KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL
A. Landasan Teoritik Konseling Behavioral
Menurut Skinner, perilaku manusia didasarkan atas konsekuensi yang diterima. Apabila perilaku mendapat ganjaran positif/diterima, maka individu akan meneruskan atau mengulangi tingkah lakunya, sebaliknya apabila perilaku mendapat ganjaran negatif (hukuman)/ditolak, maka individu akan menghindari atau menghentikan tingkah lakunya. Individu dikontrol oleh penguat (reinforcer) dari lingkungannya. Konseling behavioral membantu individu untuk mengontrol atau mengubah tingkah lakunya dan fungsi konseling ini adalah memberikan perhatian khusus pada dampak lingkungan atas dirinya.
Pendekatan behavioral lebih berorientasi pada masa depan dalam menyelesaikan masalah.inti dari behavioral adalah proses belajar dan lingkungan individu. Konseling behavioral dikenal sebagai ancangan yang pragmatis (pragmatic approach).
B. Pembentukan Kelompok
Perkembangan konseling behavioral juga ditandai oleh meluasnya penerapan prosedur kelompok. Menurut Hansen (1980), cepat meluasnya prosedur konseling kelompok behavioral dijelaskan dengan lima alasan, yaitu:
1. Dalam konseling kelompok, konselor bukan satu-satunya individu yang mendikte atau memberikan pengarahan kemungkinan perilaku bagi konseli, tetapi anggota kelompok dapat memberikan positive reinforcement atau penguatan positif bagi anggota yang lain, dan menyumbangkan saran-saran.
2. Situasi kelompok memungkinkan anggota untuk mencoba penerapan tingkah laku. Modelling sangat relevan dalam hal ini.
3. Setiap anggota dapat berperan sebagai pemimpin atau guru.
4. Kelompok merupakan masyarakat kecil dan konselor dapat mengevaluasi kefektifan proses treatmen melalui observasi terhadap setiap konseli dalam interakasi kelompok.
5. Proses kelompok dapat menyediakan sistem pendukung (support) bagi individu yang mencoba melakukan perubahan nyata di masyarakat.
Konseling kelompok behavioral tetap memusatkan perhatian pada individu yang ada dalam kelompok dan masih berpegang pada penerapan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu, penanganan konseli dalam prosedur kelompok dianggap hanya merupakan perubahan latar (setting) saja.
C. Kondisi Perubahan
1. Tujuan Konseling
a. Konseling behavioral tidak menetapkan tujuan konseling yang berlaku secara umum, namun tujuan konseling sesuai dengan masalah spesifik konseli yang ingin dipecahkan . Laflleur (Burks & Stteffler, 1979) menegaskan bahwa tujuan konseling dalam kerangka kerja behavioral tergantung pada permasalahan konseli. Rumusan tujuan dibuat spesifik dalam bentuk apa yang konseli akan perbuat, dimana tingkah laku akan terjadi dan bagaimana sebaiknya tingkah laku itu ditampilkan.
Selain itu diuraikan bahwa tujuan umum dan khusus konseling behavioral adalah:
· Tujuan Umum
Membantu konseli menghilangkan perilaku malasuai dan mempelajari tingkah laku yang lebih efektif.
· Tujuan Khusus
Membantu konseli mempelajari tingkah laku spesifik sesuai dengan keunikan konseli.
b. Dalam memilih dan menentukan tujuan.
Urutan langkah dirinci oleh Cormier& Cormier dalam suatu proses kerjasama konselor dan konseli sebagai berikut:
1. Konselor menjelaskan hakikat , maksud dan tujuan.
2. Konseli memutuskan perubahan tertentu atau tujuan yang diinginkan.
3. Konselor dan konseli mengeksplorasi dapat tidaknya tujuan-tujuan tersebut direalisasikan.
4. Konselor dan konseli mengidentifikasi kemungkinan resiko yang berhubungan dengan tujuan tersebut.
5. Konselor dan konseli bersama-sama membahas keuntungan dari tujuan tersebut.
2. Peran Konselor
a. Konselor berperan sebagai guru, pengarah,dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku.
b. Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau mengkritik.
c. Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan memberikan kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.
d. Memberikan informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota untuk melakukan perubahan.
e. Konselor harus memberikan renforcement.
f. Mendorong konseli untuk mentransfer tingkah lakunya dalam kehidupan nyata.
