A.
Pengantar
Albert
Ellis (02 September 1913 – 24 July 2007) adalah seorang psikolog Amerika yang
pada tahun 1955 mengembangkan REBT, ia dilahirkan dari keluarga Yahudi di
Pittsburgh, Pennsylvania, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, Ayah
Ellis adalah seorang pengusaha yang sering melakukan perjalanan bisnis dan
kurang memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya
Dalam
otobiografinya, Ellis menyebutkan ibunya sebagai perempuan yang tenggelam dalam
kesibukannya sendiri dengan kekalutan pribadi yang bersifat bipolar, dan merupakan
“pengoceh yang tidak pernah mendengar orang lain” Dia selalu ngotot dengan
pendapatnya dalam banyak hal tetapi juga jarang memberikan dasar factual bagi
pendapatnya itu. Seperti ayahnya, ibunya mempunyai jarak emosional dari
anak-anaknya. Ellis mengatakan bahwa pada saat dia pergi sekolah, ibunya masih
tidur dan pada saat pulang , ibunya sudah tidak ada di rumah. Kepahitan tentang
kedua orangtunya itu, dia malah mengambil tanggungjawab untuk mengurus
saudara-saudaranya. Sebagai anak-anak, Ellis sering sakit dan menderita
berbagai masalah kesehatan pada masa remajanya. Pada umur 5 tahun, dia dirawat
dirumah sakit karena penyakit ginjal, kemudian juga karena penyakit amandel,
yang menyebabkan infeksi kerongkongan yang parah sehingga memerlukan oprasi. Dia
mengatakan bahwa dia mengalami delapan kali perawatan dirumah sakit antara umur
5 sampai 7 tahun, salah satunya diantaranya dirawat selama hampir satu tahun,
para orang tuanya hampir tidak memberikan dukungan emosianal dalam tahun-tahun
itu, jarang sekali menjenguknya, Ellis mengatakan bahwa dia belajar
berkonfrontasi dengan penderitaannya itu.
Ellis
merasa takut untuk berbicara di muka umum dan selama masa remajannya
benar-benar merasa malu terhadap perempuan, pada umur 19 tahun, telah
memperlihatkan dirinya sebagai seorang terapis perilaku-kognitif, dia memaksa
dirinya untuk berbicara dengan 100 orang permpuan di Bronx, Botanical Garden
selama lebih dari satu bulan, dia selalu berusaha untuk menahan kekecewaan pada
saat ditolak bebicara oleh perempuan
Ellis
memusatkan studinya dalam bidang psikologi klinis setelah mendapat gelar
sarjana muda dalam bidang bisnis dari City university of New York pada tahun
1934. Pada tahun 1942, dia memulai studi Ph.D. dalam bidang psikologi klinis di
Teachers College, Colombia University, yang melatih para psikologi terutama
dalam pendekatan psikoanalisis. Dia meraih gelar M.A dalam psikologi klinis
pada bulan Juni 1943, dan memulai dengan paruh waktu parkatek sambil
melanjutkan studinya untuk mencapai Ph.D. Ellis mulai menerbitkan berbagai
artikel sebelum dia memperoleh gelar Ph.D. Tahun 1946 dia menulis suatu
kritikan mengenai tes kepribadian yang secara meluas menggunakan “tes pensil
dan kertas”. Dia menyimpulkan bahwa hanya Minnesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI) yang memenuhi standar instrument
berbasis penelitian
Pada
tahun 1947 Ellis memperoleh Doktor kehormatan di Columbia dan pada saat itu dia
menyakini bahwa psikoanaliss merupakan bentuk therapy yang sangat mendalam dan
sangat efektif. Seperti halnya dengan para psikolog di saat itu, dia sangat
tertarik dengan teori Sigmund Freud. Dia melakukan pelatihan tambahan dalam
psikoanalisis dan mulai praktek psikoanlisis klasik. Tahun 1947 Ellis mulai
analisi pribadi dan Hermann Rorschach, seorang analis pelatihan terkenal pada
Istitut Karen Horney dan pengembang tes tesan tinta Rorschach (Rorschach inkblot test). Pada saat itu
dia mengajar di New York University dan Rutgers University dan menduduki posisi
pimpinan pada kedua universitas itu. Kemudian lama kelamaan kesetiaannya kepada
psikoanalisi memudar
Pendekatan
ini dikembangkan semenjak pertengahan tahun 1950-an oleh Albert Ellis,
pendekatan ini dikenal dengan rational
emotive therapy (RET). Ellis sendiri mengemukakan berbagai masalah
emosional yang pernah dideritanya pada masa kecil beserta akibatnya terhadap
perilakunya sendiri. Salah satunya dari masalahnya adalah perasaan takut
berbicara didepan umum, untuk menanggulagi kecemasan itu Ellis mengembangankan
pendekatan Kognitife-filosofis yang dikombinasikan dengan model latihan bicara
dan tugas pekerjaan rumah yang mencakup bicara didepan umum, bagaimanapun tidak
menyenagkannya pada pemulaan latihan itu, dengan metode tersebut Ellis berhasil
menaklukan hambatan-hambatan tersebut
Sebagai
bagaian dari latihan praktek berdasar pendekatan psikoanalisis, Ellis menjalani
praktek analisi selama tiga tahun, dalam praktek psikoterapinya Ellis
menggunakan teknik-teknik psikoanalisis model lama. Di samping memperoleh hasil
yang baik dalam praktenya itu, Ellis merasakan ketidakpuasan dengan pendekatan
itu, dia merasa jemu dengan peraturan-peraturan psikoanalisi kalsik dan menjadi
terapis new-Frudian. Akan tetapi, dia
masih juga tidak puas dengan parakteknya itu. Oleh karena itu, dia mulai
membujuk konselinya untuk melakukan sesuatu
yang sangat ditakutinya untuk melakukan, seperti mengambil resiko penolakan
dari orang lain yang sangat berarti baginya. Berangsur-angsur, Ellis berubah
menjadi lebih elektik dan lebih aktif dan direktif sebagai seorang terapis.
