1.
Pengertian Problem based learning
Model Pembelajaran berbasis masalah atau problem based
learning (PBL) dimulai di Mc Master University di Hamilton, Ontario, Kanada,
pada akhir tahun 1960. Dalam wikipedia (2008) dikemukakan bahwa PBL adalah
strategi pembelajaran dimana para siswa memecahkan masalah secara kolaboratif
dan merefleksi pengalaman mereka. Karateristik PBL adalah: 1) belajar
dikendalikan oleh tantangan, open-ended problem, 2) siswa bekerja dalam
kelompok kolaboratif kecil, dan 3) pendidik berperan sebagai fasilatator
belajar. White (2001) mengemukakan bahwa secara keseluruhan PBL adalah metode
yang efektif untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah.
PBL mengakhiri orientasi siswa ke arah pembuatan makna
terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan. Dengan demikian, mereka dapat
mengkostruksi sendiri pengetahuan dari fakta-fakta yang mereka kumpulkan. Para
siswa belajar melalui serangkaian masalah dan situasi konstektual. Melalui
kerja kelompok dinamis dan penyelidikan sendiri, mereka mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi, lebih mengembangkan belajar dan keterampilan
membentuk pengetahuan dan juga keterampilan sosial (Rhem, 1998)
Thalib, dkk (2005) mengemukakan karakteristik
pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: (1) penyajian atau pertanyaan;
pembelajaran berbasis maslah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar
pertanyaan dan maslah yang keduannya secara sosial penting dan secara pribadi
berakna pada siswa, (2) berfokus pada keterkaitan antara disiplin; masalah yang
dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu
dari banyak hal, (3) penyelidikan autentik; pembelajaran berbasis maslah
melakukan penyelidikan nyata terhadap maslah nyata, (4) menghasilakan produk
atau karya dan memamerkannya; pembelajaran ini menuntut siswa menghasilakan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk pemecahan masalah yang mereka tentukan, dan (5) kerjasama;
pembelajaran ini dicirikan oleh siswa yangbekerja sama atau dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil
Kelompok kerja merupakan aspek penting dalam PBL karena
(1) kelompok kerja membantu mengembangkan komunikasi belajar dimana pembelajar
merasa senang mengembangkan ide baru dan memunculkan pertanyaan tentang materi,
(2) kelompok kerja meningkatkan keterampilan komunikasi dan kemampuan
pembelajar untuk mengelola kelompok secara dinamis, dan (3) kelompok kerja
adalah menarik dan memotivasi pembelajar mereka menjadi terlibat aktif dalam
bekerja dan mempunyai tanggung jawab untuk kegiatan mereka (White, 2001).
Berdasar alasna-alasan tersebut, kelompok kerja tidak selalu dapat bekerja
efektif, tampa petunjuk dan pedoman
PBL memiliki komponen penting yang perlu diperhatikan
yakni (1) simplicity atau kesederhanaan, (2) clarity atau Kejelasan, (3)
consistency atau konsisten, dan (4) Communication atau komunikasi ( Delisle,
1997). Dalam PBL perlu merubah peran, siswa bekerja pada apa yang dimiliki dan
menyususn arahan sendiri, sementara fasilitator menyediakan panduan dan
dukungan
2.
Tahapan Problem-based Learning
Woods (2002) mengemukakan langkah-langkah dalam PBL
yaitu sbb:
a.
Menemukan kelompok: mengenal anggota, menyusun
aturan dasar, mendefinisikan peran tutor dan siswa
b.
Identifikasi maslah: menyelidiki masalah, curah
pikir kemungkinan penyebab dan efek, menghasilkan ide
c.
Pembangkitan ide: menyelidiki masalah, curah
pikir kemungkinan penyebab dan efek, menghasilkan ide
d.
Menyusun isu-isu belajar: menentukan apa yang
siswa butuhkan untuk dicari agar masalah terpecahkan, menghasilkan isu belajar
dan rencana kegiatan, merangkum dan merangkai isu-isu belajar
e.
Belajar mandiri: mencari informasi
f.
Sisntesis dan aplikasi: mengevaluasi sumber
informasi untuk kreadibilitas dan reliabilitas, menerapkan pengetahuan
penelitian yang relevan untuk masalah, melakukan berbagai informasi dengan
teman sejawat, mengkritik pengetahuan, membangun lagi isu belajar jika
diperlukan, diskusi dan menyusun solusi dan penjelasan
g.
Refleksi dan umpan balik: umpan balik sendiri
dan teman sejawat pada fungsi kelompok, proses pemecahan maslah individu,
belajar pengetahuan dan mandiri.
Mengadaptasi dari Air Quality Curriculum Project, Universitas
of Nothern Arizona, Ramsay & Sorell (2006) tentang proses belajar berbasis
masalah secara umum meliputi tujuh langkah yaitu:
Tahap
|
Prosedur
Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
1
|
Pernyataan Masalah (problem statement)
|
Fasilitator memberikan pengantar untuk isu, latar
belakang informasi untuk membantu siswa menentukan konteks dari masalah
|
2
|
Pertanyaan (the Question)
|
a)
Fasilitator memimpin diskusi di kelas dalam
membantu mereka mennidentifikasi dengan pertanyaan:
1. Apa
yang mereka ketahui (Fakta dari masalah)?
