Berbakti dengan Ilmu

"Dalam meraih keberhasilan akan penuh dengan tantangan"

November 27, 2017

KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN




A.       Tujuan Umum
Materi ini secara umum bertujuan agar mahasiswa:
1)      Memahami hakikat pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
2)      Memiliki keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang baik dan tepat

B.        Tujuan Khusus
Secara khusus materi ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1)      Menjelaskan pengertian pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
2)      Menjelaskan langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
3)      Menjelaskan alasan perlunya memiliki keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
4)      Berlatih menerapkan langkah-langkah pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam kegiatan pelatihan

C.       Apa yang dimaksud keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan merupakan kemampuan individu dapat mengidentifikasi masalah, mengklarifikasi masalah, mengetahui sebab-akibat masalah, mengambil keputusan, menyampikan pilihan, siap mengambil resiko, dan siap menerima konsekuensi atas apa yang telah diputuskan. (Van Reusen.1996).
Dubrin (2011) mengatakan terdapat enam langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yaitu: (1) Kesadaran akan adanya masalah, (2) mengidentifikasi penyebab terjadinya masalah, (3) mencari alternatif pemcahan, (4) mempertimbangkan alternatif dan membuat pilihan, (5) menerapkan pilihan, dan (6) mengevaluasi pilihan.

D.       Mengapa keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan itu penting
Setiap individu memiliki cara-cara tersendiri dalam menghadapi masalah, cara tersebut dipengaruhi oleh faktor belajar dan pengalaman yang diperoleh dari masa kanak-kanak. Artinya, seseorang akan menggunakan startegi penyelesaian masalah tertentu, karena sudah terbiasa menggunakannya. Terdapat bebrapa startegi dalam menyelesaikan masalah antara lain:
(1)      Penghindaran, merupakan cara menghadapi masalah dengan menganggap masalah seperti tidak ada. Kedua belah pihak enggan untuk membicarakan permasalahan dan membiarkan masalah berlalau dengan sendirinya.
(2)      Pembahasan dan keputusan masalah, merupakan cara menyelesaikan masalah dengan membahas dan mengambil keputusan permasalahan. Terdapat empat metode yang digunakan dalam starategi ini yaitu:
a.         Negosiasi, merupakan metode penyelesaian masalah yang dilakukan oleh kedua belah pihak dengan membicarakan permasalahan secara bersama dan langsung sehingga tercapai keputusan masalah yang disepakati bersama. Kedua belah pihak bersama-sama atas dasar saling pemahaman meninformasikan, mebahas, dan mengambil keputusan masalah dalam suatu perundingan. Mereka sepakat untuk saling mencapai keuntungan bersama dan mengurangi hal-hal yang saling merugikan, dengan tetap membina hubungan baik. Fokus negosiasi adalah pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan kedua belah pihak yang saling memuaskan.
b.         Mediasi, merupakan metode penyelesaian masalah dengan cara pihak ketiga secara netral membantu menfasilitasi pengambilan keputusan yang disepakati bersama oleh kedua belah pihak yang bermasalah. Mediasi dilakukan ketika cara negosiasi tidak bisa ditempuh, oleh karena itu pihak ketiga menfasilitasi upaya-upaya pertemuan bersama untuk membahas dan mengambil keputusan. Fokus mediasi adalah pihak ketiga menfasilitasi tercapainya kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan kedua belah pihak yang saling bisa diterima dan memuaskan
c.         Arbitasi, merupakan proses penyelesaian masalah dengan phak ketiga secara netral mengeluarkan keputusan penyelesaian masalah setelah mengkaji berbagai bukti dan mendengarkan argumen kedua belah pihak. Fokus arbitasi adalah hukuman, aturan, tata-tertib, dan nilai-nilai kebenaran yang lain.
d.         Litigasi, merupakan kombinasi atara mediasi da arbitursai artinya, sejak awal para pihak yang terlibat dalam konflik mencoba untu melakukan mediasi, tetapi jika tidak ditemukan pemecahannya amaka ditempuh cara arbiturasi.
e.         Agresi, penyelesaian masalah dengan cara menggunakan kekuatan untuk mengalahkan lawan, agresi dapat berupa perkelahian fisik sampai peperangan untuk menaklukkan lawan. Cara ini sering disebut sebagai berusaha untuk memenagkan diri dan mengalahkan yang lain. pada dasrnya ini merugikan kedua belah pihak yaitu keduanya kehilanagn keuntungan hubungan kerja sama, pengurasan energi dan sumber daya, terbengkalainya tujuan, dan potensi masalah tumbuh lagi.
E.        Langkah-langkah keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Menurut Friend dan Cook (2010; 26-53) menjelaskan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah antara lain:
1.         Analisis konteks pemecahan masalah
Analisis konteks pemecahan masalah; langkah ini terdiri dari (1) menilai faktor yang berhubungan dengan keberhasilan dalam proses pemecahan masalah; pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (a) apakah peserta dapat berkomitmen untuk terlibat dalam pemecahan masalah, (b) apa yang akan terjadi bila masalah tersebut tidak ditangani?, (c) apakah peserta memiliki kemampuan yang diperlukan dalam mengatasi masalah?, (d) apakah masalah itu seimbang dengan waktu dan kemampuan dalam mengatasi masalah; (2) membuat keputusan bersama orang lain apakah pemecahan masalah secara interpersonal merupakan pendekatan yang tepat.