Ellis mengemukakan bahwa dasar falsfah REBT adalah fenomologi. Dia percaya bahwa tidak ada sesuatu yang akan
menjegkelkan sesorang, yang menyebabkan sesorang itu menjadi jengkel adalah
pandangannya sendiri. Ellis mulai mendapatkan dasar kesulitan emosional dan
prilaku konseli-konselinya, yaitu dalam cara mereka merespon dan menafsirkan
kenyataan secara subyektif. Ini bertentangan dengan pandangan bahwa masalah
individu itu disebabkan oleh situasi dalam dunia nyata.
Dalam
formulasi awalnya, Ellis menekankan terapi rasional, yaitu unsur kognitif dari
perilaku manusia, asumsi ini sangat bertentangan dengan asumsi yang popular
pada pertengahan tahun 1950-an. Kemudian, pendekatannya itu diperluas dengan memasukkan
unsur perlaku disamaping unsur kognitif (Ellis, 1962). Modifikasi selanjutnya REBT
ini mencakup teknik-teknik konseling perilaku seperti relaksasi, metode khayal, latihan menyerang perasaan malu. Dengan
demikian, REBT ini dapat dipandang
sebagai Model terapi perilaku yang
berorentasi kognitif. Pendekatan ini telah mengalami evolusi sedemikian
rupa, yang pada akhirnya menjelma menjadi pendekatan yang komperhensif dan ekletik
yang menekankan unsur-unsur berpikir,
menimbang, memutuskan dan melakukan. Akan tetapi pendekatan ini masih tetap
mempertahankan arah pemikiran Ellis sendiri yang bersifat didaktis dan
direktif, dan REBT masih tetap mempertahankan dimensi berpikir daripada dimensi
perasaan
REBT
didasari asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi rasional (berpikir
langsung) dan juga irasional (berpikir berliku-liku/tidak langsung).keyakinan
irasional itu yang menyebabkan gangguan emosional, mungkin telah berbaur dengan
hal-hal yang berasal dari luar manusia akan tetapi manusia tetap bertahan pada
sikap yang cenderung mengalahkan diri dengan suatu proses indokrinasi diri
sendiri. Untuk mengatasi indokrinasi yang membawa hasil berpikir irasional itu,
maka para konselor dari REBT menggunakan teknik-teknik yang bersifat aktif dan
direktif seperti mengajar, memberi saran, membujuk, dan pemberian tugas
pekerjaan rumah, dan mereka menantang konseli-konselinya untuk mengganti
keyakinan yang irasional dengan rasional
REBT
tidak memandang hubungan antar pribadi antara konseli dan konselor sebagai
suatu yang sangat penting dalam proses terapeutik. Yang penting bagi pendekatan
ini adalah keterampilan dan kesediaan konselor untuk menantang,
mengkonfrontasikan dan menyakinkan konseli mempraktekkan kegiatan (baik di
dalam maupun di luar kelompok konseling) yang akan mengarah kepada perubahan
yang konstruktif dalam pemikiran dan perbuatan konseli. Pendekatan ini
menekankan tindakan berbuat sesuatu mengenai wawasan-wawasan yang diperoleh
dalam konseling, diasumsikan bahwa perubahan akan muncul terutama melalui
komitmen terhadap niat untuk selalu mempraktekkan prilaku baru yang menantang
prilaku lama yang tidak efektif
REBT
menggunakan prosedur kelompok sebagai alternative terhadap prosedur individual,
Susana kelompok dipandang sebagai suatu suasana yang memberi kesempatan kepada
konseli untuk menatang pemikiran yang merusak diri dan untuk mempraktekkan
perilaku yang berbeda dengan perilaku lama dan tidak efektif
B.
