Self
awareness merupakan individu bisa menyadari kelebihan dan
kelemahan, minat dan pilihan, siswa di tuntut untuk pemahaman terhadap
ketidakmampuan yang dimiliki (Van Reusen, 1996). Goleman (1997, 2001)
mengatakan kesadaran diri (self awareness) merupakan kemampuan individu
untuk mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk
memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis
atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
Kesadaran diri (self
awareness) atau disebut pengetahuan diri (self knowledge) dimana individu akan sadar dengan dirinya sendiri,
bahwa individu memiliki kekuarangan serta kelebihan, serta dalam kesehariannya
individu sadar hal tersebut adalah dirinya (Solso, 2008). Zeman (2001) membagi
kesadaran ke dalam beberapa kategori antara lain: (1) kondisi terjaga, dalam
kondisi saat individu memprsepsi dan berintraksi, (2) pengalaman, yang
merupakan kesiagaan individu terhadap peristiwa yang berlangsung
disekelilingnya, (3) kondisi mental individu, yang meliputi keyakinan, harapan,
niat dan hasrat, dan (4) kesadaran diri individu itu meliputi rekognisi diri,
pengetahuan diri, perasaan kepemilikian atas pikiran-pikiaran, ide-ide, dan
perasaan-perasaan individu sendiri.
Karasteristik kesadaran diri meliputi Attention, Wakefulness, Architecture, Reccal
of knowledge, dan emotive. (Solso, 2008). Attention atau perhatian, dimana pemusatan sumber daya mental ke
hal-hal eksternal maupun internal. Individu memperhatikan suatu objek dari luar
dirinya untuk mendapatkan kesadaran tanggung jawab, selain isyarat-isyarat eksternal,
individu dapat mengalihkan perhatian perhatian kedalam diri dan merenungkan
pikiran-pikiran pribadi, memori-memori, cita-cita, sehingga kesadaran diri akan
dapat terbentuk.
Wekefull
atau kesiagaan merupakan suatu kondisi mental yang dialami seorang sepanjang
hidupnya, dalam setiap hari. Architecture
sebuah asfek struktur fisikologis, dimana kesadaran bukanlah sebuah proses
tunggal yang dilakukan oleh sebuah neuron tunggal, melainkan dipertahankan melalui
sejumlah proses-proses neorologis yang diasosiasikan dengan interprestasi
terhadap fenomena sensorik, sematik, kognitif, dan emosional, yang ada secara
fisik maupun secara imajinatif. Tindakan-tindakan tersebut tampaknya
berlangsung otomatis sebagai hasil dari pengalaman. Tindakan-tindakan lain memerlukan
intervensi sadar dan kompleks.
Reccal
of knowledge adalah proses pengambilan informasi
tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia disekelilingnya. Kesadaran
memampukan manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui proses recall dan rekognisi terhadap informasi mengenai diri pribadi dan mengenai
dunia ini. Kesadaran diri ini memiliki tiga komponen antara lain:
a.
Self
knowlege (pengetahuan diri) adalah pemahaman tentang
informasi jati diri pribadi seseorang, individu akan sadar dengan dirinya sendiri,
bahwa individu memiliki kekurangan serta kelebihan, serta dalam kesehariannya
individu sadar hal tersebut adalah dirinya.
b.
World
knowledge (pengetahuan tentang dunia) merupakan individu
mengingat sejumlah fakta dari memori jangka panjang. Kesadaran akan tanggung
jawab dapat terbentuk dengan mengingat peristiwa-peristiwa di luar dirinya.
c.
Activation
of knowlege (aktivitas pengetahuan), seorang
individu menyadari tindakan-tindakan orang lain. Kesadaran akan kejujuran
individu akan terbentuk dengan melihat orang lain sebagai contok nyata.
Individu akan belajar bagaimana membentuk suatu kesadaran diri dalam dirinya
melalui orang lain.
Emotive,
suatu kondisi sadar, sebagai bentuk perasaan
atau emosi. Emosi ditimbulkan oleh kondisi internal saat individu merespon
peristiwa-peristiwa eksternal, saat individu berusaha mendeskrifsikan
emosi-emosi subyektif tersebut kepada orang lain, perasaan-persaan tersebut
persis sebagaimana yang individu rasakan.
Kesadaran diri berfungsi memampukan individu dalam
merencanakan perilaku, kemampuan yang diperkuat dengan adanya kesadaran diri,
memberikan individu kemampuan bertahan hidup yang lebih besar dalam lingkungan.
(Damasio, 1999). Menurut Baars (1996) mengatakan beberapa sejumlah fungsi
kesadaran diri antara lain sebagai: (a) Konteks setting, (b) Adaptasi dan
pembelajaran, (c) Prioritas dan fungsi akses dimana kesadaran, (d) Rekrutmen
dan kontrol, (e) Pengambilan keputusan, (f) Deteksi dan penyutingan kekeliruan,
(g) Monitor diri, (h) Pengorganisasian dan fleksibilitas.
Daftar
Rujukan:
Baars,
Bernard J. 1996. A Cognitive Theory of
Conciousness. New York. Cambridge University Press.
Damasio,
A. 1999. The Feeling of What Hoppen:
Baby, Emotion and the Making Conciousness. London. Heineman.
Goleman,
D. 1997. The groundbreaking book that
redefines what it means to be smart, Emotional Intelligence Why it can matter
more than IQ. The 10th anniversary edition. New York. Bantam Books.
Goleman,
D. 2001. Working Whit Emotional
Intelligence: Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta. PT
Garamedia.
Solso,
R. L. 2008. Psikologi Kognitif
(terjemahan).Jakarta. Erlangga.
Van
Reusen, A. K. 1996. The Self-Advocacy
Strategy for Education and Transition Planning. Journal Intervention in
School and Clinic. Vol. 32. No.1. 49 –
54.
Zeman,
A.Z. 2001. Conciousness. London. Yale
University Press.
No comments:
Post a Comment