2.         Identifikasi masalah
Identifikasi masalah; (1) mencari data dan informasi dari berbagai sumber sehingga dapat menjelaskan masalah, serta menjaga pandangan dan pikiran yang berbeda pada peserta yang ikut dalam pemecahan masalah, (2) meggunakan masalah sebagai dasar penyataan dan bahasa yang secara spesifik, (3) memastikan bahwa semua peserta menyetujui diskrifsi dan identifikasi masalah yang akan dibahas.
Dalam menidentifikasi masalah, terlebih dahulu kita harus mencari penyebab terjadinya masalah tersebut. Terdapat beberapa tanda terjadinya suatu masalah antara lain: (1) adanya pandangan yang berbeda-beda (divergen), (2) ketidak sesuaian dan pertentangan pandangan, (3) upaya penghalangan pencapaian tujuan, keinginan, harapan dari kedua pihak yang saling berlawanan (Dubrin, 2009). Menurut Anoraga dalam Saputra (2003) terdapat empat paktor penyebab terjadinya masalah yaitu: (1) perbedaan pendapa antara pihak yang masing-masing menganggap dirinya paling benar, (2) kesalahpahaman menempatkan seseorang dalam cara pandang yang tidak sesuai dengan yang sesungguhnya, (3) tindakan yang dianggap merugikan pihak lain, (4) perasaan yang terlalu sensitif yang mengarah pada pemikiran negatif.
Identifikasi masalah merupakan langkah awal dalam pemecahan masalah, pada tahap ini, pertanyaan penting yang harus dijawab adalam menentukan masalah seperti apakah yang sedang dialami? Untuk memperoleh gambaran masalah itu, kita perlu mengidentifikasi masalah yang merupakan mengembngkan penertian seperti apakah masalah yang terjadi, ada beberapa pertanyaan yang menunjang langkah ini antara lain:
a.         Apa yang saya inginkan?
b.         Mengapa saya menginginkan hal tersebut?
c.         Apa yang saya fikirkan tentang cara-cara untuk mencapai keinginan saya?
d.         Apa yang diinginkan pihak lain?
e.         Mengapa mereka menginginkannya?
f.          Apa yang pihak lain fikirkan tentang cara-cara untuk mencapai keinginan tersebut.
g.         Apakah saya dan pihak lain memiliki saling pengertian yang baik tentang masing-masing keinginan, alsan-alasananya, keyakinan-keyakainannya dan perasaan-perasannya?
h.         Apakah masalah ini didasarkan pada salah pengertian atau merupakan masalah interes, keyakinan-keyakinan, prefrensi-prefensi, atau nilai-nilai?
i.          Seperti apakah detail hal tersebut.