Tori
dan Perkembngan Kepribadian
Teori
A – B – C tentang kepribadian dan gangguan emosional merupakan unsur yang
sangat penting dalam teori dan praktek pendekatan rasional-emotif ini. Menurut
Ellis, manusia membentuk emosi dan perilakunnya sesuai dengan dasar pikiran dan
filsafat yang ditemukannya sendiri. Dasar pemikiran itu dibentuk oleh
lingkungan sosial manusia yang bersangkutan. Akan tetapi unsur yang terutama
membentuk kepribadian dan gangguan perasaan itu bukan kondisi-kondisi sosial
itu sendiri, melainkan reaksi manusia sendiri kepada kondisi-kondisi sosial
itu. Teori A – B – C berpendapat bahwa apabila sesorang mempunyai reaksi
emosional pada titik C (Consequence; akibat) sesudah
peristiwa yang mengerakkan yang terjadi pada titik A (Activating; mengerakkan)
dalam hal ini bukan bukan peristiwa itu sendiri (A) yang menyebabkan keadaan
emosi (C), meskipun A itu dapat memberikan sumbanganya kepada C. Yang
menciptakan C itu, sesungguhnya adalah system keyakinan ( B – Belief
system; system keyakinan) atau keyakinan yang dimiliki oleh orang yang
bersangkutan. Misalnya; apabila kita
merasa ditolak atau disakiti (C)
karena suatu peristiwa yang tidak
diterimanya cinta oleh si pulan ( A), yang menyebabkan perasaan sakit hati
itu bukanlah fakta bahwa kita tidak diterimanya cinta, melainkan keyakinan (B) mengenai peristiwa itu,
karena menyakini bahwa tidak diterima/ditolak cintanya itu berarti bahwa kita
adalah seorang yang gagal dan bahwa upaya
kita selama ini tidak mendapat penghargaan. Keyakinan itulah yang membentuk
akibat emosional dalam bentuk perasaan ditolak dan disakiti, jadi manusia itu
bertanggung jawab dalam menciptakan gangguan emosinya sendiri melalui
keyakinan-keyakinan yang dihubungkannya dengan peristiwa-peristiwa dalam
hidupnya
Pendekatan
rational emotive behavior therapy berpendapat bahwa manusia itu mempunyai
kapsitas untuk mengubah kognisinya, perilakunya, dan perasaan-perasaannya.
Apabila manusia memaksakan pilihan untuk berpikir dan bertindak lain, maka dia
dapat dengan segera mengubah pola menciptakan gangguan itu menjadi cara hidup
yang konstruktif. Dia dapat menyelesikan tugas mencapai tujuan itu dengan
menghidarkan keadaan dirinya yang terlena dengan A – yaitu peristiwa – dan
dengan mengenal terapi menolak goadaan untuk terus menerus memikirkan akibat
emosional pada titik C. orang dapat memilih jalan menguji, menantang,
memodifikasi, dan meruntuhkan B – yaitu keyakinan irasional mengenai A. Ellis
menekankan bahwa, karena manusia dapat berpikir, mereka dapat pula memilih
dirinya sendiri untuk mengubah atau menghilangkan keyakinan yang menghambat
dirinya, dengan melatih disiplin diri, dengan mencari bantuan dari orang-orang
yang mampu berpikir secara obyektif dan rasional, dengan menjalani terapi
individual atau konseling kelompok, dan dengan membaca buku-buku tentang REBT
atau mendengarkan kaset
Perasaan
cemas, tertekan, ditolak, marah, dan terkucilkan dimulai dan diabaikan oleh
system keyakinan yang cenderung mengalahkan diri sendiri didasarkan atas
gagasan-gagasan irasional yang didekanpnya tampa kritik pada masa kanak-kanak.
Keyakinan yang cenderung mengalahkan diri sendiri itu didukung dan
dipertahankan dengan pernyataan-pernyaan tentang dirinya yang negative, mutlak
dan tidak logic yang dikatakan oleh orang lain terus-menerus. Pernyataan-pernyataan
itu kemudian diterimnaya sebagai ciri pribadinya, seperti: “Saya ini orang yang tidak berguna”, “Apabila saya tidak memperoleh cinta dan persetujuan orang lain, maka
saya busuk”, “Seharusnya saya
bener-benar mampu dalam segala hal yang saya lakukan”, “Saya harus memiliki segala sesuatu sesuatu
yang saya inginkan”.