3. Peran Konseli
a. Setiap anggota mengemukakan masalahnya secara khusus, meneliti variabel eksternal dan internal yang mungkin menstimulasi dan mereinforce perilakunya dan lebih lanjut membuat pernyataan perilaku baru yang diharapkan.
b. Konseli dituntut memiliki kesadaran dan berpartisipasi dalam terapuetik
c. Konseli berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin dicapai.
D. Mekanisme Perubahan
1. Tahap-tahap Konseling
a. Memulai Kelompok (Beginning The Group)
Konselor mengadakan pertemuan dengan setiap individu untuk menentukan apakah individu-individu tersebut cocok untuk ditangani dalam kelompok dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam kelompok. Aktivitas dalam pertemuan kelompok yang pertama dipusatkan pada pengorganisasian kelompok, mengorientasikan konseli ke proses kelompok dan memulai membangun kebersamaan kelompok.
b. Pembatasan atau penentuan masalah (Definition of the Problem)
Masalah konseli yang diceritakan pada kelompok perlu dianalisis terlebih dahulu. Konselor mengidentifikasi anteseden dan konsekuensi tingkah laku dengan melakukan analisis yang sistematis tentang tingkah laku bermasalah tersebut, sehingga konselor dapat memberikan stimuli dan mengeksplorasi lebih lanjut unsur-unsur penguat yang mungkin ada pada masalah itu.
c. Perkembangan dan Sejarah Sosial (The Development and Social History)
Pada tahap ini, konselor dapat meminta konseli untuk mengungkaokan keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya, kelebihan dan kekurangan dirinya, hubungan sosial, penghambat tingkah laku, dn konflik-konflik yang dialami.
d. Pernyataan Tujuan Behavioral (Stating Behavioral Goal)
Konseli harus menyatakan masalah dan tujuan yang diharapkan dalam bentuk behavioral. Tujuan yang spesifik ini merupakan tujun bagi perilaku khusus yang akan diubah.
e. Siasat Pengubahan Tingkah Laku (Strategies for Behavioral Change)
Pada tahap ini akan sangat membantu jika konselor mengembangkan kontrak behavioral yang spesifik, yaitu kontrak mingguan dengan setiap anggota.
f. Pengalihan dan Pemeliharaan Tingkah Laku Yang Dikehendaki (Transfer and Maintenance of Desired Behavior)
Pengalihan pengubahan tingkah laku ini dapat difasilitasi pemanfaatan kelompok sebagai dunia kecil dari kehidupan yang sebenarnya. Konselr perlu membangun situasi dimana anggota kelompok dapat mencoba tingkah laku baru yang dikehendaki dalam siatuasi kelompok sehingga mereka dapat memperoleh balikan (feedback) atas usaha mereka.
2. Teknik-teknik Konseling
Teknik-teknik konseling yang digunakan antara lain:
Systematic Desentisisation (desensitisasi sistematis)
Teknik spesifik yang digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap.
Relaxation (teknik relaksasi)
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rileks, baik fisik dan mentalnya.
Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut.
Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut.
Modelling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
Cognitive Restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis.
Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap orang lain secara lugas tanpa agresif
Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku sendiri melalui pantau diri (swa pantau atau swa monitoring), kendali diri (self control), dan ganjar diri (self reinforcement).
Behavioral rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar keterampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak.
Behavior contract (kontrak perubahan tingkahlaku)
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan antar pertemuan konseli.
Homework assignment (Pekerjaan Rumah)
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas/aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya.
Role Playing (bermain peran)
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan.
No comments:
Post a Comment