3.         Memilih solusi yang tepat
Pemilihan solusi yang cocok; (1) menggunakan berbagai strategi khusus dalam mengusulkan solusi sebanyak mungkin untuk penyelesaian masalah, (2) membuat aturan seluas mungkin yang dapat diterima dalam mendorong berpikir, dan pandangan yang berbeda: termasuk mengevaluasi perbedaan soulusi, ide solusi yang bisa dan tidak bisa untuk dicatat secara tertulis.
Dalam memilih solusi masalah, salah satu pendekatan yang dilakukan adalah brainstorming, dalam hal ini berbagai pihak menyajikan berbagai ide-ide kreatif dan mendorong memikirkan solusi yang terbaik yang saling dapat diterima. Masing-masing bebas menyatakan pendapat apa saja tampa ada komentar terhadapt ide yang dinyatakan. Dengan cara ini diharapkan masing-masing menyatakan ide sebanyak-banyaknya dan mendaftarnya. Selanjutnya dari ide-ide yang terdaftar itu dilakukan penyortiran terhadap ide mana yang dipilih dan diaplikasikan.
 Dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan ada bebrapa starategi yang dapat digunakan, menurut Jhonson (1993) yang menggunakan perumpamaan karateristik hewan dalam pemecahan masalah, antara alain:
a)         The trule (withdrawing) seperti kura-kura yang menarik diri untuk memasuki rumahnya dalam upaya mengindari masalah. Hal ini dilakukan disaat individu tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah, mereka mempunyai kepercayaan lebih baik menarik diri dari pada menghadapinya.
b)        The shark (forcing) atau seperti ikan hiu yang memaksa, yaitu mencoba menundukkan lawan dengan memaksa dan melawan kekuatan mereka dalam menyelesaikan masalah. Dimana individu lebih mementingkan tujuan dari pada hubungan dengan orang lain.
c)         The teddy bear (Smooting) yaitu seperti beruang yang lebih mementingkan hubungan dari pada tujuan. Individu berpikir masalah dihindari karena dapat merusak hubungannya dan jika masalah berlanjut akan mendapatkan luka. Lebih mementingkan minta maaf bukan berarti bersalah.
d)        The Fox (compromosing) seperti rubah dalam mencapai tujuan. Individu melakukan kompromi dengan cara memperhatikan pihak lain, tujuan dan hubungan sama-sama pentingnya.
e)         The Owl (confronting) meletakkan nilai tertinggi pada tujuan dan hubungan. Individu memandang masalah yang dapat dipecahkan dan dicari penyelesaiannya yang berdasarkan kemampuan tujuan yang dicapai.

4.         Evaluasi alternatif pemecahan masalah
Evaluasi alternatif pemecahan masalah; (1) menghilangkan solusi yang tidak mungkin untuk dilaksanakan dalam menghadapi masalah yang dihadapi, (2) mempertimbangkan solusi yang tidak digunakan dengan menggunakan strategi khusus dan mempertimbangkan masing-masing  kekurangan, (3) memilih salah satu atau lebih dari solusi yang potensial untuk dilaksanakan dan dipertimbangkan secara rinci, (4) membuat rencana secara rinci untuk solusi yang akan dilaksanakan, (5) mengatur waktu pelaksanaan secara efektif dari berbagai solusi yang dipilih.
Jika alteranatif solusi sudah dapat teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi beberapa opsi atau alterantif yang ditemukan dan melakukan pemilihan solusi. Ini melibatkan berbagai pertimbangan individual termasuk prefensi-prefrensi. Pertimbangan utama adalah kebermanfaatan bagi masing-masing.

5.         Penerapan solusi masalah
Melaksanakan solusi yang telah direncanakan, memantau konsitensi pelaksanaan. Setelah solusi terbaik dibuat segala keputusan harus dituangkan dalam persetujuan bersama (argretmen). Persetujuan ditulis dalam lembar kesepakatan yang ditandatangani kedua belah pihak yang bermasalah. Kejujuran dan kesiapan menanggung resiko terhadap keputusan merupakan hal penting. Saling pengertian harus dibangun dan diarahkan menjadi saling kemauan untuk berkomitmen untuk menjalankan keputusan tersebut.