Apabila
orang hidup secara rasional, memiliki keyakinan yang positif, maka mereka akan
cenderung merasa bahagia, santai, atau sekurang-kurangnya tenang; sebaliknya,
apabila orang itu menyembunyikan, gagasan-gagasan yang sinis, pesimistik, dan
putus asa, maka dia akan cenderung merasa bersedih, tertekan, dan putus asa.
Oleh karena itu konseling yang efektif akan mencakup upaya membantu konseli
mengembangkan sikap yang realistik terhadap masa kini dan masa depannya,
memerangi keyakinan-keyakinan negatifnya, dan mengubah pernyataan yang
menghambat tentang dirinya menjadi pernyataan-pernyataan yang baru yang lebih
rasional, dan lebih sehat
Sebagai suatu model konseling kognitif, REBT
mengajar orang-orang untuk mengkonfrontasikan system keyakinan yang menciptakan
gangguan. Tujuan ini akan tercapai dengan menjelaskan bagaimana gagasan-gagasan
irasional menyebabkan gangguan emosional, dengan menyerang gagasan-gagasan itu
secara ilmiah, dan dengan mengajar konseli tentang bagaimana konseli harus
menatang pemikirannya dan tentang bagaimana menganti gagasan-gagasan irasional
dengan rasional
Proses
terapeutik dimulai dengan mengajarkan teori A – B – C kepada konseli. Apabila
konseli telah melihat bagaimana keyakinan dan nilai–nilai irasional itu
berkaitan serta sebab akibat dengan gangguan emosional dan perilaku, dia telah
siap untuk membantah keyakinan dan nilai–nilai itu pada titik D (Disputing;
membantah). D merupakan penerapan prinsip–prinsip ilmiah untuk
menantang filsafat yang cenderunmg mengalahkan diri sendiri dan mengalahkan
dugaan-dugaan yang irasional dan tidak dapat dibuktikan. Kebnayakan dari
gagasan-gagasan irasional itu dapat dikembalikan kepada tiga bentuk keharusan, yaitu: 1) saya harus mampu, dan saya harus memperoleh persetujuan dari
orang-orang yang berarti dalam hidup saya; 2) orang lain harus memperlakukan saya dengan adil dan penuh perhatian; dan 3)
Hidup saya harus enak dan menyenagkan. Saya harus
memiliki sesuatu yang benar-benar saya inginkan. Dalam hal sedemikaian itu,
konselor rasional emotif secara cepat dan efesien mencoba menunjukkan kepada
konseli-konselinya, bahwa mereka mempunyai satu, dua dan tiga-tiganya dari
keyakianan yang irasional itu. Apabila mereka telah menyakini akan adanya
ketiga bentuk keharusan itu, maka mereka telah sampai pada atau akibat
bantahannya itu atau pada titik E (akibat),
yaitu melepaskan paham merusak diri, perolehan filsafat hidup yang lebih
realistik dan rasional, dan penerimaan terhadap frustasi-frustasi yang tidak
dapat dielakkan dalam hidup. Filsafat hidup yang baru, dengan sendirinya mempunyai
sisi yang praktis, yaitu E yang
kongkrit, dalam contoh yang dikemukakan di atas mengenai peristiwa ditolak
cintanya pada titik E ini, kita dapat membuat kesimpulan yang empiris dan
rasional, seperti: “ya, sungguh tidak enak bahwa saya ditolak cinta oleh si
pulan, tetapi hal itu bukan merupakan akhir dari dunia ini. Lain kali mungkin
ada kesempatan lain. Di samping itu, tidak mendapat Cintanya berarti bahwa saya
adalah orang yang gagal. Jadi saya tidak perlu terus menerus berbicara tentang
segala macam yang tidak perlu itu”. Yang penting bagi REBT, hasil akhir dari
konseling adalah hilangnya perasaan tertekan dan ditolak
Menurut
Ellis, kita mempunyai suatu kecenderungan yang kuat untuk menilai tindakan dan
perilaku kita sebagai “baik” atau “buruk”. Di samping itu
kita mempunyai kecenderungan pula untuk menilai diri kita sendiri sebagi
keseluruhan pribadi sebagai “baik” atau “buruk” berdasarkan penampilan kita.
Penilaian diri kita itu mempengaruhi perasaan dan tindakan kita, karena proses
penilaian diri ini merupakan salah suatu sumber dari gangguan emosional kia.
Oleh karena itu konselor REBT mengajar para konselinya tentang bagaimana
memisahkan penilaian perilakunya dari
penilaian tentang pribadinya dan mengajar
bagaimana mereka menerima dirinya sendiri dengan ketidak sempurnaannya. Berapa
contoh dari penilaian diri adalah: “kenyataan bahwa saya membuat kesalahan
berarti bahwa saya tidak mampu dan tidak berguna”, “Saya telah melakukan
tidakan yang salah, jadi saya ini jelek, bersalah dan memalukan”, “Apabila
orang-orang tidak menerima dan tidak menyetujui saya, maka saya ini seorang
yang brengsek”.