2. Apakah
yang diperlukan untuk mengetahui (berapa fakta)?
3. Apakah
yang harus lebih banyak dipelajari (Pengetahuan dasar atau konsep-konsep
sosial melalui penelitian, elaborasi dan defenisi-definisi)?
b)
Membentuk kelompok yang terdiri dari 3-5 orang
|
3
|
Rencana Tindakan ( action plan)
|
Masing-masing kelompok membuat rencana,
bagaimanakah mereka akan menentukan informasi yang diperlukan, mengembangkan
sumber-sumber yang dapat membantu investigasi
|
4
|
Investigasi (investigation)
|
Masing-masing kelompok melaksanakan rencana
kegiatan mereka dan fasilitator memberikan arahan kepada siswa dalam
melakukan searangkaian aktivitas untuk elaborasi dan identifikasi informasi
tentang konsep-konsep yang mendasari. Pada tahap ini sering disebut dengan
metakognitif
|
5
|
Merevisi kasus dan mengevaluasi (Revisting the case evualuation)
|
Ketika pekerjaan mandiri selesai, masing-masing
kelompok mengumpulkan laporan pekerjaan mereka dan merevisi
pertanyaan-pertanyaan
|
6
|
Produk akhir ( final product)
|
Tiap kasus dikumpulkan sebagai hasil dari kerja
kelompok. Fasilotator akan melakukan investigasi ke masing-masing kelompok
dengan memberikan beberapa pilihan yang mungkin sebagai hasil dan sebagai rencana
untuk tindakan lebih lanjut
|
7
|
Evaluasi akhir dan umpan balik (final evaluation and feedback)
|
Siswa sebagai investigator mengevaluasi hasil
mereka sendiri, hasil kerja team mereka, dan kualitas maslah itu sendiri
|
Ong Pheng Yen ( 2004 ) dalam successful PBL primary and secondrary
classrooms mengeukakan bahwa proses belajar berbasis maslah secara umum
meliputi delapan langkah yaitu:
a) Prakegiatan
Sebelum
kegiatan dimulai konselor/fasilitator menyiapkan siswa untuk melaksnakan PBL
dan atau keterampilan yang dibutuhkan siswa dalam PBL. Menyiapkan siswa untuk
dapat bekerja sama dalam kelompok.
Tugas
Konselor:
a)
Membagi siswa menjadi dua kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 8 siswa sesuai ketentuan
b)
Membuat daftar siswa dan mencatat anggota
kelompok
c)
Membangun suasana yang hangat dengan mengembangkan
aktivitas mendengarkan, sharing, hubungan yang harmonis dan bersikap
profesional melalui kegiatan ice-breaking yang tepat
d)
Memahami para siswa dan memfasilitasi komunikasi
antara siswa
Tugas Peserta:
a)
Para siswa berintraksi dan berbagi informasi
antara satu dengan yang lain mengenai gaya kerjasma yang dikuasai dalam
kelompok
b)
Komitmen terhadap peraturan kelompok
c)
Membentuk pengurus kelompok
-
Ketua: Memfasilitasi diskusi dan memastikan
fokus diskusi
-
Sekertaris : mencatat hal penting yang terjadi
didalam diskusi
-
Reporter: mendengarkan hasil diskusi dan
memresentasikan kesimpulan pada kelompok lain
-
Pencatat waktu: mengukur jalannya diskusi
kelompok
b) Kegiatan
1. Peserta
menagani permaslahan yang diberikan konselor/fasilitator
Tugas Konselor:
Konselor memberikan bahan permaslahan pada kelompok
Tugas peserta:
Siswa bekerja sama dalam kelompok bersama-sama
menagani permaslahan yang diberikan konselor/fasilitator berdasar perspektif
para stage holder (orang yang berperan didalam permaslahan tersebut)
2. Memahami
permaslahan
Konselor memberi waktu pada peserta untuk membaca dan
berpikir, merefleksi dan membicarakan tentang bahan permaslahan (problem statement)
yang telah diberikan
Tugas Konselor:
Membantu siswa berpikir dan menaksir pemahaman mereka
terhadap problem jika mereka dapat mengembangkan pernyataan yang didalam
problem
Tugas Peserta:
-
Mendiskusikan dan mengklarifikasi pernyataan
secara obyektif dan mengartikannya
-
Menghadapi pernyataan permaslahan
3. Mengutamakan
kegiatan pengetahuan
Konselor mengajak peserta berpikir dan
mengartikulasikan apa yang mereka ketahui tentang topik yang didiskusikan
Tugas Konselor:
Memandu siswa membuat kerangka berpikir; menuliskan
apa yang sudah peserta ketahui, dan apa
yang mereka ingin ketahui dan ide/tindakan yang dilakukan
Tugas peserta:
-
Menganalisis problem
-
Membuat kerangka berpikir
4. Brainstorm
(curah Pendapat)
Tugas konselor:
-
Memandu siswa untuk aktif bekerja sama dan
berpartisipasi didalam kelompok seperti memotivasi setiap siswa untuk dapat
memberikan pendapat/gagasan/ide dengan terbuka, mendengarkan pendapat orang
lain, menerima pendapat orang lain, dll
-
Memandu siswa untuk menuliskan
pendapat/gagasan/ide tersebut.