6.         Evaluasi hasil
Dalam mengevaluasi hasil pepecahan masalah ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, antara lain:  (1) menggunakan data, untuk menentukan apakah solusi yang diimplementasikan itu tepat atau memiliki efek yang diinginkan, (2) membuat keputusan untuk (a) melanjutkan pelaksaan, (b) menghentikan solusi karena masalah sudah dapat teratasi, (c) mervisi solusi untuk meningkatkan pengaruh pada hasil, atau (d) menghentikan karena solusi yang tidak efektif untuk dilaksanakan, (3) jika solusi yang ditawarkan tidak efektif, menentukan alasan dan kembali memasuki pada titik proses pemecahan masalah (contoh, menghasilkan solusi yang lebih baik), (4) memiliki koneksi selama pemecahan masalah sehingga dapat membantu lebih banyak, sebagai contoh: dapat menggunakan bahan-bahan dari luar dalam mencari rincian materi permasalahan yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA
DuBrin, A, J. 2009. Human Relations Interprersonal Job Oriented Skills. Tenth edition. New jersey. Pearson Prentice Hall.
DuBrin, A, J. 2011. Human Relations for Career and Personal Sucess, Consepts, Application, and Skill. Boston. Pearson Prentice Hall.
Van Reusen, A. K. 1996. The Self-Advocacy Strategy for Education and Transition Planning. Journal Intervention in School and Clinic. Vol. 32.  No.1. 49 – 54.

June 2, 2017

MODEL PELATIHAN PROBLEM BASED LEARNING BAGI KONSELOR SEKOLAH DAN SISWA


1.         Pengertian Problem based learning
Model Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL) dimulai di Mc Master University di Hamilton, Ontario, Kanada, pada akhir tahun 1960. Dalam wikipedia (2008) dikemukakan bahwa PBL adalah strategi pembelajaran dimana para siswa memecahkan masalah secara kolaboratif dan merefleksi pengalaman mereka. Karateristik PBL adalah: 1) belajar dikendalikan oleh tantangan, open-ended problem, 2) siswa bekerja dalam kelompok kolaboratif kecil, dan 3) pendidik berperan sebagai fasilatator belajar. White (2001) mengemukakan bahwa secara keseluruhan PBL adalah metode yang efektif untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah.
PBL mengakhiri orientasi siswa ke arah pembuatan makna terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan. Dengan demikian, mereka dapat mengkostruksi sendiri pengetahuan dari fakta-fakta yang mereka kumpulkan. Para siswa belajar melalui serangkaian masalah dan situasi konstektual. Melalui kerja kelompok dinamis dan penyelidikan sendiri, mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, lebih mengembangkan belajar dan keterampilan membentuk pengetahuan dan juga keterampilan sosial (Rhem, 1998)
Thalib, dkk (2005) mengemukakan karakteristik pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: (1) penyajian atau pertanyaan; pembelajaran berbasis maslah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan maslah yang keduannya secara sosial penting dan secara pribadi berakna pada siswa, (2) berfokus pada keterkaitan antara disiplin; masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak hal, (3) penyelidikan autentik; pembelajaran berbasis maslah melakukan penyelidikan nyata terhadap maslah nyata, (4) menghasilakan produk atau karya dan memamerkannya; pembelajaran ini menuntut siswa menghasilakan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk pemecahan masalah yang mereka tentukan, dan (5) kerjasama; pembelajaran ini dicirikan oleh siswa yangbekerja sama atau dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil
Kelompok kerja merupakan aspek penting dalam PBL karena (1) kelompok kerja membantu mengembangkan komunikasi belajar dimana pembelajar merasa senang mengembangkan ide baru dan memunculkan pertanyaan tentang materi, (2) kelompok kerja meningkatkan keterampilan komunikasi dan kemampuan pembelajar untuk mengelola kelompok secara dinamis, dan (3) kelompok kerja adalah menarik dan memotivasi pembelajar mereka menjadi terlibat aktif dalam bekerja dan mempunyai tanggung jawab untuk kegiatan mereka (White, 2001). Berdasar alasna-alasan tersebut, kelompok kerja tidak selalu dapat bekerja efektif, tampa petunjuk dan pedoman
PBL memiliki komponen penting yang perlu diperhatikan yakni (1) simplicity atau kesederhanaan, (2) clarity atau Kejelasan, (3) consistency atau konsisten, dan (4) Communication atau komunikasi ( Delisle, 1997). Dalam PBL perlu merubah peran, siswa bekerja pada apa yang dimiliki dan menyususn arahan sendiri, sementara fasilitator menyediakan panduan dan dukungan