Penilaian diri
semacam ini, jelas mengarah kepada berbagai kesulitan, misalnya menempatkan
diri sebagai orang yang paling penting, kecendrungan mengutuk diri sendiri dan
orang lain, tidak pernah merasa puas, dan menghambat pencapaian tujuan sendiri
Beberapa
asumsi dasar REBT yang dapat dikategorikan di bawah ini antara lain:
-
Berpikir, merasa dan berperilaku serta
berinteraksi secara terus-menerus akan mempengaruhi satu sama lain
-
Gangguan emosional yang disebabkan atau
dikontribusikan oleh faktor kompleks biologis dan lingkungan. Untuk memahami
permasalahan dan bekerja dengan manusia tidak perlu menghabiskan banyak waktu
mengeksplorasi trauma emosional masa lalu atau menghidupkan kembali masa
kanak-kanak
-
Manusia akan terpengaruh oleh orang-orang
dan hal-hal di sekitar mereka, dan mereka juga sengaja mempengaruhi orang di
sekitar mereka. Orang memutuskan, atau memilih, untuk mengganggu mereka - atau
tidak mengganggu diri mereka sendiri - sebagai tanggapan terhadap pengaruh
sistem di mana mereka tinggal
-
Orang-orang mengganggu kognitif diri
mereka sendiri, secara emosional, dan berperilaku. Mereka sering berpikir
dengan cara yang mengalahkan kepentingan terbaik mereka serta yang lain dalam
kelompok sosial mereka
-
Ketika kejadian yang tidak menyenagkan
terjadi, orang cenderung untuk menciptakan keyakinan irasional tentang
peristiwa yang ditandai dengan absolutis dan berpikir dogmatis. Biasanya,
keyakinan irasional ini dipusatkan pada kompetensi dan sukses, cinta dan
persetujuan, yang diperlakukan dengan adil, dan keselamatan dan kenyamanan
-
Kejadian yang tidak menyengkan itu terjadi
hal ini tidak menyebabkan gangguan emosi, melainkan keyakinan irasional yang
sering menimbulkan masalah kepribadian
-
Sebagian besar manusia memiliki
kecenderungan yang luar biasa untuk membuat dan menjaga diri mereka terganggu
secara emosional. Dengan demikian, mereka menemukan hampir tidak mungkin dalam
menjaga kesehatan mental yang baik. Kecuali mereka dengan jelas dan berpikir
keras dalam mengakui kenyataan, mereka akan membuat usaha yang terbaik untuk
mengubah mereka
-
Ketika orang-orang berperilaku dengan
cara-mengalahkan diri, mereka memiliki kemampuan untuk menjadi sadar cara dimana
keyakinan negatif mereka mempengaruhi mereka. Dengan kesadaran ini mereka juga
memiliki kapasitas untuk sengketa pikiran irasional dan mengubahnya menjadi
keyakinan rasional. Dengan mengubah keyakinan tentang peristiwa-peristiwa
tertentu, orang juga mengubah perasaan yang tidak sehat dan perilaku-mengalahkan
diri
-
Setelah ditemukan keyakinan irasional,
mereka dapat dinetralkan dengan menggunakan kombinasi metode kognitif, emotif,
dan perilaku. REBT memiliki berbagai teknik menunjukkan orang-orang bagaimana
meminimalkan pikiran mereka sendiri, perasaan, dan perilaku
-
Klien lebih baik bersedia untuk (1)
mengakui bahwa mereka bertanggung jawab terutama atas pikiran terganggu, emosi,
dan tindakan mereka sendiri, (2) melihat bagaimana mereka berpikir, merasa, dan berperilaku
ketika mereka mengganggu diri mereka sendiri, dan (3) memaksakan dalam berkerja
keras yang akan dibutuhkan untuk mengubah diri mereka
C.
Rational
Emotive Behavior Therapy dalam Konseling Kelompok
Seperti
telah dikemukakan di atas, konseling rasional emotif behavior terapi menekankan
penataan kembali kognisi dan sangat tergantung pada sisi didaktis dari proses
terapeutiknya. Konseling dipandang secara luas sebgai upaya pendidikan kembali
emosi dan intelektual, seperti halnya bentuk-bentuk mengajar lainnya, REBT
sering dilakukan dalam suasana kelompok. Konseling kelompok rasional emotif
behavior banyak digunakan alat pandang, dengar, bacaan, film, kaset video,
pelajaran berprograma, dan metode mengajar lainya.