Tugas peserta
Menulis apa yang mereka ketahui, apa yang mereka ingin
ketahui dan ide/tindakan yang akan dilakukan
5. Menjelaskan
hasil hipotesis
Tugas konselor
-
Menanyakan pada siswa alasan kenapa mereka
menjelaskan hasilnya tersebut
-
Memandu siswa dalam mengembangkan karya yang
sesuai seperti; laporan, model-model, video-video
Tugas Peserta
-
Dari analisi permaslahan, hasilnya dijelaskan
dan dihipotesiskan
6. Mengidentifikasi
permaslahan dan obyektifitas yang dipelajari
Tugas konselor
-
Terkait dengan hipotesis, kemudian konselor
menanyakan kepada siswa apa selanjutnya yang dikerjakan
-
Memandu refleksi
Tugas peseta
-
Memberikan solusi terhadap pertanyaan yang
muncul pada hipotesis
-
refleksi
7. Mengidentifikasi
sumber belajar
Tugas konselor
-
Mendapatkan laporan/kesimpulan proses
pembelajaran
-
Memonitor jalannya diskusi
-
Memberikan saran, pertanyaan, memberikan
kepastian
-
Mendorong setiap siswa untuk mengemukakan
presepsinya terhadappermaslahan, dan memiliki kejelasan tentang “permaslahan”
yang diberikan konselor pada kelompok
Tugas Peserta
-
Siswa mengidentifikasi sumber yang dibutuhkan
dan dipikirkan dimna mereka mendapatkan informasi yang penting dalam memahami
permaslahan secara mendalam.
Masalah yang
digunakan PBL, secara umum dikelompokkan menjadi dua, yakni (1) masalah yang
terstruktur (well-structure problem), dan
(2) masalah yang tidak terstuktur (ill-structure problem). Jonassen (dalam
Yetter et. Al, 2006) berpendapat bahwa masalah-masalah weel structured memerlukan penggunaan sejumlah aturan-aturan
terbatas, dan mempunyai jawaban benar dan ditentukan proses pemecahannya,
sebaliknya masalah-masalah ill stuctured tidak
secara eksplisit menyatakan seluruh element mereka, ini mempunyai depenisi
tujuan yang samar-samar, mempunyai bagian solusi ganda dan kriteria ganda untuk
mengevaluasi pemecahan, dan mempunyai ambigu pada konsep, aturan atau prinsip
yang dibutuhkan untuk memecahkannya
Dengan
demikian PBL dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan manajemen komflik
kolaboratif. PBL digunakan secara kelompok, hal ini memungkinkan anggota
kelompok untuk dapat belajar secara kooperatif dan komunikatif (Marshall
Cavendish Education, 2004). Kooperatif dan Komunikatif ini merupakan bagian
dari menejemen komflik. PBL terdiri atas delapan langkah yaitu; 1) Persiapan,
2) Menagani Permasalahan, 3) Memahami permasalahan, 4) mengutamakan kegiatan
pengetahuan, 5) brainsorm, 6) menjelaskan hasil hipotesis, 7) mengidentifikasi
permasalahan dan obyetivitas yang dipelajari, 8) mengidentifikasi sumber
belajar.
Daftar Rujukan
Delisle, R. 1997. How to use problem-based learning in
classroom. Association for supervision and curiculum Development. Virginia
Marshall
Cavendish International Education. 2004. Succesfull
problem-based learning primary and secondary classroom. Singapure
Ramsay, J.
& Sorell, E. 2006. Problem-based
Learning: A Novel Approach to teacing safety, health and enviromental course.
Journal of SH & E Reseach. 3 (2). 1 - 8
Rhem, J.
1998. Problem-based learning in the
classroom. Association for supervision and curiculum development. Virginia
USA
Thalib, A.,
Mardin, Alam, S,. Dan Tibarang, K. 2005. Peningkatan
hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
pada siswa SMP. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2 (3). 253-266
White, H.
(2001) Problem-Based Learning.
Journal Speaking of Teaching. 11 (1) : 1 – 7
Wikipedia.
2008. Problem-based learning (online), (http://en.wikipedia.org/Problem-basedlearniang//Pressentingproblems to
learnes,diakses tanggal 25 April 2010.
Woods, D.R.
2002. Large class and problem-based
learning. Halminton: Mc Master University
No comments:
Post a Comment