 2.         Tahapan Problem-based Learning
Woods (2002) mengemukakan langkah-langkah dalam PBL yaitu sbb:
a.       Menemukan kelompok: mengenal anggota, menyusun aturan dasar, mendefinisikan peran tutor dan siswa
b.      Identifikasi maslah: menyelidiki masalah, curah pikir kemungkinan penyebab dan efek, menghasilkan ide
c.       Pembangkitan ide: menyelidiki masalah, curah pikir kemungkinan penyebab dan efek, menghasilkan ide
d.      Menyusun isu-isu belajar: menentukan apa yang siswa butuhkan untuk dicari agar masalah terpecahkan, menghasilkan isu belajar dan rencana kegiatan, merangkum dan merangkai isu-isu belajar
e.      Belajar mandiri: mencari informasi
f.        Sisntesis dan aplikasi: mengevaluasi sumber informasi untuk kreadibilitas dan reliabilitas, menerapkan pengetahuan penelitian yang relevan untuk masalah, melakukan berbagai informasi dengan teman sejawat, mengkritik pengetahuan, membangun lagi isu belajar jika diperlukan, diskusi dan menyusun solusi dan penjelasan
g.       Refleksi dan umpan balik: umpan balik sendiri dan teman sejawat pada fungsi kelompok, proses pemecahan maslah individu, belajar pengetahuan dan mandiri.
Mengadaptasi dari Air Quality Curriculum Project, Universitas of Nothern Arizona, Ramsay & Sorell (2006) tentang proses belajar berbasis masalah secara umum meliputi tujuh langkah yaitu:
Tahap
Prosedur Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
1
Pernyataan Masalah (problem statement)
Fasilitator memberikan pengantar untuk isu, latar belakang informasi untuk membantu siswa menentukan konteks dari masalah
2
Pertanyaan (the Question)
a)    Fasilitator memimpin diskusi di kelas dalam membantu mereka mennidentifikasi dengan pertanyaan:
1.    Apa yang mereka ketahui (Fakta dari masalah)?
2.    Apakah yang diperlukan untuk mengetahui (berapa fakta)?
3.    Apakah yang harus lebih banyak dipelajari (Pengetahuan dasar atau konsep-konsep sosial melalui penelitian, elaborasi dan defenisi-definisi)?
b)   Membentuk kelompok yang terdiri dari 3-5 orang
3
Rencana Tindakan ( action plan)
Masing-masing kelompok membuat rencana, bagaimanakah mereka akan menentukan informasi yang diperlukan, mengembangkan sumber-sumber yang dapat membantu investigasi
4
Investigasi (investigation)
Masing-masing kelompok melaksanakan rencana kegiatan mereka dan fasilitator memberikan arahan kepada siswa dalam melakukan searangkaian aktivitas untuk elaborasi dan identifikasi informasi tentang konsep-konsep yang mendasari. Pada tahap ini sering disebut dengan metakognitif
5
Merevisi kasus dan mengevaluasi (Revisting the case evualuation)
Ketika pekerjaan mandiri selesai, masing-masing kelompok mengumpulkan laporan pekerjaan mereka dan merevisi pertanyaan-pertanyaan
6
Produk akhir ( final product)
Tiap kasus dikumpulkan sebagai hasil dari kerja kelompok. Fasilotator akan melakukan investigasi ke masing-masing kelompok dengan memberikan beberapa pilihan yang mungkin sebagai hasil dan sebagai rencana untuk tindakan lebih lanjut
7
Evaluasi akhir dan umpan balik (final evaluation and feedback)
Siswa sebagai investigator mengevaluasi hasil mereka sendiri, hasil kerja team mereka, dan kualitas maslah itu sendiri