Ellis
(1977) mengemukakan bahwa diharapkan intervrestasi kelompok itu akan merupakan
cara pemecahan masalah yang lebih mendalam, lebih cepat dan halus dibandingkan
dengan bentuk konseling manapun. Untuk mencapai pemecahan masalahnya, para
anggota kelompok harus belajar memisahkan keyakinan yang rasional dari
keyakinan yang irasional dan memahami asal mula gangguan emosionalnya dan juga
gangguan perasaan orang lain. Para peserta diajar berbagaicara untuk 1).
Membebaskan diri dari filsafat hidup yang irasional sehingga mereka dapat
berfungsi secara efektif sebagai individu, dan 2). Belajar tentang cara-cara
yang lebih tepat untuk memberikan respon sehingga mereka tidak perlu terganggu
oleh berbagai kenyataan dalam hidup. Para anggota kelompok saling membantu dan
mendukung dalam upaya belajar
Tujuan
utama dari konseling REBT adalah agar para konseli dapat menguji tampa
ketakutan dasar pemikiran filsafat hidupnya, berpikir tentang dasar-dasar
pemikiran secara sadar dan secara bersama-sama, memahami bahwa mereka bertindak
berdasarkan asumsi-asumsi atau kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis dan tidak
konsisten, dan menyerang asumsi dan kesimpulan itu dengan kegiatan verbal dan
motorik secara konsisten sehingga semuanya itu hilang atau sedikitnya berkurang
sampai batas minimum. Ellis berpendapat bahwa konseling kelompok REBT ini dapat
dilakukan dengan kelompok besar yang beranggotakan 50, 100 orang atau lebih,
dengan menggunakan bentuk lokakarya atau dapat pula dilaksanakan dengan
kelompok kecil yang beranggotakan 10 sampai 13 orang. Kelompok kecil bertujuan:
1.
Membantu para anggota kelompok untuk memahami
agar masalah emosional dan perilakunya dan menggunakan wawasan itu untuk
mengatasi gejala-gejalanya dan belajar tentang cara-cara yang halus untuk
berperilaku
2.
Memberi kesempatan kepada para peserta
untuk mengembangkan pemahaman tentang masalah orang lain, dan mereka belajar
bagaimana dirinya dapat memberi bantuan terapeutik kepada rekan sekelompoknya
3.
Memberi kesempatan kepada para peserta
untuk belajar tentang cara-cara untuk memahami keadaan kehidupan dan memberikan
reaksi yang rasional kepadanya, sehingga mampu menguragi gangguan terhadap
dirinya sendir
4.
Memberi kesempatan kepada para peserta
untuk mencapai perubahan perilaku dan kognisi dasarnya, termasuk mempelajari
cara-cara untuk menghadapi kenyataan yang tidak menyenagkan, mengalahkan cara
berpikir yang cenderung mengalahkan diri sendiri dan menggantikannya dengan
cara berpikir yang rasional, dan menghentikan praktek penilaian diri yang
negative, dan belajar memperlakukan dirinya sebagai manusia yang mungkin
melakukan kekeliruan
Pada
dasarnya, para peserta diajarkan bahwa mereka bertanggung jawab tentang reaksi
emosinalnya sendiri, bahwa dapat mengubah gangguan-gangguan emosionalnya
sendiri dengan memperhatikan verbalitas dirinya dan dengan mengubah keyakinan
dan nilai-nilai yang dianutnya, dan bahwa apabila mereka memperoleh filsafat
hidup yang baru dan lebih relistik, lalu mereka akan dapat mengahadapi secara
efektif peristiwa-peristiwa yang paling tidak menguntungkan dalam hidupnya
Menurut
Ellis, suasana kelompok sangat efektif untuk membantu para peserta dalam
mengubah kepribadian dan perilaku secara konstruktif Ellis mengemukakan
berbagai keuntungan dari pelaksanaan REBT dalam kelompok, antara lain adalah:
1.
Para anggota kelompok dapat memperigatkan
satu sama lain mengenai kehendak menerima kenyataan dan bekerjasama
menghasilkan perubahan yang positif
2.
Karena REBT menekankan diri sendiri, maka
anggota kelompok yang lain dapat memainkan peran penting dalam menantang cara
berpikir yang irasional
3.
Para anggota kelompok dapat memberikan
sumbangan dalam bentuk saran, komentar, dan hipotesis, dan menguatkan hal-hal
yang dikemukakan oleh konselor
4.
Tugas-tugas pekerjaan rumah yang merupakan
unsur penting dalam REBT lebih efektif apabila dilakukan dalam sussana kelompok
dari pada dalam konseling individual
5.
Susana kelompok memberikan lingkungan yang
efektif untuk berbagai prosedur yang bersifat aktif-direktif, seperti permainan
peranan, latihan bertindak tegas, gladi prilaku, percontohan, dan latihan
mengambil resiko
6.
