seringkali anak dengan problem tingkah laku yang serius memerlukan sebuah tempat yang special atau ruang kelas yang special di mana anak tersebut dapat mengungkapkan isi hatinya dan menjadi baik.
e. Stimulus
Dalam hubungan dengan pemahaman tentang lingkungan ini kita perlu mengerti satu aspek spesifik dari lingkungan yang disebut dengan stimulus. Stimulus adalah istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan aspek spesifik dari lingkungan yang dapat dibedakan dari satu dan lainnya. Dalam studi istilah stimulus biasanya digunakan dalam referensi pada variable-variabel lingkungan yang oleh individu yang melakukan eksperimen dikontrol atau dimanipulasi dalam beberapa cara yang dapat menentukan pengaruh mereka pada tingkah laku yang tengah diselidiki. Stimulus dapat berupa kondisi, peristiwa, atau perubahan dalam dunia fisik. Stimuli terjadi baik di dalam maupun di luar tubuh, meskipun stimuli sebagian besar sering dikaji oleh analisis terapan tingkah laku di luar tubuh. Stimuli dapat berupa orang, tempat, dan sesuatu seperti cahaya, suara, rasa dan tekstur. Respon dan stimuli adalah konsep-konsep fundamental dalam menganalisis tingkah laku.
f. Tingkah laku dapat diubah dengan mengubah lingkungan
Skinner dalam tesisnya mengatakan bahwa “When an organism acts upon the environment in which it lives, it changes that environment in ways that often affect the organism itself. Some of these changes are what the layman calls rewards, or what are generally referred to technically as reinforcers: when they follow behavior in this way they increase the likelihood that the organism will behave in the same way again” (Ferster &Skinner, 1957, p. 1). Dari sini kita dapat mengatakan bahwa lingkungan (environment) sangat mempengaruhi perubahan tingkah laku individu (organism). Perubahan tingkah laku itu bisa terbentuk karena reward (ganjaran, hadiah) atau bisa juga karena reinforcerment ( penguatan). Jika demikian maka tingkah laku itu sesungguhnya dapat diubah dengan mengubah lingkungan (dengan rewards dan reinforcement). Dengan kata lain bahwa tiap lingkungan dapat diatur kembali untuk mengajarkan bagaimana menunjukkan tingkah laku yang baru dan lebih adaptif bagi individu (organism)
g. Tingkah laku bermasalah (maladaptive behavior)
Maladaptive behavior adalah tingkah laku yang tidak efektif dalam menerima tujuan atau cita-citanya dan atau konsekuensinya tak dikehendaki oleh yang lain. Kebalikan atau lawan dari tingkah laku ini adalah adaptive behavior, yaitu tingkah laku yang diterima secara social yang efektif atau fungsional dalam melayani tujuannya. Berikut disajikan beberapa asumsi dari tingkah laku bermasalah (maldaptive)
1. Asumsi tingkah laku bermasalah dalam kajian pendekatan konseling behavior
· Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negative ataun tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan
· Tingkah laku yang salah hakekatnya yang terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah
· Individu bermasalah ini mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negative dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptive terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat
· Seluruh tingkah laku individu di dapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
2. Asumsi tingkah laku bermasalah dalam kajian pendekatan konseling Gestalt
· Individu yang bermasalah terjadi karena pertentangan antara kekuatan “top dog” dan kebeadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam. Under dog adalah keadaan defensive, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi
· Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
· Terjadi pertentangan antara keberadaan social dan biologis
· Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
· Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
· Melarikan dari kenyataan yang harus dihadapi
· Spectrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi:
o Kepribadian kaku (rigid)
o Tidak mau bebas bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
o Menolak berhubungan dengan lingkungan
o Memelihara unfinished business
o Menolak kebutuhan diri sendiri
o Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”
3. Asumsi tingkah laku bermasalah dalam prespektif konseling rasional emotif
· Dalam perspektif konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irasional
· Ciri-ciri berpikir irasional
o Tidak dapat dibuktikan
o Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu
o Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
· Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional
o Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi
o Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
o Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media
· Indicator keyakinan irasional
o Bahwa manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan
o Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat bertindak tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan dan dihukum
o Bahwa kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya
o Bahwa lebih mudah menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu daripada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya
o Bahwa penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut
o Bahwa pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
o Bahwa nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu
h. Beberapa istilah berhubungan dengan tingkah laku
- Behavior modification merupakan aplikasi dari hukum-hukum yang telah diperoleh dari pembelajaran atas tingkah laku manusia.
- Target behavior adalah suatu target tingkah laku yang berfungsi untuk mengubah
- Response adalah suatu tingkah laku yang dengan segera dan dengan prediksi mengikuti sesuatu yang terjadi di dalam lingkungannya
- Trial adalah suatu term yang mengacu kepada satu usaha atau percobaan, pengulangan, atau contoh dari suatu tingkah laku, yang sering diterapkan dalam membangun suatu situasi untuk belajar (mempelajari) tingkah laku
- Maladaptive behavior adalah tingkah laku yang tidak efektif dalam menerima tujuan atau cita-citanya dan atau konsekuensinya tak dikehendaki oleh yang lain.
- Adaptive behavior adalah tingkah laku yang diterima secara social yang efektif atau fungsional dalam melayani tujuannya.