Ong Pheng Yen ( 2004 ) dalam successful PBL primary and secondrary classrooms mengeukakan bahwa proses belajar berbasis maslah secara umum meliputi delapan langkah yaitu:
a)    Prakegiatan
Sebelum kegiatan dimulai konselor/fasilitator menyiapkan siswa untuk melaksnakan PBL dan atau keterampilan yang dibutuhkan siswa dalam PBL. Menyiapkan siswa untuk dapat bekerja sama dalam kelompok.
Tugas Konselor:
a)      Membagi siswa menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 8 siswa sesuai ketentuan
b)      Membuat daftar siswa dan mencatat anggota kelompok
c)       Membangun suasana yang hangat dengan mengembangkan aktivitas mendengarkan, sharing, hubungan yang harmonis dan bersikap profesional melalui kegiatan ice-breaking yang tepat
d)      Memahami para siswa dan memfasilitasi komunikasi antara siswa
Tugas Peserta:
a)      Para siswa berintraksi dan berbagi informasi antara satu dengan yang lain mengenai gaya kerjasma yang dikuasai dalam kelompok
b)      Komitmen terhadap peraturan kelompok
c)       Membentuk pengurus kelompok
-          Ketua: Memfasilitasi diskusi dan memastikan fokus diskusi
-          Sekertaris : mencatat hal penting yang terjadi didalam diskusi
-          Reporter: mendengarkan hasil diskusi dan memresentasikan kesimpulan pada kelompok lain
-          Pencatat waktu: mengukur jalannya diskusi kelompok

b)   Kegiatan
1.       Peserta menagani permaslahan yang diberikan konselor/fasilitator
Tugas Konselor:
Konselor memberikan bahan permaslahan pada kelompok
Tugas peserta:
Siswa bekerja sama dalam kelompok bersama-sama menagani permaslahan yang diberikan konselor/fasilitator berdasar perspektif para stage holder (orang yang berperan didalam permaslahan tersebut)
2.       Memahami permaslahan
Konselor memberi waktu pada peserta untuk membaca dan berpikir, merefleksi dan membicarakan tentang bahan permaslahan (problem statement) yang telah diberikan
Tugas Konselor:
Membantu siswa berpikir dan menaksir pemahaman mereka terhadap problem jika mereka dapat mengembangkan pernyataan yang didalam problem
Tugas Peserta:
-          Mendiskusikan dan mengklarifikasi pernyataan secara obyektif dan mengartikannya
-          Menghadapi pernyataan permaslahan
3.       Mengutamakan kegiatan pengetahuan
Konselor mengajak peserta berpikir dan mengartikulasikan apa yang mereka ketahui tentang topik yang didiskusikan
Tugas Konselor:
Memandu siswa membuat kerangka berpikir; menuliskan apa yang sudah peserta ketahui,  dan apa yang mereka ingin ketahui dan ide/tindakan yang dilakukan
Tugas peserta:
-          Menganalisis problem
-          Membuat kerangka berpikir
4.       Brainstorm (curah Pendapat)
Tugas konselor:
-          Memandu siswa untuk aktif bekerja sama dan berpartisipasi didalam kelompok seperti memotivasi setiap siswa untuk dapat memberikan pendapat/gagasan/ide dengan terbuka, mendengarkan pendapat orang lain, menerima pendapat orang lain, dll
-          Memandu siswa untuk menuliskan pendapat/gagasan/ide tersebut.
Tugas peserta
Menulis apa yang mereka ketahui, apa yang mereka ingin ketahui dan ide/tindakan yang akan dilakukan
5.       Menjelaskan hasil hipotesis
Tugas konselor
-          Menanyakan pada siswa alasan kenapa mereka menjelaskan hasilnya tersebut
-          Memandu siswa dalam mengembangkan karya yang sesuai seperti; laporan, model-model, video-video
Tugas Peserta
-          Dari analisi permaslahan, hasilnya dijelaskan dan dihipotesiskan
6.       Mengidentifikasi permaslahan dan obyektifitas yang dipelajari
Tugas konselor
-          Terkait dengan hipotesis, kemudian konselor menanyakan kepada siswa apa selanjutnya yang dikerjakan
-          Memandu refleksi
Tugas peseta
-          Memberikan solusi terhadap pertanyaan yang muncul pada hipotesis
-          refleksi
7.       Mengidentifikasi sumber belajar
Tugas konselor
-          Mendapatkan laporan/kesimpulan proses pembelajaran
-          Memonitor jalannya diskusi
-          Memberikan saran, pertanyaan, memberikan kepastian
-          Mendorong setiap siswa untuk mengemukakan presepsinya terhadappermaslahan, dan memiliki kejelasan tentang “permaslahan” yang diberikan konselor pada kelompok
Tugas Peserta
-          Siswa mengidentifikasi sumber yang dibutuhkan dan dipikirkan dimna mereka mendapatkan informasi yang penting dalam memahami permaslahan secara mendalam.