Kelompok berfungsi sebagai laboraturium dimana
perilaku dapat diamati secara langsung
7.
Konseli seringkali menyelesaikan format
laporan pekerjaan rumah yang menuntut penelusuran situasi yang menggangu dengan
prosedur A – B – C dan kemudianan belajar cara bagaimana memperbaiki pemikiran
dan perbuatan yang salah. Degan mendengarkan laporan-laporan yang dikemukakan
oleh orang lain dan mempelajari bagaimana orang lain menghadapi situasi yang
dipersoalkan, maka para peserta dapat juga menagani permasalahannya sendiri.
Meskipun tugas pekerjaan rumah itu dapat dilaksanakan dalam konseling
individual, suasana kelompok lebih efektif, karena para anggota dapat melatih
perilaku yang ingin mereka tingkatkan dan hilangkan dalam kehidupannnya di
lingkungan hidup yang sesungguhnya. Jadi, apabila seorang merasa takut untuk memberikan
reaksi kepada orang lain, maka dia dapat didorong untuk mengerjakannya di dalam
pertemuan kelompok. Kelopok berfungsi sebagai laboraturium dimana perilaku
dapat diamati, dan bukan hanya wahana yang akan dilaporkan hasil pekerjaan
rumah
8.
Dalam situasi kelompok para anggota kelompok
menemukan bahwa mereka tidak perlu mengutuk dirinya sendiri karena memiliki
masalah
9.
Melalui balikan diri orang lain dalam
kelompok para peserta mulai memandang dirinya sendiri sebagai orang lain memandang
dirinya, dan melihat secara jelas perilakunya yang perlu diubah
10. Apabila
pernyataan yang dikemukakan para anggota menunjukkan pemikiran yang keliru,
anggota lainnya dan konselor dapat segera memperlihatkan kekeliruan itu kepada
yang bersangkutan, sehingga pemikiran yang keliru itu dapat segera diperbaiki
11. Dengan
memperhatikan anggota-anggota lain, para peserta dapat melihat bahwa perlakuan
bantuan dapat menjadi efektif, bahwa manusia dapat berubah, bahwa ada
langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk membantu dirinya sendiri dan
bahwa konseling yang berhasil adalah suatu pekerjaan yang sulit dan memerlukan
ketahanan
12. Dalam
kelompok, konseli mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif yang
lebih luas untuk memecahkan persoalan mereka dari pada dalam konseling
individual
13. Kelompok
memberikan kesempatan dan dorongan ke pada anggota-anggotanya untuk
mengungkapkan dirinya dan mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi secara
intim. Pengungkapan diri secara intim itu merupakan kegiatan terapeutik dengan
sendirinya, karana dengan pengungkapan diri itu konseli telah mengambil
keputusan untuk mengambil resiko, bahwa dia mungkin ditertawakan orang,
dicemoohkan orang, atau sama sekali dikucilkan dari kelompok
14. Karena
REBT sangat bersifat kependidikan dan didaktis, maka dalam kegiatannya banyak
mencakup pemberian informasi dan diskusi untuk menentukan strategi pemecahan masalah.
Ditinjau dari sisi praktis dan ekonomis, maka kegiatan semacam itu lebih baik
dilaksanakan dalam bentuk kelompok daripada dalam suasana individual, kelompok
juga memberikan Susana untuk mengajar, belajar, diskusi dan praktek yang
mendorong para peserta menjadi terlibat secara aktif dalam upaya penyembuhan
15. Kelompok
REBT bertemu rata-rata dua setengah jam setiap pertemuan, yaitu pertemuan yang
disertai konselor, waktu itu ditambah pula dengan pertemuan lanjutan tampa
konselor selama lebih kurang satu jam. Waktu selam ini memberikan kesempatan
kepada setiap peserta untuk secara efektif saling menantang keyakinan yang
cenderung mengalahkan diri sendiri yang telah tertanam dalam diri konseli
secara kaku
16. Prosedur
kelompok secara khusus bermanfaat bagi orang-orang yang terikat secara kaku
oleh pola prilaku yang salah fungsi, karena suasana kelompok memberikan
tantangan yang diperlukan untuk menilai kembali pola-pola yang salah itu dan
mengambil pola baru yang lebih sehat dan lebih efektif
D.
