Berbakti dengan Ilmu

"Dalam meraih keberhasilan akan penuh dengan tantangan"

May 4, 2013

Tiga Orang Sahabat ILUSTRASI BERMAIN PERAN



Dikisahkan ada tiga orang sahabat yang duduk di kelas IX SMP di sebuah kota, ke tiga sahabat ini berasal dari keluarga yang berbeda, mereka adalah 3 sahabat Wiryo, Hasrul, Memed. Wiryo, anak ke tiga dari tiga orang bersaudara, Ibu sebagai Guru SMA, Bapaknya sebagai dokter hewan yang sukses, jarak tempuh dari rumah ke sekolah sekitar + 15 menit, setiap hari berangkat menggunakan sepeda motor, dia merupakan anak yang berprestasi, menjadi ketua kelas, dia juga orang yang baik sering membatu teman-teman yang mengalami kesulitan tanpa di minta batuan.
Hasrul, anak pertama dari empat orang bersaudara, kedua orang tuanya bekerja sebagai petani “kopra”, jarak tempuh antara sekolah dan rumah sekitar perjalanan + 1 jam dengan sepeda, dia anak yang rajin dan tidak pernah terlambat sampai di sekolah, dan dia adalah anak yang rajin membantu orang tua. Dia juga anak yang pandai dan selalu masuk sepuluh besar di kelas.
Memed, anak pertama dari lima bersaudara, kedua orang tuanya bekerja sebagai petani, dan sebelum berangkat ke sekolah dia harus membantu orang tuanya untuk mengurus ternak, dari mengeluarkan dan mencarikan pakan setiap pagi sebelum berangkat sekolah, hal itu dilakoni setiap hari, jarak tempuh antara rumah ke sekolah sekitar + 30 menit menggunakan sepeda. Dan hampir setiap hari dia terlambat ke sekolah, dia anak yang tidak berprestasi dan tidak pernah masuk sepuluh besar kelas, dan hampir setiap pulang paling cepat, dan jarang ngumpul bareng dengan kedua temannya kecuali pada saat keluar main.
Pada suatu hari Hasrul yang baru datang sekitar 15 menit sebelum masuk, wiryo sudah berada di dalam kelas sedang membaca buku pelajaran, memed belum juga datang padahal waktu masuk tinggal 5 menit lagi. Bel masuk pun berbunyi, namun memed belum juga muncul di dalam kelas. Setelah 5 menit pelajaran berlangsung barulah memed muncul dengan tergopoh-gopoh, dan syukurlah pak guru Maskur yang mengajar pada saat itu berbaik hati untuk memberi ijin masuk mengikuti pelajaran.
Pada saat jam keluar main, Hasrul dan Wiryo menghampiri Memed yang saat itu lagi melamun dibangku, dan mereka terlibat dalam percakapan, sebagai berikut:
Hasrul      : Med, kenapa terlambat tadi, dan murung sekali hari ini?
Memed    : ndak ada apa-apa, (dengan nada yang lemah)
Wiryo       : med, coba ceritakanlah apa yang membuat kamu tidak semangat hari ini, mungkin kami bisa membantu?
Memed    : tidak ada, tenang saja kawan.
Hasrul      : jangan bohong to med, kami bisa melihat dari keadaanmu saat ini.
Wiryo       : ia med. Cobalah terbuka pada dirimu sediri.
Memed    : haammmm........(menghelan napas) saat ini saya cuma binggung saja, apakah saya bisa melanjutkan sekolah lagi besok setelah kita lulus dari sini.
Hasrul      : Insyaallah bisalah med, jika kita mau berusaha.
Wiryo       : ia... harus bisalah, med.
Memed    : bagimana bisa seperti itu yok, apalagi orang tua saya tidak bisa membiayai saya untuk sekolah lagi, padahal saya ingin sekali masuk ke SMA 1, ditambah lagi adek-adek saya harus sekolah dan membutuhkan biaya juga seperti saya, dan orang tua saya hanyalah seorang petani.