- Verbal behavior adalah suatu kemampuan yang sangat penting dalam komunikasi dengan satu sama lain (tekanan pada kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi)
- Mand adalah suatu permintaan atau permohonan, yang digunakan dalam terminology tingkah laku verbal yang artinya untuk meminta sesuatu.
- Tact adalah term verbal behavior yang lain yang secara esensial berarti nama atau lebel sesuatu.
- Covert behavior merupakan suatu tingkah laku yang tidak dapat secara langsung diobservasi atau diamati oleh public. Covert behavior mengacu kepada tingkah laku seperti berpikir, berimajinasi, berperasaan.
III. Analisis tingkah laku
a. Apa analisis tingkah laku itu?
Satu keuntungan yang besar dari penggunaan pendekatan behavior adalah untuk membantu memecahkan persoalan dengan menyusun metode evaluasi secara atas prosedur yang digunakan untuk treatmen terhadap masalah-masalah itu. Kemudian kita dapat membuat keputusan perlakuan atau tindakan yang didasarkan pada metode ilmu pengetahuan dan penilaian yang menggunakan obyek periistiwa dan data actual daripada pendapat dan pemikiran sendiri. Dengan pendekatan ini perlakuan dapat dilanjutkan, disesuaikan atau bisa juga tidak dilanjutkan dan digantikan dengan didasarkan pada peristiwa dan obyek data.
Ketika seseorang melakukan tindakan atau tingkah laku tertentu, seringkali kita bertanya,”apa yang membuat seseorang itu melakukan tindakan atau bertingkah laku seperti itu”. Pertanyaan ini adalah wajar namun tidak ada jawaban yang memuaskan untuk semua kasus. Beberapa tingkah laku mungkin dibentuk (dilakukan) oleh orang yang berbeda dengan alasan yang berbeda, bisa juga tingkah laku itu dilakukan oleh orang yang berbeda dengan alasan yang sama dan orang yang sama mungkin membentuk atau melakukan tingkah laku yang sama pada saat atau waktu yang berbeda dengan alasan yang berbeda pula.
Behavior analysis adalah sebuah definisi yang jelas mengenai prosedur yang dilakukan secara bertahap yang dapat digunakan oleh kita untuk memperbaiki tingkah laku murid atau seseorang. Selain itu dapat juga dapat dikatakan sebagai suatu metode menprediksikan (memperkirakan) suatu problem situasi dan merencanakan apa yang akan dilakukan untuk memecahkannya (albert, p. 59).
b. Fungsi analisis tingkah laku
Term analisis fungsional dan fungsional penilaian tingkah laku sering digunakan dalam pembicaraan tentang cara memandang dan mengira-gira masalah-masalah tingkah laku. Mereka harus melakukannya dengan mengidentifikasi variable-variabel yang adalah fungsi sebuah tingkah laku, apa pun artinya.
Analisis fungsional mengacu kepada suatu pendekatan yang lebih didasarkan pada ilmu pengetahuan yang menyusun banyak factor atau variabel-variabel tak berubah (atau konstan), yang secara intensional mengubah factor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi target tingkah laku.
Fungsi penilaian tingkah laku adalah secara umum, suatu term yang lebih luas dalam mana sebuah fungsional behavioral assessment menyusun sebuah analisis fungsional, tetapi juga menyusun tipe-tipe informasi sebagai laporan ulang dan mewawancarai orang dewasa yang tahu anak-anak yang baik. tujuan adalah untuk mencapai pemahaman dari hubungan antara tingkah laku anak-anak dan variasi factor-faktor yang mungkin mempengaruhi tingkah laku.
c. Bagaimana menganalisis tingkah laku
Menurut ABA terdapat 10 langkah dalam menganalisis tingkah laku yaitu
1. Menentukan target tingkah laku. Langkah ini merupakan proses dua arah yaitu pertama mengidentifikasi tingkah laku yang akan dikurangi (diubah=sasaran deselerasi) dan kedua mengidentifikasi tingkah laku yang akan dikehendaki supaya muncul (sasaran akselerasi).
2. Find the baseline
Mencari atau menemukan bagaimana sering anak membentuk (memainkan) target tingkah laku dibawah keadaan yang khas. Tujuan dari baseline adalah untuk membantu dalam memonitor target tingkah laku.
3. Mengidentifikasi antecedent (perilaku yang mendahului). Dkl mengantisipasi antecedent dari target tingkah laku.
4. note the place (mencatat tempat), mengacu pada tempat tingkah laku muncul
5. note the time (mencatat waktu), mengacu pada lamanya tingkah laku muncul
6. mengidentifikasi konsekuen, mengacu kepada kejadian-kejadian yang menyertai suatu tingkah laku
7. mengidentifikasi penguatan positif dan stimuli aversif
8. merencanakan dan mengimplementasikan program
9. monitor program
10. mengevaluasi dan menyesuaikan program
Referensi:
Albert J. Kearney. 2008. Understanding Applied Behavior Analysis: An Introduction to ABA for Parents, Teachers, and other Professionals. Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers
W. David Pierce dan Carl D. Cheney. 2004. Behavior Analysis and Learning. Mahwah, New Jersey: LAWRENCE ERLBAUM ASSOCIATES, PUBLISHERS