Peran
dan Fungsi Konselor
Kegiatan
terapeutik kelompok REBT dilaksanakan dengan satu tujuan utama, yaitu membantu
para peserta mengusur gagasan-gagasan irasionalnya dan menggantikannya dengan
gagasan-gagasan yang logis. Tujuan akhirnya adalah untuk memungkinkan para
anggota kelompok menginternalisasikan suatu filsfat hidup yang rasional,
apabila mereka telah menginternalisasikan keyakinan-keyakinan yang dogmatis dan
keliru yang diperolehnya dari lingkunagan sosial budayanya
Dalam
bekerja kearah pencapaian tujuan utama itu konselor kelompok mempunyai
fungsi-fungsi dan tugas-tugas khusus. Tugas pertamanya adalah menunjukkan
kepada para anggota kelompok bagaimana mereka telah menciptakan kesengsaraannya
sendiri. Tugas ini dilakukannya dengan mengklarifikasikan hubungan antara
gangguan emosional dan perilaku mereka dengan nilai-nilai, keyakinan, dan
sikap-sikapnya. Dengan bantuan konselor, mereka dapat melihat bagaimana mereka
secara tidak berpikir-pikir menerima seperangkat “keharusan”. Konselor
bertindak sebagai orang yang melakukan lawan propaganda yang mengkonfrontasikan
para anggota dengan propaganda yang telah diterimanya pada permulaan tampa
memikirkan arti sesungguhnya dari propaganda itu, dan menunjukkan kepada mereka
bagaimanasekarang dia melanjutkan indoktrinasinya sendiri dengan asumsi-asumsi
yang tidak teruji. Konselor kelompok membujuk para anggota untuk melibatkan
diri di dalam kegiatan-kegiatan yang akan bertindak sebgai wahana lawan
propaganda
Untuk
membantu konseli memerangi gagasan-gagasan tidak logis dan mengantinya dengan
yang logis, maka konselor kelompok berusaha keras untuk mengubah pemikirannya.
REBT berasumsi bahwa keyakinan yang tidak logis sesorang itu demikian
tertanamnya secara mendalam sehingga tidak mudah untuk mengubahnya. Dengan
demikian, peran konselor dalam hal ini adalah mengajar para anggota tentang
bagaimana menantang asumsi-asumsinya dan bagaimana seyogyanya mereka memutus lingkaran
setan mengenai proses penilaian diri yang negative dan tindakan menyalahkan
diri
Menghilangkan
gejala gangguann emosional dan perilaku adalah belum cukup. Apabila hanya masalah
atau gejala khusus saja yang ditangani, ketakutan irasional lainnya akan
muncul. Jadi dalam ini peran lain dari konselor kelompok adalah mengajar para
nggota kelompok untuk menghidarkan diri dari kemungkinan menjadi korban dari
keyakinan irasional pada masa yang akan dating. Dalam hal ini konselor kelompok
menyerang pemikiran konseli yang tidak logis dan mengajar mereka tentang
bagaimana menerapkan cara berpikir logis pada waktu menghadapi masalah pada
waktu yang akan datang
Karena
REBT adalah suatu proses kependidikan, maka peran konselor kelompok yang paling
penting adalah mengajar para anggota kelompok mengenai cara untuk memahami diri
dan mengubah diri. Para konselor dari pendekatan REBT menggunakan teknik-teknik
yang tepat dan bertubi-tubi dan sangat dirktif yang menekankan unsur kognitif
E.
Pandangan irasional yang merupakan sumber prilaku
irasional adalah sebagai berikut:
- Orang harus selalu dicintai dan diterima oleh setiap orang dilingkungan agar berharga
- Orang harus memiliki kemampuan campuran dalam rangka agar berharga
- Orang yang jahat, keji, dan kejam harus dicela dan dihukum seberat-beratnya
- Suatu bencana besar, bila suatu peristiwa terjadi tidak seperti yang dikehendaki seseorang
- Ketidakbahagiaan itu berasal dari luar dari individu karena itu individu tersebut tidak punya kemampuan untuk menghadapi ketidakbahagiaan tersebut
- Orang harus terus menerus mengeluhkan dan memikirkan peristiwa yang berbahaya atau merugikan
- Lebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab dari pada menghadapinya
- Orang perlu bergantung pada orang lain yang lebih kuat dari pada dirinya
- Masa lalu sesorang menentukan prilaku saat ini dan tidak dapat diubah
- Orang harus perhatian dan gelisah dengan masalah dan kondisi orang lain
- Hanya ada satu jawaban yang sempurna untuk setiap masalah dan bencana besar jika jawaban tersebut tidak ditemukan
F.
Daftar
Pustaka
Corey, G 2004. Theory and Practice of Group Counseling.
Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole
Corey, G 2004. Student Manual:Theory and Practice of Group
Counseling. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole
Corey, M.S. & Corey, G.
2006. Process and Practice of Group
Counseling. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole
Ivey, Allen E., Michael D’Andrea, Mary
Bradford Ivey, Lynn Simek Morgan. 2009. Theories
of Counseling and Psychotherapy a multicultural perspective. New York.
Pearson
No comments:
Post a Comment