Hasrul      : Insyaallah, kamu pasti bisa masuk sana, asalkan kita mau berusaha dan berdoa, berusaha dengan cara kita tingkatkan belajar kita dari sekarang, apaliagi waktu kita masih setahun lagi untuk ujian. Begitu juga dengan saya ingin masuk SMA 1. Bagaimana dengan kamu Wir, nanti kalau sudah lulus dari sini kamu mau sekolah kemana?
Wiryo       : benar kata Hasrul tadi, asalkan kita mau berusaha dengan giat pasti semua itu bisa tercapai. Kalau saya ingin masuk ke SMA 1 karena disana merupakan sekolah favorit di kota ini.
Memed    : tapi, bagaimana dengan biayanya? Siapa yang akan membantu saya? Padahal kita sudah tahu untuk masuk disana, biayanya sangat mahal dan yang masuk disana anak-anaknya orang-orang kaya? Mungkin bagi kalian bisa, apalagi hasrul yang setiap kali panen kopra kan bisa beli motor, begitu juga dengan kamu wir, yang kedua orang tuamu kaya dan PNS?
Hasrul      : masalah biaya jangan terlalu kamu pikirkan Med, karena kemarin saya sudah mendapatkan info dari ibu guru Ari Kusuma dewi dia juga alumni SMA 1, dia mengatakan bahwa untuk masuk disana bukanlah anak orang kaya saja, tapi anak-anak miskin seperti kita ini bisa masuk sana, namun dengan syarat berprestasi dan termasuk 10 besar dalam nilai ujian nasional.
Wiryo       : ia Med, jangan cepat putus asa, apakah kamu masih ingat cita-cita kamu dulu yang ingin sekolah tinggi dan bisa membanggakan orang tua, dengan keadaan ini saja kamu sudah menyerah, padahal belum kita mencobanya. Memang kedua orang tuaku kaya tapi saya tidak mau mengadalkan itu, saya ingin berusaha sendiri.
Memed    : tapi... kalau saya memaksakan untuk masuk SMA 1 itu tandanya saya tidak bisa memahami keadaan keluarga saya, untuk masuk sekolah kesana saya urungkan niat dulu, saya akan memasuki sekolah yang tidak mahal yang sesuai dengan kemampuan saya dan keluarga. Mungkin saya akan masuk sekolah swasta yang lebih dekat dengan rumah, agar saya masih bisa membantu orang tua.
Hasrul      : Med tidak salah berpikiran seperti itu, tapi intinya kita harus tetap berusaha, biar kita juga tetap bersama-sama seperti ini.
Memed    : Insyaallah kawan, kita lihat saja nanti seperti apa rencana Tuhan kepada kita, dan semoga kita bisa terus bersama seperti ini.
Wiryo       : nah seperti itulah yang bagus Med. Aduh... bel masuk sudah berbunyi itu tandanya jam istirahat sudah habis.
Hasrul      : nanti sore kita lanjutkan, kan rencananya kita kumpul di rumahku untuk kita makan kelapa muda.
Memed    : iya.
Wiryo       : Ok.
Itulah kisah dari tiga orang sahabat, setelah mereka lulus dari SMP, mereka tidak masuk SMA yang mereka rencanakan, kecuali Wiryo, Hasrul kembali ke Ternate di rumah kakeknya SMA disana, Memed masuk SMA swasta yang tidak jauh dari rumahnya.
Pada saat kuliah mereka dipertemukan di perguruan tinggi yang sama, Hasrul dan Memed mendapatkan beasiswa dari lembaga tempatnya mengabdi, Wiryo dengan biaya sediri. Saat ini Wiryo menjadi Dosen Unesa di Surabaya, Hasrul menjadi dosen PTS di Ternate, dan Memed menjadi Dosen PTS di Mataram.

Sumber: pengalaman pribadi dari tiga orang sahabat yang tercantum namanya diatas dimana mereka bertemu saat memasuki perguruan tinggi di kota malang. Universitas Negeri Malang Program Studi S2 Jurusan Bimbingan dan Konseling. tahun angkatan 2009.

No comments: