Dikisahkan ada
tiga orang sahabat yang duduk di kelas IX SMP di sebuah kota, ke tiga sahabat
ini berasal dari keluarga yang berbeda, mereka adalah 3 sahabat Wiryo, Hasrul, Memed. Wiryo, anak ke
tiga dari tiga orang bersaudara, Ibu sebagai Guru SMA, Bapaknya sebagai dokter
hewan yang sukses, jarak tempuh dari rumah ke sekolah sekitar + 15 menit,
setiap hari berangkat menggunakan sepeda motor, dia merupakan anak yang
berprestasi, menjadi ketua kelas, dia juga orang yang baik sering membatu
teman-teman yang mengalami kesulitan tanpa di minta batuan.
Hasrul, anak pertama dari empat orang
bersaudara, kedua orang tuanya bekerja sebagai petani “kopra”, jarak tempuh
antara sekolah dan rumah sekitar perjalanan + 1 jam dengan sepeda, dia
anak yang rajin dan tidak pernah terlambat sampai di sekolah, dan dia adalah
anak yang rajin membantu orang tua. Dia juga anak yang pandai dan selalu masuk
sepuluh besar di kelas.
Memed, anak
pertama dari lima bersaudara, kedua orang tuanya bekerja sebagai petani, dan
sebelum berangkat ke sekolah dia harus membantu orang tuanya untuk mengurus
ternak, dari mengeluarkan dan mencarikan pakan setiap pagi sebelum berangkat
sekolah, hal itu dilakoni setiap hari, jarak tempuh antara rumah ke sekolah
sekitar + 30 menit menggunakan sepeda. Dan hampir setiap hari dia
terlambat ke sekolah, dia anak yang tidak berprestasi dan tidak pernah masuk
sepuluh besar kelas, dan hampir setiap pulang paling cepat, dan jarang ngumpul
bareng dengan kedua temannya kecuali pada saat keluar main.
Pada suatu hari Hasrul yang baru datang sekitar 15
menit sebelum masuk, wiryo sudah
berada di dalam kelas sedang membaca buku pelajaran, memed belum juga datang padahal waktu masuk tinggal 5 menit lagi.
Bel masuk pun berbunyi, namun memed
belum juga muncul di dalam kelas. Setelah 5 menit pelajaran berlangsung barulah
memed muncul dengan tergopoh-gopoh, dan syukurlah pak guru Maskur yang mengajar pada saat itu berbaik hati untuk memberi ijin
masuk mengikuti pelajaran.
Pada saat jam
keluar main, Hasrul dan Wiryo menghampiri Memed yang saat itu lagi melamun dibangku, dan mereka terlibat
dalam percakapan, sebagai berikut:
Hasrul : Med, kenapa terlambat tadi, dan murung
sekali hari ini?
Memed : ndak ada apa-apa, (dengan nada yang lemah)
Wiryo : med, coba ceritakanlah apa yang membuat
kamu tidak semangat hari ini, mungkin kami bisa membantu?
Memed
: tidak ada, tenang saja kawan.
Hasrul : jangan bohong to med, kami bisa melihat
dari keadaanmu saat ini.
Wiryo
: ia med. Cobalah terbuka pada
dirimu sediri.
Memed : haammmm........(menghelan napas) saat ini
saya cuma binggung saja, apakah saya bisa melanjutkan sekolah lagi besok
setelah kita lulus dari sini.
Hasrul : Insyaallah bisalah med, jika kita mau
berusaha.
Wiryo : ia... harus bisalah, med.
Memed : bagimana bisa seperti itu yok, apalagi
orang tua saya tidak bisa membiayai saya untuk sekolah lagi, padahal saya ingin
sekali masuk ke SMA 1, ditambah lagi adek-adek saya harus sekolah dan
membutuhkan biaya juga seperti saya, dan orang tua saya hanyalah seorang
petani.
Hasrul : Insyaallah, kamu pasti bisa masuk sana,
asalkan kita mau berusaha dan berdoa, berusaha dengan cara kita tingkatkan
belajar kita dari sekarang, apaliagi waktu kita masih setahun lagi untuk ujian.
Begitu juga dengan saya ingin masuk SMA 1. Bagaimana dengan kamu Wir, nanti
kalau sudah lulus dari sini kamu mau sekolah kemana?
Wiryo : benar kata Hasrul tadi, asalkan kita
mau berusaha dengan giat pasti semua itu bisa tercapai. Kalau saya ingin masuk
ke SMA 1 karena disana merupakan sekolah favorit di kota ini.
Memed : tapi, bagaimana dengan biayanya? Siapa
yang akan membantu saya? Padahal kita sudah tahu untuk masuk disana, biayanya
sangat mahal dan yang masuk disana anak-anaknya orang-orang kaya? Mungkin bagi
kalian bisa, apalagi hasrul yang setiap kali panen kopra kan bisa beli motor,
begitu juga dengan kamu wir, yang kedua orang tuamu kaya dan PNS?
Hasrul : masalah biaya jangan terlalu kamu
pikirkan Med, karena kemarin saya sudah mendapatkan info dari ibu guru Ari
Kusuma dewi dia juga alumni SMA 1, dia mengatakan bahwa untuk masuk disana
bukanlah anak orang kaya saja, tapi anak-anak miskin seperti kita ini bisa
masuk sana, namun dengan syarat berprestasi dan termasuk 10 besar dalam nilai
ujian nasional.
Wiryo : ia Med, jangan cepat putus asa, apakah
kamu masih ingat cita-cita kamu dulu yang ingin sekolah tinggi dan bisa
membanggakan orang tua, dengan keadaan ini saja kamu sudah menyerah, padahal
belum kita mencobanya. Memang kedua orang tuaku kaya tapi saya tidak mau
mengadalkan itu, saya ingin berusaha sendiri.
Memed : tapi... kalau saya memaksakan untuk masuk
SMA 1 itu tandanya saya tidak bisa memahami keadaan keluarga saya, untuk masuk
sekolah kesana saya urungkan niat dulu, saya akan memasuki sekolah yang tidak
mahal yang sesuai dengan kemampuan saya dan keluarga. Mungkin saya akan masuk
sekolah swasta yang lebih dekat dengan rumah, agar saya masih bisa membantu
orang tua.
Hasrul : Med tidak salah berpikiran seperti itu,
tapi intinya kita harus tetap berusaha, biar kita juga tetap bersama-sama
seperti ini.
Memed : Insyaallah kawan, kita lihat saja nanti
seperti apa rencana Tuhan kepada kita, dan semoga kita bisa terus bersama
seperti ini.
Wiryo : nah seperti itulah yang bagus Med.
Aduh... bel masuk sudah berbunyi itu tandanya jam istirahat sudah habis.
Hasrul : nanti sore kita lanjutkan, kan
rencananya kita kumpul di rumahku untuk kita makan kelapa muda.
Memed : iya.
Wiryo : Ok.
Itulah kisah
dari tiga orang sahabat, setelah mereka lulus dari SMP, mereka tidak masuk SMA
yang mereka rencanakan, kecuali Wiryo, Hasrul kembali ke Ternate di rumah
kakeknya SMA disana, Memed masuk SMA swasta yang tidak jauh dari rumahnya.
Pada saat kuliah
mereka dipertemukan di perguruan tinggi yang sama, Hasrul dan Memed mendapatkan
beasiswa dari lembaga tempatnya mengabdi, Wiryo dengan biaya sediri. Saat ini
Wiryo menjadi Dosen Unesa di Surabaya, Hasrul menjadi dosen PTS di Ternate, dan
Memed menjadi Dosen PTS di Mataram.
Sumber: pengalaman pribadi dari tiga orang sahabat yang tercantum namanya diatas dimana mereka bertemu saat memasuki perguruan tinggi di kota malang. Universitas Negeri Malang Program Studi S2 Jurusan Bimbingan dan Konseling. tahun angkatan 2009.
No comments:
Post a Comment