Masalah yang digunakan PBL, secara umum dikelompokkan menjadi dua, yakni (1) masalah yang terstruktur (well-structure problem), dan (2) masalah yang tidak terstuktur (ill-structure problem). Jonassen (dalam Yetter et. Al, 2006) berpendapat bahwa masalah-masalah weel structured memerlukan penggunaan sejumlah aturan-aturan terbatas, dan mempunyai jawaban benar dan ditentukan proses pemecahannya, sebaliknya masalah-masalah ill stuctured tidak secara eksplisit menyatakan seluruh element mereka, ini mempunyai depenisi tujuan yang samar-samar, mempunyai bagian solusi ganda dan kriteria ganda untuk mengevaluasi pemecahan, dan mempunyai ambigu pada konsep, aturan atau prinsip yang dibutuhkan untuk memecahkannya
Dengan demikian PBL dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan manajemen komflik kolaboratif. PBL digunakan secara kelompok, hal ini memungkinkan anggota kelompok untuk dapat belajar secara kooperatif dan komunikatif (Marshall Cavendish Education, 2004). Kooperatif dan Komunikatif ini merupakan bagian dari menejemen komflik. PBL terdiri atas delapan langkah yaitu; 1) Persiapan, 2) Menagani Permasalahan, 3) Memahami permasalahan, 4) mengutamakan kegiatan pengetahuan, 5) brainsorm, 6) menjelaskan hasil hipotesis, 7) mengidentifikasi permasalahan dan obyetivitas yang dipelajari, 8) mengidentifikasi sumber belajar.
 
Daftar Rujukan
Marshall Cavendish International Education. 2004. Succesfull problem-based learning primary and secondary classroom. Singapure
Ramsay, J. & Sorell, E. 2006. Problem-based Learning: A Novel Approach to teacing safety, health and enviromental course. Journal of SH & E Reseach. 3 (2). 1 - 8
Rhem, J. 1998. Problem-based learning in the classroom. Association for supervision and curiculum development. Virginia USA
Thalib, A., Mardin, Alam, S,. Dan Tibarang, K. 2005. Peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa SMP. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2 (3). 253-266
White, H. (2001) Problem-Based Learning. Journal Speaking of Teaching. 11 (1) : 1 – 7
Wikipedia. 2008. Problem-based learning (online), (http://en.wikipedia.org/Problem-basedlearniang//Pressentingproblems to learnes,diakses tanggal 25 April 2010.
Woods, D.R. 2002. Large class and problem-based learning. Halminton: Mc Master University